E L E V E N

38 7 0
                                    

Minggu ini Aludra memutuskan untuk pergi ke rumah lamanya untuk mengambil beberapa barang semasa kecilnya dahulu.

Tadinya Nina ingin ikut tapi segera dicegah oleh Aludra.

"Gue pengen nostalgia sebentar, jangan ganggu." ucapnya saat itu.

Sekarang Aludra sudah berada di kereta menuju rumah lamanya. Tinggal satu pemberhentian lagi agar ia dapat menuju rumahnya dengan berjalan kaki saja.

Setelah mendengar pengumuman bahwa kereta telah sampai di stasiun berikutnya, Aludra segera turun lalu menuju keluar.

Jalanan rumah lamanya tidak ada yang berubah. Rumah-rumah besar masih singgah disini. Begitupun rumah Aludra.

"Kenapa rumahnya gak Papa jual aja?"

"Ga, karena nanti pas Papa udah keluar dari penjara. Kita akan hidup bersama lagi dirumah lama itu, Ra."

Aludra membuka kunci gerbang lalu melangkah masuk. Ia rindu suasana rumah lamanya.

Dulu halaman yang cukup luas sekarang terlihat sangat kecil bagi Aludra.

Ia membuka pintu rumahnya. Suasana dingin menyelimuti kakinya. Tidak ada yang berubah. Dekorasi nuansa biru muda dan putih masih disini.

Rumah ini telah berdiri selama berpuluh-puluh tahun dengan kenangan yang sama. Mungkin Aludra harus sering-sering kesini untuk membersihkan rumahnya agar tidak berdebu.

Ia menuju lantai atas tempat kamarnya berada. Ia membuka pintu kamarnya dan menemukan kasur besar berwarna pink dan berbagai macam boneka tersusun rapi disana.

Kamar yang di dominasi warna pink ini telah ia tinggalkan selama 6 tahun lamanya.

Aludra duduk di tepi ranjang lalu mengedarkan pandangannya. Lalu tersenyum saat menemukan sebuah foto yang terpajang rapih di kamarnya.

Foto dengan keluarga kecilnya.

Aludra memutuskan untuk berkeliling kamarnya dan menemukan gitar akustik di dalam lemarinya.

Ia mengambil gitar tersebut lalu membersihkan debu yang menempel di badan gitar lalu memetikkan beberapa kunci. Ini hadiah yang Ibunya berikan saat dirinya berumur 5 tahun.

"Karena kamu suka gitar, jadi Mama beliin kamu gitar. Nah belajar yang bener ya!"

Sayangnya, Aludra hanya bisa belajar gitar itu selama 1 tahun saja lalu gitar tersebut ditinggal selama 6 tahun lamanya disini. Aludra memutuskan untuk membawa gitar ini untuk ia belajar lebih lanjut dirumah barunya.

Aludra menuju meja belajarnya lalu menemukan beberapa surat di mejanya yang sudah berdebu. Ia mengambilnya lalu membersihkan surat tersebut.

Ini, surat yang Ibunya tulis sehari sebelum ia dibunuh. Yang bertepatan dengan ulang tahun Aludra.

10 September 2012
00.00 WIB

Selamat ulang tahun, anakku, Aludra Zarine. Anakku yang paling cantik, semoga di hari lahirmu ini kau menjadi pribadi yang makin sehat, pintar, mandiri, dan bahagia selalu ya, nak.
Maafin Mama cuma bisa nulis surat untuk sekarang. Besok pagi Mama akan pergi dinas kalau tidak ada halangan.
Semoga kakimu cepat sembuh, nak. Jaga diri baik-baik sama Papa, ya!
Love, Mama

Aludra tersenyum miris lalu kembali melipat surat tersebut. Ia tidak sempat membaca surat ini karena ia terlalu heboh dengan hari ulang tahunnya sendiri.

Aludra membawa gitarnya keluar kamar lalu menuju halaman belakang tempat dimana ada kolam renang dan rumah kecil yang dibuat Firza untuk Aludra.

Rumah kecil itu masih berada disana. Dengan dekorasi yang belum selesai tentunya.

AludraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang