Sakit hati

2 0 0
                                    

"Dia lebih cocok jadi pembantu dari pada pacar"

Plak!

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Alzi

____________________

"Jaga ucapan lo!" Bentak Jessi cepat

Semua siswa yang ada di sekitar situ menatap pada mereka

Alzi memegangi pipinya yang di tampar oleh Jessi, ia tak menyangka Jessi akan bereaksi seperti itu. "Emang iya kan" tambah Alzi meremehkan

Plak!

Satu tamparan lagi mendarat mulus di pipi Alzi sebelah kiri

"Gue bilang jaga ucapan lo!" Bentak Jessi lagi

"Emang kenapa?" Tanya Alzi memegangi rahangnya "lo gak suka? Atau lo yang mau jadi pembantu?" Tambahnya sinis

"Oh apa lo kaya gara-gara lo morotin majikan lo?"

Jessi masih diam, tangannya mengepal menahan amarahnya

"Wah hebat dong ya. Dari anak tukang laundry jadi anak pengusaha yang kaya raya. Padahal cuma punya ibu, tapi gak ada bapak"

"Jaga omongan lo Alzi!!!" Bentak Jessi berang sambil mengarahkan kepalannya ke wajah Alzi. Alhasil Alzi jatuh tersungkur karena tinjuan itu tepat mengenai rahangnya dan keluar darah segar dari ujung bibirnya

"Gak usah bawa-bawa nama bunda gue! Dan asal lo tau, bunda gue lebih baik dari bokap lo yang gak berperasaan. Dan sekarang gue tau kalo elo juga sama kaya dia, gak ada bedanya sama sekali" ucap Jessi yang berjongkok di depan Alzi yang sedang terkapar menahan sakit

"Dan yang lo terima ini gak sesakit yang gue rasain" tambahnya kemudian berlalu pergi.

Jessi berjalan di lorong sekolah, langkahnya melebar dan semakin cepat. Jalannya menunduk, air mata perlahan keluar dari pelupuk matanya. Sesekali di usapnya secara kasar
Ia duduk di taman sekolah. Taman itu nampak sepi, karena jam pelajaran sedang berlangsung. Jessi lebih memilih ke taman itu ketimbang ke kelas, karna ia pasti akan melihat Alzi and the gank itu dan membuatnya semakin sedih karena ingat dengan masa lalunya

"Kenapa Zi!" Ucap Jessi "kenapa harus lo, kenapa lo juga nganggap gue kaya gitu! Padahal lo sendiri yang bilang ke gue kalo lo gak akan pernah berfikiran sama kaya bokap lo, lo yang suruh gue buat tegar tapi lo juga yang hancurin ketegaran gue hari ini. Lo orang yang paling gue percaya, lo orang yang bisa bikin gue senyum, lo yang dulunya selalu ada buat gue.  Dan sekarang lo orang yang buat gue sedih untuk yang ke tiga kalinya."
"Gue gak nyangka lo juga mikir kaya gitu"

Tangis isak Jessi terus menggema di taman sekolah. Seakan mendengar aduannya langit pun mendung dan menjatuhkan butir bening ke bumi.
Jessi mendongakkan wajahnya, menatap langit hitam yang ada di atasnya. Beberapa bulir air hujan membasahi wajah putihnya, beserta seragamnya.
Jessi tak bergeming, hujan semakin deras. Menutupi air mata yang jatuh di pipinya.

"Jessi"

Jessi meandang ke depan dengan tatapan kosong, bahkan ia tak mendengar seseorang yang sedang memanggilnya dati kejauhan itu

Tiba-tiba hujan berhenti. Tapi hanya di atas tubuh Jessi, rintik air masih sempay membasahi rumput di halaman taman sekolah itu. Jessi mendongak "payung?" Pikirnya. Ia pun memandang otang yang memegang payung itu
Betapa terkejutnya Jessi, dia diam mematung memandang pria itu

"Lo bisa sakit kalo hujan-hujanan gini" ucap pria itu

Jessi masih tak berkedip. Seakan tersadar ia pun mengalihkan pandangnnya ke depan. Dengan tatapan kosong. Lagi.

"Ngapain lo di sini" ucap Jessi sinis

"Gue antar ke UKS" ajak pria itu

"Gak perlu!" Tukas Jessi cepat

Keadaan pun hening sejenak hingga tiba-tiba pria itu duduk di samping Jessi dan melemparkan payungnya.
Jessi hanya melongo sekejap dan mengalihkan perhatiannya lagi. Tanpa peduli

"Gue temenin" tawar pria itu. Bukan tawar melainkan seperti memaksa

Jessi hanya diam tanpa merespond sama sekali.
Seakan kehabisan kata-kata pria itu pun terdiam, membuat keadaan menjadi hening.

"Sorry buat apa yang terjadi hari ini" ucap pria itu. Berusaha menghilangkan kecanggungan masing-masing

Hening. Tak ada jawaban dari Jessi. Gadis manis itu hanya diam

"Gue tau lo pasti gak suka. Terlebih, anak kelas kita orangnya kepo-kepo semua" lanjutnya "termasuk Selvi"

Hening, masih tak ada jawaban dari Jessi. Nampak sekali gadis itu menggigil kedinginan atau apa lah itu. Karna tubuhnya bergetar

"Segitu bencinya lo___"

"Mending lo pergi!" Potong Jessi cepat membuat pria itu tak melanjutkan ucapannya

"Tapi Jess g-gue___"

"Gue bilang pergi!" Bentak jessi "lo gak usah urusin hidup orang lain. Urusin hidup lo sendiri!" Tambahnya

"Sorry gue gak bermaksud ikut campur" ucap pria itu penuh penyesalan "tapi gue merasa berhak buat minta maaf ke elo dengan apa yang terjadi hari ini. Termasuk di lorong tadi" tambahnya

Tatapan Jessi berpindah cepat ke arah pria itu. Di tatapnya dengan tatapan yang sangat tajam

"Gue tau semuanya"

Jessi membuang muka sambil berdecih. Membuktikan bahwa itu topik yang tidak ingin dia bahas sekarang

"Gue selalu ada buat jadi temen curhat Jess" ucap pria itu "lo tau harus nyari gue dimana" tambahnya

Peia itu pun beranjak dari duduknya. "Lebih baik lo kr UKS sekarang" sarannya kemudian berlalu pergi

"Rafa" panggil Jessi

Punggung bidang itu pun nerbalik dan memandang Jessi yang sedang memandangnya juga

"Thanks" ucap Jessi tulus

Rafa hanya tersenyum kemudian kembali berlalu. Meninggalkan Jessi yang madih duduk di taman sekolah itu sendirian dengan hujan

***

Hai guys sorry pendek part ini. Di usahain part berikutnya lebih panjang deh
Jangan lopa vote-ment nya ya

Okey
Next→

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mak ComblangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang