Make Up 15: Our Own Way

4.3K 705 146
                                    

Mingyu meregangkan otot-ototnya, mata cokelatnya berkeliling ke segala penjuru apartemennya. Ia meraba bagian kanan tempat tidur yang kosong, sang kekasih pasti telah terbangun lebih dulu daripada dirinya. Terhitung dua tahun sudah, sejak hubungannya dengan Wonieㅡatau Wonwooㅡterserah persetan siapapun itu, akhirnya mereka berdua berbalik arah kembali memunggungi satu sama lain dengan aliran yang berbeda, kejadian perpisahan dulu terulang kembali. Mingyu dengan jalannya sendiri, bersandar pada seorang yang ia jadikan labuhanㅡmeski hatinya entah tertambat entah tidakㅡdan Wonwoo yang telah terbang entah ke mana. Cinta nyatanya tak perlu waktu lama untuk menemukan muaranya kembali. Aroma butter dari pancake bercampur bubuk cinnamon menguar tajam dari pantry, Mingyu telah bersandar di pintu pembatas pantry dengan sleeveless shirt hitam dan training pants abu-abu misty tangannya terlipat di depan dada, senyumannya tak luntur melihat sang kekasih yang bolak-balik sibuk dengan apron berwarna peach menyajikan pancake untuk sarapan mereka.

"Selamat pagi sayang ..." Suara bariton rendah milik Mingyu mengalun menyapu telinga kekasihnya.

"Astaga! Kau mengagetkanku." Kekasihnya terkejut lalu memasang senyum manis sambil melangkah mendekati Mingyu, menghambur ke dalam pelukannya dan mengecup singkat bibirnya.

"Pancake-mu selalu menjadi yang terbaik, Hao-ya." Mingyu mengelus  lembut rambut hitam pekat milik Minghao.

~~~

Jeonghan menyapukan sentuhan terakhir pada mata Wonwoo. Berdecak kagum melihat hasil karyanya. "Kau cantik sekali Wonie-ya." Wonwoo hanya menunduk, menyembunyikan rona merah muda yang dengan lancang mewarnai sepasang pipinya.

"Kau yakin, hyung?" Wonwoo bertanya sekali lagi, Jeonghan mengangguk mantap mencoba meyakinkan Wonwoo.

"Rileks sayang, kau kan sudah bercerita semua kepadanya. Ia juga sudah melihatmu ketika bekerja dengan setelan kantor yang biasa. Dan ia tak masalah bukan? Yang terpenting ia mencintaimu apa adanya." Jeonghan memegang bahu Wonwoo, menatap lekat ke dalam mata rubah miliknya, seakan terhipnotis, Wonwoo mengangguk patuh dan tersenyum tipis. Meski Jeonghan tahu cinta Wonwoo begitu besar untuk Mingyu, terlihat dari mata rubah yang tajam itu berkaca-kaca hendak meneteskan kesedihan.

~~~

Jemari lembut Wonwoo memegang pundak lelaki yang terduduk membelakanginya. Dress lengan pendek berwarna biru navy berkerah shanghai dengan aksen lace yang menutupi dada putihnya, panjangnya sebatas lutut. Memakai high heels berbahan velvet mahal dengan warna senada. "Sehun ..." Wonwoo memanggil prianya dengan lembut dan perlahan. Lelaki dengan bahu tegap terbalut jas berwarna cokelat muda yang terlihat selaras dengan kulit putihnya itu menoleh ke arah datangnya suara.

"Jangan terlalu cantik, ini masih siang ..." Tangannya terulur untuk menggapai jemari lentik milik Wonwoo. "Bagaimana rasanya kembali lagi ke tanah kelahiran? Ah, tapi aku lebih menyukai kisah kita yang tertinggal di Liverpool." Sehun membuka pembicaraan, sangat paham jika Wonwoo-nya atau Wonie-nya tak terlalu pandai berbasa-basi.

"Masih saja banyak bicara, jadi bagaimana?" Wonwoo berkata malu-malu, sejujurnya ia ingin mengetahui pendapat Sehun tentang penampilannya.

"Apanya yang bagaimana? Kau cantik, manis, tampan, cerdas, berkharisma. Memang sih manusia tidak ada yang sempurna, tapi bukankah aku ada untuk menyempurnakanmu?" Sehun tersenyum, tulus tanpa ada pamrih yang tersirat. Wonwoo terpaku, perbedaan yang signifikan. Jonghyun hanya ingin Wonie bukan Wonwoo, agar tak dianggap memiliki romansa yang tabu. Sedangkan Mingyu, marah besar tanpa ingin mendengar sepercik penjelasan darinya, meskipun Wonwoo tahu Mingyu tak pernah mempermasalahkan laki-laki atau perempuan, Wonwoo atau Wonie. Mingyu hanya terlampau kecewa karena merasa dibohongi.

"Kau ini, jangan terlalu cheesy. Aku tidak suka ..." Wonwoo memukul pelan punggung tangan Sehun, ia ingin mencintai lelaki di hadapannya sebesar lelaki itu mencintainya.

"Kita harus makan, setelah itu aku ingin berjalan-jalan, musim semi terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja." Lelaki tinggi dengan garis rahang yang tegas itu mengajak Wonwoo untuk bergegas.

~~~

"Mingyu-ya, ayo lekas. Kau bilang ingin ke festival cherry blossom. Bisa-bisa kita tidak akan dapat tempat parkir jika terlambat." Minghao menarik-narik ujung blazer yang dikenakan Mingyu, sedangkan sang kekasih masih sibuk menata rambutnya dalam pantulan cermin.

"Iya sayang, ayo bergegas." Mingyu segera menggenggam pergelangan tangan Minghao dengan lembut.

~~~

Langkah Wonwoo terseok-seok di tengah ribuan orang yang memadati Yeouido Hangang Park, salahkan Sehun yang seketika merindukan festival cherry blossom di tanah kelahirannya. Wonwoo mendengus sebal, karena Sehun tidak merasakan penderitaannya yang tengah memakai high heels setinggi tujuh sentimeter. "Sehunnie ... Berhenti sebentar boleh ya?" Wonwoo menarik lengan Sehun untuk duduk di sebuah kursi taman yang kebetulan sedang kosong.

Mata Wonwoo tertuju pada penjual cotton candy yang ada di tengah-tengah taman. Ia segera bangkit dari duduknya dan berjalan cepat ke arah kereta dorong yang berjualan cotton candy. Mengabaikan tawa Sehun yang menganggap Wonwoo kekanakan. Ia mengulurkan tangannya untuk menggapai cotton candy biru yang tersisa satu pada kereta dorong itu, bersamaan dengan sebuah tangan lain yang besar dan hangat sedikit menangkup tangan kecilnya karena sama-sama ingin menggapai cotton candy biru yang terakhir.

"Aku duluan ..." Wonwoo berkata dengan ketus.

"Wonwoo?" Seketika ia menolehkan kepalanya dan mendapati Mingyu tengah menatapnya lekat.

"Mi ... Min ... Mingyu?" Ia terbata, bibirnya bergetar.

Kedua anak manusia itu masih mempertahankan genggamannya masing-masing pada tangkai cotton candy biru terakhir dengan jemari yang tak sengaja bertautan.

"Kau bahagia?" Mingyu bertanya lebih dulu.

"Aku ... Ya aku bahagia. Ia duduk di sebelah sana." Wonwoo menunjuk Sehun yang sedang memainkan gawainya.

Mingyu mengangguk perlahan, sambil mengarahkan dagunya ke arah Minghao yang sedang bermain-main dengan gelembung sabun di tengah hujan kelopak cherry blossom. Kali ini giliran Wonwoo yang mengangguk, seakan mengerti apa yang ingin disampaikan Mingyu.

"Aku bahagia ... Tapi ... Aku merindukanmu Wonwoo-ya. Entahlah, aku juga tak tahu mengapa." Mingyu tak ingin lagi menyimpannya sendiri.

"Aku pun. Aku juga merindukanmu. Ini cotton candy, terakhir?" Wonwoo merasa lega telah mengakui betapa rindu ia kepada Mingyu.

"Mungkin iya. Mungkin tidak. Akan selalu ada cotton candy biru hari esok." Mingyu tersenyum, Wonwoo juga ikut tersenyum.

"Anyway, you look so beautiful in blue, Wonie-ya."

"Thanks a bunch, Kim."


FIN

P.S.

Finally, end juga. Tenang, aku akan bikin epilog. Sesuai judulnya, "our own way" berarti ya keadaan mereka masing-masing kan? Siapa yang nggak setuju hayoooo? Tungguin epilognya aja ya, siapa tau kan Meanie bersatu. Setidaknya Mingyu sudah menerima keadaan Wonwoo and Wonie. Boleh berharap lebih? Boleh bangeeeet. Selamat membuka kotak pandora!

Make Up [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang