"Maafkan eomma yang tak bisa menjaga adikmu, Seulgi-ya ..." Seorang anak yang manis masih terdiam di pemakaman adik perempuan tersayangnya air mata meleleh membasahi pipinya yang putih berisi.
~~~
"Mulai sekarang ia tinggal bersama kita, Yeobo?" Sebuah tatap hangat menghujani bayi kecil berusia lima belas bulan dalam balutan selimut berwarna biru langit.
"Hanya aku yang terdekat dengan keluarga Yunho-hyung, Yoona-ya. Lagi pula Seulgi pasti senang karena akan ada adik baru." Donghae menutup percakapannya dengan sang istri masih dengan Wonwoo dalam gendongannya, tepat hari ini Donghae dan Yoona akan menjadi orang tua bagi Wonwoo. Appa dan Eomma yang ia kenal dalam hidupnya.
~~~
"Yeobseyo ..."
"Wonie-ya, kabarmu baik kan?"
"Eoh, Seulgi-noona. Iya aku baik, noona sendiri bagaimana?"
"Aku baik-baik saja kok di sini. Apakah adikku yang cantik sudah memiliki kekasih?"
"Kau bicara apa sih? Kapan kau kembali ke Seoul? Aku merindukanmu noona ..."
"Hei, kekasihmu tampan tidak?"
"Iya dia tampan, sangat tampan. Terima kasih telah membuatku seperti ini, Noona. Aku menyayangimu."
"Aku lebih menyayangimu, Wonie-ya. Sudah ya, aku tutup. Aku harus menghadiri meeting penting."
"Baiklah, jaga kesehatanmu."
Senyuman terkembang dari wajah lelahnya yang sejak pagi terpaku di depan laptop, proyek dengan Jonghyun belum juga menemukan titik terang, padahal ia ingin segera menyelesaikan tugasnya dan hidup tenang jauh dari jangkauan Jonghyun dan Mingyu. Seulgi-noona selalu menjadi muara bahagianya setelah kepergian sang ayahㅡpaman Donghaeㅡsosok yang selalu membelanya.
~~~
"Apakah aku boleh ikut bermain?" Seulgi menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul.
"Tidak bisa Seulgi-ya, kau kan tidak memiliki adik perempuan untuk didandani. Kita kan sedang berperan pekerjaan di salon, siapa yang akan kau dandani memangnya? Sudahlah, jangan bermain dengan kami." Teman-temannya kembali mengabaikan Seulgi dan melanjutkan permainan mereka.
Anak perempuan dengan mata sipit dan kulit seputih susu itu hanya bisa menangis ketika pulang ke rumah. Wonwoo kecil ikut berlari memasuki kamar sang noona ketika melihat noona kesayangannya menangis sambil berlari dan melupakan salam ketika memasuki rumah sederhana mereka.
"Noona ... Mengapa menangis?" Anak lelaki manis berambut hitam pekat itu menghampiri kakak perempuannya, ikut mendudukkan dirinya pada ranjang bergambar Disney Princess. Pihak yang ditanya hanya diam, masih menangis lirih. "Noona, jangan menangis nanti cantiknya hilang. Wonwoo harus apa agar Seulgi-noona berhenti menangis?"
Anak perempuan itu mengangkat kepalanya yang sedari tadi ia sembunyikan pada lipatan lutut. Sebuah senyuman tipis mengembang dengan penuh arti. Ia memegang kedua bahu adik lelaki angkatnya, menatap dengan lekat mata tajam rubah anak lelaki di hadapannya, menelisik bibir merah muda dan hidung bangir yang begitu runcing.
"Kau ingin noona senang kan? Kau tidak ingin kan melihat noona menangis?" Wonwoo memberi beberapa kali anggukan.
"Mulai hari ini noona akan memanggilmu Wonie, bagaimana?" Wonwoo kembali mengangguk.
"Wonie harus menuruti apa kata noona. Wonie harus mau didandani. Bagaimana?" Anggukkan kembali terbit dari sang adik lelaki.
"Nanti, Wonie akan noona pakaikan baju-baju princess. Wonie senang kan? Tidak usah bermain Gundam lagi, itu melelahkan. Wonie mau kan menyenangkan noona?" Angkukkan ternyata menjadi jawaban akhir antara ia dengan noona-nya, sebuah induk yang ternyata menjadi muara segala kesakitan yang dialami Wonwoo. Permainan masa kecil Wonwoo dan Seulgi yang tidak pernah mereka sadari akan membawa dampak bagi masa depan.
To be continued
P.S.
Dan BOOM! Sudah tahu kan siapa yang sebenarnya sakit? Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Up [Meanie] ✓
FanfictionNo you don't need make up, to cover your face love You're beautiful now, within or without Be good to yourself, you doing me proud No you don't need make up, to cover your scars up You're beautiful now, within or without And never forget, you doing...