Suara mesin pemotong bahan sangat keras memenuhi segala isi ruangan bawah tanah besar disebuah kantor yang hanya berlantai 4 ini. Kepala mesin pemotong itu bolak-balik dari kanan ke kiri, memotong tumpukan kain berbahan sama, dipotong menjadi ukuran dua kali lebih kecil.
Seorang gadis memakai kacamata bening pelindung, memandori anak buahnya seperti biasa. Ia adalah seorang executive / head designer, sekaligus owner maupun ceo dari perusahaan kecil miliknya. Seorang designer lulusan studi di amerika serikat yang pernah memiliki pengalaman study exchange di milan selama satu tahun dan magang disalah satu brand ternama dunia. Hidupnya terasa indah dengan sederetan pencapaian maupun pengalaman yang pernah ia terima. Walaupun dirinya bukan lulusan terbaik, namun seusai pelemparan topi toga di hall kampusnya banyak kontrak dan love call berdatangan untuk bekerjasama dengan benefit tentu saja fantastis bagi anak fresh graduate.
Kim Jennie, dia adalah warga negara korea asli tanpa campuran apapun. Terlahir dari keluarga yang menurutnya paling bahagia di muka bumi. Keberuntungan selalu menyertai tiap apa yang ia kerjakan. Pintar, cekatan, tekun, bijaksana, penuh pengertian, sangat dihormati oleh bawahannya dan juga cantik. Paparazi fashion selalu menghubunginya untuk solo pemotretan karena jennie memiliki tubuh semolek model, brandnya dijadikan bahan lembar majalah bersama model korea papan atas, menawarkan brand miliknya dan milik orang lain dijadi satu, sebuah keuntungan bukan?
Ayahnya seorang pemilik restaurant bintang lima di 5 kota terkenal dan 1 cabang di jepang. Walaupun hanya pendiri namun kandidat si kritikus makanan tak pernah melorot dari para pesaing muda diluar sana. Ibunya adalah seorang chef maka dari itu kedua orang tua jennie pada awalnya bertemu untuk menjalankan bisnis bersama.
Jennie berbeda, ia lebih suka menggambar pakaian berbie sejak kecil dari pada memasak. Kecintaan pada gambar itu membuat ia akhirnya meluberkan semua ide dalam buku note atau gambar selagi memiliki waktu luang. Dan karya pertamanya adalah dress mini untuk promite kelulusan sma. Semua orang tahu jennie sangat ingin menjadi seorang designer, kedua orang tuanya pun sangat mendukung bahkan kerap membantu jennie mendapatkan segala akses hingga beasiswa bagi putri semata wayangnya.
"Nayeon-ah tolong perbaiki jahitannya, ini sedikit melenceng, buka pelan-pelan dengan gunting khusus jangan sampai merusak bahannya, mengerti?" Gadis itu berkeliling mengitari tiap pekerjaan anak buahnya. Tidak boleh ada cacat, ingat itu.
"Baik."
"Oh yerin-ah bisa ambil aksesoris berwarna rose gold di gudang? aku ingin mencoba sesuatu." Jennie menghampiri jung yerin, karwayan paling muda disini. Karya baru beberapa persen berjalan, masih berada pada manekin sebagai bentukan menjahit manual menyusun perintilan untuk menempel pada karyanya. Gadis itu mengambil alih, bun -terlihat seperti jam tangan- berwarna pink berisi berbagai macam jarum berbeda ukuran, begitu pula berbeda tekniknya. Gadis itu juga mengambil gunting sebagai support, setelah yerin datang dari gudang jennie memulai aksinya pada hasil coba-coba milik yerin. Yap, sebuah design pertama perempuan itu, dia adalah fresh graduate dari sekolah sma, dia memiliki mimpi yang sama bahkan sengaja mencari kontak untuk menghubungi jennie. karena jennie adalah seorang panutannya.