第八

824 122 3
                                    



Di dunia ini tidak ada manusia berhati malaikat karena malaikat adalah sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dunia ini tidak ada manusia berhati malaikat karena malaikat adalah sempurna. Kemudian kehidupan manusia berjalan dengan adanya kata baik dan buruk yang seimbang. Tetap saja, mau sebaik apapun kehidupan tidak akan membuat seorang menjadi malaikat pun mau seburuk apapun tidak akan membuat menjadi seorang iblis.

Dan manusia mempunyai takaran tersendiri atas kebaikan dan keburukan yang dapat di nilai orang. Sekali lagi, manusia tidak pernah bisa menjadi sempurna karena kesempurnaan adalah milik tuhan dan malaikat yang tidak ada dalam diri manusia.

"Aku pikir itu ide yang bagus." satu suara berpartisipasi dalam ruang berpenghuni mendapati perjalanan akhir dari pertemuan hari ini yang melelahkan setelah berjam-jam mereka harus membuat begitu banyak rencana. "Aku tidak pernah se-senang ini untuk menjadi penguasa." senyum sinisnya mengembang.

"Kau akan menganghancurkan mereka." ungkap seseorang yang memakai kacamata modern berbingkai tipis yang sangat bergaya membingkai mata kecilnya.

"Bukan, tapi kita akan membuatnya menghilang semudah debu yang tertiup." telapak tangannya mengusap satu sama lain, terlihat sepert berdoa dengan mencium bagian ujung jarinya dan bergunggam.

"Kita akan memenangkan pertarungan ini."

"Kita masih punya banyak waktu, jangan gegabah."

"Tentu saja, kita." ujar seorang lelaki yang tiada henti merajut senyum. "Jika tangan ini bisa meraih semuanya, kita lihat siapa yang akan mengemis dengan linangan air mata berdarah mereka."

Pria berkacamata tersebut tidak berkata, dia menolehkan kepala pada papan tulis bening terbuat dari kaca penuh dengan foto, magnet, tulisan dan benang merah dari rajutan yang menjuntai seolah saling membuat hubungan satu sama lain.

Terlihat menyeramkan seperti sebuah rencana jahat dalam kriminal namun nyatanya itu adalah terjadi, dan mereka yang membuat.

Satu persatu dari mereka akan dihancurkan tanpa permisi. Dalam arti membuat hasratnya menjadi penuh setelah satu demi satu mereka akan menghilang.

"Kau tidak akan menyesal?" tanya pria berbibir penuh yang melepas lekat dari papan tulis tadi menatap pada atasannya. Dia nampak tidak pernah takut, seperti ajaran yang telah diberikan.

"Untuk apa? Ini seharusnya menjadi bagianku." Ujar pria itu yang memanas. Dia tidak suka dalam situasi ini salah satu dari mereka menjadi lembek. Tidak, itu justru menjadi elemen kelemahan dan menjadi bumerang bagi mereka.

Dia ingin kuat, bukan pada dirinya sendiri namun pada pria di depannya ini.

"Aku sudah mengajarimu bagaimana caranya tunduk, brengsek." Dia ngumpat dalam suara dingin dan kalemnya. "Ku bilang kalau aku hanya ingin mengembalikan yang bukan milik mereka."

"Aku mengerti." Pria itu menunduk sekilas. Paham dari maksud sang majikan. Netra tajam mereka sama saling menatap dan memberi sinyal  untuk tetap.

"Seperti katamu park jimin, kita butuh memberikan mereka pelajaran, benar?"

"Benar." Bibirnya menjadi garis tipis, mengulum dan menggigit kecil bagian dalam miliknya. Dia tidak gugup sama sekali, namun perjalanan dari apa yang mereka daki lebih dari lepas kontrol.

"Kau yang membuat image ku runtuh dan mendaur ulangnya menjadi seorang yang lebih. Ini semua salahmu."

"Alex—" jimin mendesah, dia mengusap wajah menggunakan kedua tangannya dan menghancurkan tata-an rambut hitam kelam menjadi semrawut. Jalan yang mereka pijaki salah,  bukan hasil dari jalan tembus yang mereka lalui saat ini yang mereka ambil dari tikungan.

Dia telah membuat seseorang menjadi monster.

"Aku mengerti, aku mengerti." Jimin mengangguk, merasa jengah dengan situasi. "Aku mengerti, kita akan tetap melanjutkannya." Terangnya.

"Bagus, berhenti merengek lagi karena kau bukan bayi." Ujar alexander, pria yang tengah mendapatkan iming-imingan dari mimpi. Kalau boleh di katakan dia sebenarnya gila.

"Sekarang aku menginginkan kau untuk mencari data keuangan perusahaan jeon." Ia membuat suaranya menjadi kelam lagi. Tubuhnya beringsut di sofa, satu tangan terlentang pada senderan dan tangan lainnya memegang gelas berisikan batu es dan cairan kekuningan dari alkohol nyaris mencapai 50%. "Aku memberikanmu posisi mudah, harusnya kau tidak butuh trik untuk kendapatkanya." Pria itu berlagak menyodorkan gelas tersebut namun sebenarnya tidak, dia meminumnya sampai kandas tersisa bongkahan.

"Tapi ku dengar Jeon membeli pulau pribadi di maldives menggunakan uang perusahan, kenapa data pengeluarannya harus di timbun untuk membeli properti lain? Aku menginginkan data akuratnya sampai di mejaku besok sore."

"Besok sore terlalu cepat, aku membutuhkan waktu setidaknya dua tiga hari—"

"—aku tidak perduli jim, aku percaya otak briliant mu masih belum berubah menjadi rongsokan. Aku menggunakanmu karena ku pantas untuk ku pakai."

"Tapi—"

"Pertemuan kita berakhir disini, kau bisa pergi sebelum dia kembali."

"Lex!"

"Awasi jeon wonwoo, ku rasa dia punya banyak rahasia."

Jimin menggerutu, di dalam hatinya dia terus menerus mengumpat. Demi tuhan Kalau bukan karena alexander park menemukan kelemahannya dirinya tidak akan pernah mau menjadi budak. Ia tidak tahu lagi kemana harus melarikan diri, park sialan itu punya berbagai macam ancaman dan salah satunya nyawa. Awalnya ia kira itu hanya candaan namun alexander park itu sendiri punya pasukan selain dirinya. Dia siap menjatuhkannya kapan saja, dia benci kenapa mereka bisa bertemu tapi yang sangat disayangkan alexander park juga merangkap menjadi sahabatnya.

"Akan ku bawakan datanya besok." Jimin memberesi tas kantor yang biasa dia bawa kemana-mana. Tas yang senilai harga diri.

Dirinya berpamitan sebelum pintu itu menjadi pembatas dari bayangan satu sama lain.

Sepuluh menit berlalu dalam hening, suara pintu menginterupsi. Suara langkah kaki bergerak kesana kemari di tengah kesendiriannya sekarang..

ah,

Dia mendesah, kepalanya menerawang pada lampu yang menyala. "Shit, here the dramas begin again."

ㅡ끝ㅡ


terlalu pendek, ya tapi kenapa tidak? yang kaya gini sebenernya yang bikin konflik nambah lagi jadi otomatis nambah chapter buat jelasin. wtf

aku lagi badmood sebrnernya. cuma antara kamis jumat ga bakal ngepost. jadi early post bisa menghilangkan kesan hutang (?) never mind.

oh, dont call me min or author, just call me thea. 😩

𝗣𝗥𝗘𝗖𝗜𝗢𝗨𝗦.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang