Ketika sebuah tubuh kecil bergeser tanpa kesadaran, ia merasa baru saja jatuh dari tebing tinggi. Sangat-sangat terasa hingga adrenalinnya bergerak cepat dan sepasang mata terpejam langsung terbuka, menyadari bahwa ia nyaris terjatuh dari tempat tidur.
"Aku tidak mati?" Itu kim jennie lagi, meremas selimut yang menempel hingga dada. Gadis itu meraba, merasakan jantungnya masih berfungsi normal. Ia terengah, pasokan oksigennya terasa menjauh dari area indra penciumannya.
Sebuah mimpi paling realistik yang pernah ia alami.
Gadis itu mencoba menduduki diri, menyenderkan punggungnya pada headboard sambil mengelap beberapa bulir keringat di dahi dan leher.
Mimpi buruknya datang lagi setelah beberapa lama menghilang. Itu biasa, tapi jennie tetap masih bisa ketakutan hingga mencapai ke titik khawatir serta ketakutan yang berlebihan.
Its okay jen, its okay.
Dirinya menenangi. kakinya bergeser kesamping untuk menyentuh dingin lantai. Gadis itu sadar, dirinya terpampak dari kaca vertikal.
Bagian lehernya yang penuh banyak ruam keunguan, dari dua bibir berbeda. bukankah itu memalukan? bukankah itu sebuah aib?
Jennie menghampiri kaca tersebut, menjatuhkan selimutnya dari kondisi tubuhnya masih sama dari semalam.
Dan Ini menyakitkan begitu jennie mengusap bekasnya hingga dia menaikan rambutnya agak ke atas. Jungkook tidak main-main.
"kenapa—" jennie memutar tubuhnya. Ia tidak akan malu jika dirinya hanya seorang diri disini. Jennie tahu bahwa jungkook pergi, mungkin mencari angin dan akan kembali dengan sekumpulan permintaan maaf. Jennie juga akan melakukan hal yang sama tapi begitu dua pasang mata dari figura seperti sedang melihatnya penuh senyuman, hatinya sedikit tertohok.
Ia bahkan tersedak oleh liurnya sendiri. Matanya memanas lagi menahan tangis.
Siapa lagi kalau bukan jungkook yang memasang pigura dari after wedding party. Gadis itu tidak akan mengatakan gila karena memang dirinya sendiri yang justru gila menolak memasang itu di ruang tengah.
Jennie hanya tidak menyangka kalau foto tersebut bisa seindah itu. Simple, modern, penuh warna hijau dan bunga-bunga cantik yang bisa mekar hanya di musim dingin, terutama didampingi oleh bagian depan dressnya menggantung di lutut.
Namun yang semakin membuat dirinya terkejut adalah jennie tidak pernah sadar jika dirinya bisa benar-benar tersenyum semenawan dan selembut itu. Jennie ingat ia hanya bertingkah menjadi sosok ratu satu malam dan penuh sandiwara, sama sekali tidak ingat jika mereka pernah mengambil foto di momen itu, penuh kesadaran kamera.
Jennie bukanlah seseorang yang bisa mengingat hal-hal kecil kecuali ia mencatatnya di notes kertas, draft laptop maupun ponsel. Kadang ketika otaknya terhinggap secuil ide saja jennie tidak akan ragu memberi tahu chaeyoung untuk diingatkannya lagi suatu saat. Dan yah, itu semua terjadi semenjak jennie terlalu mendorong dirinya sangat keras demi mencapai sebuah kepuasan dalam pekerjaan yang ia geluti.