第二

2.1K 254 14
                                    



Bulir keringatnya jatuh dari pelipis, masuk kesela-sela rambut kemudian ditampung sementara sebelum jatuh kembali pada bantalnya basah, begitu pula bagian leher dan punggung dari kausnya yang rembes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulir keringatnya jatuh dari pelipis, masuk kesela-sela rambut kemudian ditampung sementara sebelum jatuh kembali pada bantalnya basah, begitu pula bagian leher dan punggung dari kausnya yang rembes. Semua bermandi keringat, seperti baru menyelesaikan lari maraton.

Bibir pink pucat alaminya bergetar tanpa suara, ingin memanggil nama seseorang yang tertutup siluet hitam. Tangannya bersembunyi dalam selimut tak beraturan.

"Jangan pergi-" katanya lirih, mimpi buruk menghantui, tangannya berganti meremas kencang seolah mencengkram sesuatu dibenak mimpi. "Jangan-"

Suara petir meledeknya dari atas awan, seolah tahu anak mana yang sedang ketakutan, alam itu juga ingin membuat suasana semakin kacau. Suara petir bersama kilatannya menembus dinding. Bola mata itu akhirnya tersadar, terbelak langsung dari kekagetan. Suara lain seperti alarm analog membuat suasana semakin membuat kesan horor dikesunyian ruang.

Jennie harus menenangkan diri. Nafasnya putus-putus.

"Shit." dia mengumpat dalam kegelapan kecuali bagian nakas sebelah kanan ada lampu tidur menyala. Benar saja, jam analog bening di pinggiran tempat tidur menyala. Meneriakan bahwa tugasnya harus terlaksana. Mata yang tadi terkejut kini kembali tenang begitu mendengar suara hujan dibalik tembok.

Sudah pagi.

Dia melemaskan otot tangan serta badan. Tadinya berniat untuk kembali tidur mengetahui hujan, tapi sepertinya tidak jadi karena hari ini bukan hari minggu favoritenya. Dia bergegas memakai slipper abu dibawah ranjang berjalan keluar dari ruang privasi.

"Pagi." suara kecil menyambar begitu dia berhasil membuka pintu dari kenop. Pandangan pertama yang dia lihat adalah televisi ruang tengah menyala dalam gelap, menampakan berita korea di pukul enam.

ia tidak menjawab melainkan sibuk melihat isi kulkas mencari makanan ringan sebagai pengganjal sementara sembari membuat toast dan susu. Dari kabinet dia bisa menyaksikan secara langsung sosok pria yang kurang lebih sudah dua minggu bernafas bersama dalam satu apartement.

Namanya Jeon jungkook.

Hari-harinya hanya berdiam diri dirumah entah melakukan apa yang pasti kim jennie, orang yang tengah melihat dari kabinet dapur menatap iba sekaligus memiliki rasa kesal.

Sudah minggu kedua tapi jennie selalu berteguh kukuh untuk tetap mengecap suaminya menjadi orang asing. Sama halnya seperti menginap di guest house atau hotel bnb, jennie seperti hanya seorang yang menumpang makan dan tidur sisa waktunya dihabiskan untuk bekerja atau hangout bersama teman-temannya. Meninggalkan semua kewajiban - sebenarnya sengaja melalaikan. Karena dirinya tidak merasa. Yang dirinya tahu hanya memberikan makan jika kebetulan ada di rumah, atau melaundry pakaian atau lagi lebih tepatnya dia menikah justru mendapatkan banyak pekerjaan baru sebagai pembantu tanpa rasa rela.

𝗣𝗥𝗘𝗖𝗜𝗢𝗨𝗦.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang