"Apa kau tidak canggung bertemu denganku hampir setiap minggu?" Jonghyun membuka pembicaraan, bosan dengan keadaan diam yang sejak tadi menggelayuti ruangannya. Di hadapannya, Wonwoo masih memperhatikan grafik bursa saham seminggu belakangan.
"Canggung, untuk apa? Lagi pula aku kemari kan untuk pekerjaan. Sebaiknya kau tidak membawa masa lalu di waktu yang sekarang. Aku mohon jangan membawa Changwon ke Seoul, Jonghyun-hyung." Wonwoo mengalihkan pandangan dari laptopnya, menatap tepat pada iris mata cokelat milik Jonghyun.
Keterdiaman kembali menghiasi ruangan mewah milik CEO New East Group. Detik yang berdetak dari jam dinding mewah menjadi terdengar sangat ramai layaknya pemandu sorak. Pindah ke Jepang mengikuti tugas ayahnya, tidak serta merta membuat perasaan Jonghyun ikut berpindah, dulu ia hanya anak lelaki naif lima belas tahun yang mengkhianati sahabatnya dan menyangkal rasa jatuh cintanya pada anak lelaki manis bermata rubah yang selalu menangis di bangku taman.
"Kau begitu menikmati pekerjaanmu, Wonwoo?" Yang ditanya hanya mengedikkan bahu tanda mengiyakan, mulutnya terlalu malas untuk menanggapi seseorang di depannya.
"Tak mengikuti jejak ayahmu? Mengabdi pada negara?" Seseorang di depannya kembali bertanya dan kali ini Wonwoo tak bisa hanya diam ketika ayahnya kembali diungkit.
"Kau mengejekku?" Wonwoo bertanya tajam dan Jonghyun dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Hyung, aku mohon bersikaplah profesional. Aku tidak mau menyinggung urusan pribadi. Lalu kau sendiri mengapa tidak menjadi tentara juga?" Wonwoo melempar pertanyaan yang sama-sama menyinggung keduanya.
~~~
"Tuan, maaf tetapi suamiku sedang penempatan tugas di luar kota." Nyonya Jeonㅡibu Wonwooㅡsedikit terkejut ketika membukakan pintu untuk tamu yang baru saja datang, Kapten Kim. Atasan ayah Wonwoo di Angkatan Darat Korea.
"Ya aku tahu." Tatapannya dingin, kakinya dengan ringan melangkah masuk membuat nyonya Jeon mengambil langkah mundur untuk mempersilakan masuk atasan suaminya.
"Anakku, Kim Jonghyun. Selalu bercerita tentang anakmu, anak Sersan Jeon." Ibu Wonwoo terdiam mematung, dalam pikirannya berkecamuk, apakah Seulgi atau Wonwoo yang sedang dibicarakan.
"Tidak ada sejarahnya dalam keluargaku, bahwa anak lelaki menyukai anak lelaki juga. Bilang pada anakmu, jangan membawa pengaruh buruk untuk anakku atau jabatan rendah Sersan Jeon bisa kucabut kapan saja." Kalimat itu menandakan bahwa Jeon Wonwoo lah yang sedang dibicarakan, ibu Wonwoo hanya bisa mengatupkan rahang kuat-kuat menahan marah dan merencanakan siksaan baru untuk anaknya nanti agar jera.
~~~
Wonwoo berhenti mengamati grafik bursa saham, ia menutup laptopnya dan mulai membereskan barang-barangnya sambil menghela napas. "Aku belum menemukan saham yang tepat untuk menginvestasikan idle-fund milikmu. Mungkin setelah ini aku akan meninjau dari kantorku saja selama belum ada yang bisa didiskusikan bersama." Lelaki manis itu bangun dari duduknya dan Jonghyun dengan cepat menggenggam pergelangan tangan kecil milik Wonwoo.
"Tidak adakah kesempatan kedua?" Alis Wonwoo bertaut mendengar pernyataan lelaki di hadapannya.
"Kesempatan kedua? Setelah kau membuatku dihantui rasa bersalah atas kematian ayahku seumur hidup. Kini kau meminta kesempatan kedua? Hyung, aku mohon berhentilah." Wonwoo menghempaskan tangan Jonghyun yang menggenggamnya.
~~~
She's locked up in a prison made of thoughts
She puts no worth on anything she's got
'Cause no one believes that she was born this way
And heaven knows that God don't make mistakesTo be continued
P.S.
Selamat membuka kotak pandora!

KAMU SEDANG MEMBACA
Make Up [Meanie] ✓
FanfictionNo you don't need make up, to cover your face love You're beautiful now, within or without Be good to yourself, you doing me proud No you don't need make up, to cover your scars up You're beautiful now, within or without And never forget, you doing...