1. Theo

21.9K 569 9
                                    


"Bangsat emang si Dhiren, kunci motor gue dibawa-bawa." celetuk Juni, cewek itu sudah melangkah menuju UKS tempat cowok itu biasanya nyebat.

Sumpah demi Tuhan, kalo ketemu itu anak mau Juni benturin dulu kepalanya, suka kurang ajar emang, minjem terooss balikin mah lupa, dikira beli motor pake daun.

Juni mengintip dari jendela, melihat ke dalam, sudah tampak bayangan punggung Dhiren, pantes tangannya udah gatel mau nonjok.








blam











"Nyebat aja teroooss, pantes muka lo sekarang mirip tembakau." ceplos Juni, melempar totebag isi buku paket ke kepala cowok itu.

Emang agak sadis tapi anak kayak Dhirendra itu susah diomongin, masih mending Juni lempar pake totebag, bulan kemaren Dhiren nyaris kena lempar batako gara-gara nekat balap liar.

Badung emang anaknya, harus pake kekerasan baru sadar.

Juni langsung naik ke brankar duduk disebelah Dhiren, cewek itu malah sempat-sempatnya memperbaiki kuciran rambut yang berantakan.

"Dhir, balik sekolah ngejamet gak? Kebetulan gue pengen kelapa muda." tanya Juni, dengan slowmotion dia menoleh ke arah cowok itu dengan mata binar.

jgeeerrr





Juni langsung berdiri, kaget, gila aja siapa yang gak kaget, ini bukan Dhiren woi, Juni gak tau siapa, pokoknya mukanya ganteng.

Cewek itu panik, inget banget gimana kelakuannya barusan, dengan reflek dia menyentuh belakang kepala cowok itu, mengelus-elusnya.

Anjir benjol, jeritnya dalem hati.

'Semua ini gara-gara si bangsat Dhiren, emang kayaknya pas waktu itu gue langsung lempar aja batako ke kepalanya gak perlu mikir dua kali lagi.'

Juni langsung menunduk, "Maaf, Bang."

"Serius deh gak sengaja, aku pikir Abang itu Dhiren..." jelasnya.

Juni menatapnya, memelas sambil sok cantik, walau kondisinya canggung gini Juni harus tetep tepe-tepe.

Juni mengulurkan tangan, berkata dengan kepala miring memperhatikan cowok itu seksama. "Sini, mana yang sakit?"


Cowok itu mengadah menatap Juni tanpa ekspresi kemudian mengeluarkan lengannya dari kantong hoodie, menyerahkannya diatas telapak tangan cewek itu.

Juni menunduk, melihat lengan kecil di tangannya, kurus sekali, sedikit lebih kurus dari Juni, tapi bukan ukuran tangan cowok itu yang membuat Juni membisu,


Ada darah.




Cowok itu seolah ingin merobek nadinya sendiri, nggak dalem banget, mungkin karena keburu kepergok Juni.

Tak bisa melakukan apapun, Juni mendekatkan luka itu ke mulutnya, meniupnya hati-hati seolah akan sembuh sekejap.

"Aku tiup ya Bang, biar gak sakit lagi."



Hi, JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang