Make Up 3: First Drink

5.6K 940 60
                                    

Ruang khusus berukuran enam kali delapan meter itu berisi meja rias mahal seperti milik make up artist profesional, disekat oleh lemari gantung dengan pintu kaca yang membentuk walking closet, tempat Wonwoo menaruh gaun-gaun mahal, lemari di sebelahnya terbatas kotak-kotak untuk meletakkan koleksi high heels yang dibelinya dari hasil bekerja pada Seungcheol dan Jeonghan di bar milik mereka. Malam ini ia kembali kepada rutinitasnya, sebuah foundation berwarna natural ia sapukan ke wajah putihnya, pulasan bedak tipis-tipis, warna eye shadow favoritnyaㅡmerah kecoklatanㅡtak lupa ia aplikasikan dengan kuas kecil khusus, maskara membuat bulu matanya yang lentik tambah memesona, terakhir selaput tipis lipstick merah muda pada bibirnya yang merekah semerah delima.

Tetapi ada sebuah sofa panjang dan rak buku kecil di dalam ruangan yang terkesan glamor itu, sebuah kontradiksi bagi seorang Jeon Wonwoo. Ayahnya bilang, kau boleh melakukan apapun asal otakmu berisi. Siapa yang menyangka wanita malam pengantar wine ini akan tampak gagah dalam balutan jas ketika ia selalu berhasil membuat kliennya tersenyum puas dalam jual beli saham perusahaan-perusahaan besar. Bergelar CFA (Chartered Financial Analyst) sebuah sertifikat profesional broker saham yang dikeluarkan oleh CFA Institute di Amerika Serikat, Wonwoo menjalani kehidupan siangnya dengan normal. Ia ingin membuktikan kepada ayahnya bahwa ia berhasil, ia bukan anak sialan memalukan yang selalu digadang-gadangkan ibunya.

~~~

"Wonwoo-ya, bisa kau antarkan wine ini ke ruang VVIP lagi? Jonghyun dan kawanannya kembali lagi kemari malam ini." Seungcheol berkata dari balik pintu ruangan Wonwoo.

"Sedikit lagi hyung, aku akan mengantarkannya kau tenang saja." Wonwoo sedang membungkuk untuk merapikan high heels yang baru saja dipakainya, mematut kembali dirinya di depan cermin, riasan yang sempurna, dan entah kenapa malam ini jantungnya berdegup lebih kencang.

~~~

Tawa menggema, lelucon-lelucon yang dilemparkan Seokmin membuat ketegangan mereka karena urusan kantor sedikit melebur. Masih dalam formasi yang sama seperti malam sebelumnya, Jonghyun, Seokmin, Mingyu, serta dua orang yang tampak seperti orang asing Hansol dan Aaron.  Wanitaㅡpriaㅡbergaun merah sutra dengan model kerah turtleneck menutupi leher jenjangnya, panjang gaunnya sama sekali tidak minim, menutupi hingga sebatas betis, tetapi aura yang dikeluarkannya dapat membuat pria-pria dalam ruangan itu meneguk saliva-nya dengan kasar.

"Cabernet Franc, seperti biasa Tuan." Wonwoo menaruh botol wine pesanan Jonghyun dan kawanannya di atas meja kaca yang berada di depan sofa tempat mereka duduk.

"Terima kasih. Untuk malam ini bisakah kau menemani kami di sini? Aku berjanji, hanya sekadar menemani." Jonghyun berujar sesopan mungkin agar Wonwoo tak menolak seperti malam sebelumnya.

Belum sempat Wonwoo menjawab permintaan Jonghyun, pergelangan tangannya ditarik dengan sedikit kasar oleh salah satu dari mereka. "Kau terlalu sopan berbicara dengan seorang jalang, hyung." Kim Mingyu menggenggam tangan Wonwoo agak kencang, membawa si wanitaㅡpriaㅡke pangkuannya. Wonwoo menegang, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, sebelumnya tak ada yang berani menyentuhnya jika ia bilang tidak, perlakuan terburuk yang didapat Wonwoo sebatas umpatan dan cacian, dorongan pada bahu, serta siraman air ke wajah dan rambut artifisial mahalnya.

Pria cantik dalam balutan gaun sutra  berwarna merah itu menggeliat tidak nyaman di atas pangkuan Mingyu yang mulai mengecupi bahu putihnya yang terbuka. "Berhentilah Mingyu, dia terlihat tidak menikmati." Pria berwajah asing berambut coklat itu memperingati kawannya, ucapan Hansol diangguki oleh Seokmin.

"Who cares!" Mingyu menanggapi dengan dingin, tangannya memeluk erat pinggang ramping milik Wonwoo. "Minumlah, pretty. Relaks, okay?" Mingyu berbisik seduktif di telinga Wonwoo dan sesekali mengecupnya. Wonwoo seperti tidak berkoordinasi dengan baik, ia bingung dengan logikanya yang tidak sejalan dengan respon tubuhnya.

Di sudut sofa seberangnya, Jonghyun menatap sendu dan Wonwoo tidak pernah tahu untuk siapa jantungnya berdetak cepat.



To be continued

P.S.

He's actually man, I promise.
I really like plot twist, I loved when you cursing like, "Fck!" or "Oh my bloody hell!" Lol.
Selamat membuka kotak pandora!

Make Up [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang