Make Up 12: Trauma

3.8K 753 22
                                    

Wonwoo hanya bisa mengangguk kaku. Mengiyakan pernyataan tentang anak lelaki cotton candy biru dalam ingatan Mingyu. Ingatkan sekali lagi jika Kim Mingyu versi dewasa sudah bukan pecundang yang hanya berani bersembunyi di balik semak Verbena, Mingyu dengan mudahnya menghambur memeluk Wonwoo yang berdiri membeku. Jonghyun telah kalah secara aksi, tapi tidak secara taktis. Ia tahu segalanya, pasca kepindahannya ke Jepang saat masa remajanya, Mingyu dengan teratur mengabarkan setiap hari tentang kedekatannya dengan Wonwoo. Anak lelaki manis itu telah melupakan penolakan dari dirinya dan membuka ruang untuk Mingyu. Jonghyun tidak buta jika dalam pelukan dua orang di hadapannya tersirat sebuah kerinduan yang membuncah. Dan satu hal yang terpenting, Jonghyun tahu persis bahwa Mingyu tak suka dibohongi.

~~~

"Kau tahu kan, cerita Wonwoo tentang anak lelaki di masa kecilnya?" Jeonghan bertanya pada Seungcheol yang dibalas dengan gelengan.

"Mingyu. Dia Kim Mingyu, yang setiap malam setia mengunjungi Wonie." Jeonghan masih berceloteh sambil memijit pelipisnya gusar. Memikirkan berbagai macam kemungkinan hubungan yang akan terjadi antara Wonie, Mingyu, dan Wonwoo. Seungcheol berdeham pelan sambil memejamkan mata.

"Hmm ... Aku tidak menyangka hidup Wonwoo begitu rumit. Bagaimana jika Mingyu terlanjur jatuh cinta dengan Wonie dan telah melupakan Wonwoo?" Seungcheol menggumam, mengeluarkan segala pemikiran terburuk yang akan terjadi.

"Tapi mereka orang yang sama Cheol-ah. Akan sama saja." Jeonghan mencoba menepis hal yang mengganggunya dengan kemungkinan-kemungkinan positif.

"Perasaan tidak sesederhana itu Hanie-ya." Seungcheol menutup pembicaraan, bangkit dari posisi duduknya dan pergi ke belakang meja bartender. Tak jauh dari sofa yang mereka tempati, seseorang mengernyitkan dahi dan memasang senyum sendu.

~~~

Dorr ...!!!

"Ayah!"

"Yeobo!"

Wonwoo beringsut maju mendekati ayahnya yang telah ambruk, mengabaikan rasa sakit yang menderanya karena luka pukulan di sekujur tubuh kurusnya.

"Ayah ... Aku akan bersama ayah di sini, atau ... atau ... Ayah ikutlah bersamaku, aku masih kuat." Kibasan tangan yang melemah akibat tembakan salah sasaran yang sialnya tepat bersarang di dada kiri mengisyaratkan Wonwoo untuk segera pergi.

Sebuah suara teriakan yang memekakkan telinga keluar dari mulut seorang wanita dewasa yang cantik. Belum sempat ia memapah sang ayah, rambutnya telah ditarik paksa oleh wanita itu, aura kemarahan menguar di mana-mana. Merah darah yang basah mengalir memenuhi lantai porselen putih rumah sederhana itu. Tamparan keras mengenai pipinya untuk kesekian kali.

"Aku muak denganmu Wonwoo, anak angkat tidak tahu diuntung! Membuat malu, menjijikan! Menjauh kau dari suamiku." Wonwoo hanya membeku, air mata mengalir deras membasuh darah yang terbercak di wajah putihnya. Kemarahan itu mengakibatkan ayahnya tertembak, ia telah gagal menjadi anak yang baik. Rasa bersalah menyelimutinya, jabatan sang ayah dicabut dengan tidak hormat, dipermalukan di depan umum karena Jonghyun putra Kapten Kim yang notabene adalah atasan ayah Wonwoo di militer menyukai Wonwoo, romansa yang kala itu tabu untuk dibicarakan. Ibunya pantas untuk marah, tapi tidak dengan menembakkan senapan laras panjang tidak tentu arah.

~~~

He's beating himself up before he's even leaving the house
He's driving himself nuts, in case we're finding him out
Yeah, he knows what society thinks
When they see this man dressing so pretty in pink
He's always loved to play dress up
But daddy's got something to say
"You're not a screw up, boy, no more hiding away"
But she's a queen in the skin of a king
Never happy who she is, that's the saddest fucking thing

~~~

Wonwoo kecil berlari, dengan kaus putih bergambar tokoh anime terkenal, bersimbah bercak darah sang ayah. Langkahnya otomatis menuju taman tempatnya menyendiri, berharap penuh di tempat itu ada Jonghyun yang selalu menenangkannya. Tapi kini kosong. Wonwoo terduduk hingga ia mendengar gemerisik dari semak Verbena di balik pohon. Anak lelaki tinggi melangkah sangat perlahan menyiratkan tanda tanya dan ketakutan secara bersamaan, Wonwoo ingat. Hampir setiap kata yang disampaikan Jonghyun padanya, tentang seorang anak lelaki lain dan cotton candy biru yang bernama Kim Mingyu.

"Aku takut, tolong bawa aku pergi, aku telah membunuhnya, aku membunuh ayahku. Mingyu."


To be continued



P.S

Work ini akan segera tamat dalam 3-4 chapter lagi. Semoga aku bisa update tepat waktu. Aamiin. Selamat membuka kotak pandora!

Make Up [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang