Theo merasakan tangannya kram dan perih, tadi sebelum pulang sekolah Theo dipanggil ibu kantin buat nyuci piring lagi kebetulan di sekolah ada rapat guru-guru jadi lebih banyak peralatan dapur yang ke pake, Theo tentunya seneng bukan main dapet bayaran double hari ini.
Cowok itu menyandarkan diri di bangku taman, lalu mengecek hape, kayaknya seharian ini dia belum buka hape, terakhir buka ya pas video call sama Dhiren.
Gak ada notif apapun (karena Juni masih di block) selain dari grup kelompoknya bareng Haikal dan Jeno. Cowok itu melihatnya.
Jeno : Theo tadi kan gue sama Haikal ke ruang guru terus dikasih amanat sama guru TU, di suruh sampein ke elo, tapi elo udah balik
Haikal : Katanya suruh bayar uang buku paket, kalo gak mau ijazah sama surat kelulusan di tahan sekolah.
Theo : Berapa?
Jeno : Katanya satu juta.
Theo menahan nafas melihat nominalnya.
Waktu itu, pas disuruh beli buku paket yang harganya bikin merinding itu, Theo minta izin Tata Usaha buat ngasih dia keringanan, dikasihlah waktu beberapa bulan buat lunasin, tapi yang jadi masalahnya Theo sama sekali gak bisa ngehasilin duit sebesar itu.
Haikal : Yo, kalo lo masih belum bisa lunasin, gue sama Jeno bisa bantu kok.
Jeno : Iya, Yo. Jangan sungkan-sungkan.
Theo menghembuskan nafas, ada apa sih sama dua orang ini? Gak biasa banget ngomong begini ke Theo, biasanya juga kayak orang ketakutan kalo bicara sama Theo.
Kalo karena balas budi, ya mending gak usah deh, Theo tau mereka begitu supaya gak jadi beban dia doang.
Theo : Gak perlu.
Saat Theo mau masukin hape-nya ke tas, ada tiga notif yang muncul bersahutan.
Haikal : Jangan pernah ngerasa sendirian, Yo.
Jeno : Lo selalu ada dan perduli sama kita, jadi kasih kita kesempatan buat bales kebaikan lo.
Haikal : Yang terakhir, makasih juga udah selalu nguatin dan perduli sama kita pake cara lo yang berbeda.
Theo itu bener-bener berkat bagi segelintir orang.
***
"Kamu yakin mau kerja di sini?" tanya pria di depannya, pemilik kafe kopi yang lebih suka dipanggil Bapak daripada nama.
Theo mengangguk pasti, "Iya, Pak."
Bapak jadi ikut mengangguk, tapi masih ada ragu-ragu di matanya, yang bikin Theo jadi parno sendiri.
"Sejauh ini, saya belum pernah memperkerjakan anak yang masih sekolah, tapi karena kamu bukan dibawah umur lagi, saya masih bisa nerima kamu di sini."
Theo mengangkat ujung bibir, gak bisa sembunyiin perasaan senengnya. Akhirnya, setelah beberapa jam mencari kerja sampe hilang akal Theo berhasil juga.
"Tapi..." jeda.
Bapak menggantung pembicaraan sambil melirik Theo, memperhatikan ekspresi cowok itu yang keliatan tegang.
"Karena masih sekolah, kamu saya pekerjakan dari jam pulang sekolah sampe jam sembilan malem, nggak full banget, jadi saya cuma bisa ngasih gaji setengahnya."
Theo merapatkan bibir, kepalanya berpikir cepat, gaji satu bulan berkerja full di sini satu juta, kalo dipotong setengahnya Theo cuma dapet limaratus ribu.
Pada akhirnya cowok itu memilih pilihan yang berat, dia menghela nafas, sudah siap menanggung risiko-nya, bukannya utang harus jadi prioritas utama? lagipula Theo gak mau ijazah sama SKL-nya di tahan sekolah.
"Saya bisa kerja full selama dua minggu ini pak, tapi tolong banget....." Theo membasahi bibir. "Bisa kasih gaji saya duluan? Saya butuh buat bayar keperluan sekolah."
Bapak menatap Theo lurus-lurus. "Terus sekolah kamu?"
"Saya bisa minta izin ke wali kelas." jawab Theo dengan mantap, seolah sudah yakin betul.
Bapak menghela nafas, jujur sulit sekali untuk menolak anak ini, dia bener-bener keliatan putus asa, jauh dalam hatinya dia lebih ingin memberi ikhlas uang yang diperlukan anak itu, tapi melihat tekadnya, pria itu tau Theo anak seperti apa, dia pasti bukan tipe anak yang mengadahkan tangan menampung belas kasihan orang-orang.
Beda dengan Theo, cowok itu sudah excited sekali buat belajar jadi barista, udah lama Theo kepengen nyoba ngolah kopi sampe jadi minuman yang enak.
Bagi Theo pekerjaan emang harus dinikmatin kan?
Tiba-tiba satu notifikasi watsap mampir di hape-nya, setelah meminta izin kepada pria di depannya, Theo langsung buka hape.
Dhiren : send a pict
Dhiren : lagi makan es krim
Theo : Maksudnya?
Dhiren : gk ada maksud, cm mau pamer doang
Tanpa sadar Theo tertawa ringkih, merasa sangat terhibur, diam-diam dalam hati dia berdoa semoga manusia bernama Dhirendra selalu ada di sisinya, bersamanya saat jatuh dan bangun.
***
an:
hari ini sebenernya saya mau double up, tapi gak keburu buat nulis part lanjutannya, semoga besok bisa double up yaa
have a nice day
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, June
Teen FictionR15+ (CERITA MENGANDUNG BAHASA KASAR DAN TINDAKAN TAK BENAR, HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN.) Ada dua tipe cowok di dunia menurut Juni, yang pertama modelnya kayak Dhirendra, kedua ya kayak Theodore. Dhiren itu spesies cowok badboy wattpad yang klemer-k...