silahkan klik vote dan beri komen untuk mengapresiasi saya.
***
Theo mendudukan diri di bangku taman, menaruh tas sekolahnya di samping, cowok itu menyabik roti yang baru dia beli dan memasukkannya ke mulut lalu merendam tenggorokkan dengan air kemasan.
Theo menghembuskan nafas, merasakan kepalanya sangat berat. Pikirannya terbagi-bagi, yang paling sibuk dia pikirin itu sumber mata pencaharian yang dia punya saat ini cuma jadi tukang cuci piring di kantin, tentu uang tigapuluhribu gak akan pernah cukup buat dipake seharian, ada banyak kebutuhan yang perlu Theo bayar, terutama sekolah.
Dia menggenggam uang sepuluhribu di tangannya, sisa dari segala hal yang mesti dia bayar, Theo gak punya apa-apa selain ini.
Berat banget, baru kali ini Theo ngerasa seberat ini.
Sudah satu minggu dia hidup luntang-lantung semenjak terpaksa keluar dari kos-kosannya, tidur di sembarang tempat, sampai mandi juga di toilet umum.
Theo menarik resleting tas-nya yang isinya pengap, ada lima seragam, beberapa pakaian dalam dan kaos, sabun, shampoo, sama buku tulis, untung saja buku paket bisa dia taro di loker sekolah jadi Theo gak perlu kerepotan buat mikul buku sana-sini.
Theo mengambil lipbalm dari sisi tas-nya, memandangnya, kemudian mengoleskan benda itu ke bibirnya. Dalam hati dia ketawa, Theo sama sekali gak pernah ngelakuin hal kayak gini, lucu aja kalo dia sampe niat inget pesan Dhiren.
Cowok itu menyimpan setengah roti, air, uang, dan lipbalm ke dalam tas, dan menutupnya kembali.
Theo menyandarkan diri di bangku, memangku tasnya, memandang pantulan bulan dari kubangan air di depannya. Cowok itu malah jadi ngelamun.
Berat banget. Ada banyak yang harus dia pikul, bebannya, pikirannya, perasaannya juga.
Kalo Theo bukan cowok dia juga pengen nangis jerit-jerit, tapi kan gak bisa, cowok pantang nangis, Theo gak mau jadi cowok yang cemen.
Masih banyak yang harus dia gak apa-apain, masih banyak yang harus dia ikhlasin, ya gak apa-apa lah toh Theo gak bisa milih garis hidupnya sendiri.
Kalo ada satu atau dua titik berat ya namanya juga hidup, gak selalu ada yang mulusnya aja.
Yang penting ikhlas.
Anggep aja pas Theo niat buat bunuh diri itu gak pernah terjadi, khilaf doang, untung sekarang udah sadar.
Tapi mata ya gak bisa bohong, udah sekuat tenaga ngomong dalem hati nguatin diri sendiri, ya tetep aja namanya manusia suka bawa perasaan.
Theo merasakan matanya penuh air, cowok itu mengadahkan kepala mengantisipasi supaya nggak nangis tapi susah banget, kayak ada benda berat dan pait di tenggorokkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, June
Teen FictionR15+ (CERITA MENGANDUNG BAHASA KASAR DAN TINDAKAN TAK BENAR, HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN.) Ada dua tipe cowok di dunia menurut Juni, yang pertama modelnya kayak Dhirendra, kedua ya kayak Theodore. Dhiren itu spesies cowok badboy wattpad yang klemer-k...