Lelaki itu pulang, dia menggebrak meja seketika saat melihat putranya dalam kondisi mengenaskan. Anak lelaki manis yang telah berjejas lebam di sana sini hanya diam di belakang lemari pendingin di dapur rumah sederhana bertingkat dua. Tamparan keras menghantam wajah wanita di depan anak lelaki manis itu, bibirnya memuncratkan darah segar. Lalu lelaki tinggi besar itu mencekik leher wanitanya erat-erat, hingga kakinya tak lagi menyentuh lantai.
Perasaan menyesal menggerogoti anak lelaki manis yang sejak tadi berdiam diri, rasa-rasanya semua kesalahan berujung padanya. Segenap pengandaian di benaknya membentuk kelindan rumit yang sukar terurai. Ia berpikir andai saja ini, andai saja itu, kemudian ia menjadi satu-satunya pihak yang sadar 'sakit' telah benar-benar mendera tiap anggota keluarganya. Wanita itu merengap, mencoba meraup udara ketika jalan napasnya mengalami obstruksi mendadak akibat cekikan suaminya.
Ketidaknyamanan antara perasaan dan identitas biologisnya adalah 'sakit' yang pertama kali ia sadari. Ditambah lagi ia mengerti pada usia kesepuluh jika ayah yang selama ini ia anggap berada di sisinya ternyata adik termuda dari pihak ayah yang sebenarnyaㅡsebagian besar orang mengenalnya sebagai pamanㅡorang tua kandung Wonwoo telah meninggal dalam kecelakaan pesawat ketika ia baru saja menginjak hitungan lima belas bulan. Setelahnya ia kembali mengerti, mengapa sang ibu bisa dengan mudah melampiaskan amarah kepadanya, maka itu adalah 'sakit' kesekian yang ia harus terima.
~~~
"Kau sudah dua kali melamun Wonie-ya, kau lelah? Kita akan cari taman terdekat untuk duduk sebentar." Mingyu berkata sambil sesekali merapatkan mantel yang membalut tubuh ramping milik wanita di sebelahnya. Wanita itu hanya memberi anggukan ringan. Mereka masih melanjutkan kencan pertama yang membuat Mingyu tersenyum sumringah seharian.
Wonwoo telah berhasil membangun dunianya kembali setelah berlari sejauh-jauhnya dari masa lalu. Dunianya adalah semesta yang berjalan secara teratur dengan repetisi yang tak pernah membuatnya bosan. Tetapi kehadiran Jonghyun serta Mingyu yang tiba-tiba, memporak-porandakan konstelasi yang telah dibangunnya dengan sistematis. Sebelumnya Wonwoo tak pernah peduli dengan anggapan orang lain tentang dirinya, namun kali ini ia sangat ingin menyampaikan pada Jonghyun bahwa kesempatan kedua masih tersisa beberapa bagian, tetapi ada sisi lain yang berteriak tidak ingin terus membohongi dan mengecewakan lelaki yang kini merengkuhnya hangat di Desember yang beku.
"Aku ingin kita duduk di taman dekat persimpangan ujung jalan, boleh kan Mingyu-ssi? Ah aku akan membeli cotton candy sebentar." Wonwoo sedikit berlari dengan anggun menuju kedai es krim yang menjual cotton candy berwarna biru, tingkah Wonwoo yang tidak terduga itu membuat Mingyu tertegun. Itu hanya kenangan yang entah kenapa terasa sangat nyata menurut Mingyu.
"Wonie-ya, apa kau memiliki saudara laki-laki?" Mingyu bertanya penasaran.
"Eoh ... Tidak, aku hanya punya satu kakak perempuan di China." Wonwoo menjawabnya dengan mulut penuh cotton candy yang lengket dan manis. Mingyu gemas dibuatnya, lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah wajah Wonwoo, membuat wanita cantik bermata rubah itu kaget dengan napas tercekat. Mingyu mengecup lembut bibir merah muda milik Wonwoo yang terasa manis mengalahkan cotton candy yang berada dalam genggaman mereka berdua. Sebuah pergerakan manis yang membuat Wonwoo lupa, air matanya seketika mengalir, ia ingin menjadi sempurna agar bisa bersanding dengan lelaki cotton candy biru dari masa kecilnya. Wonwoo sekarang mengerti, untuk siapa jantungnya berdetak lebih cepat.
To be continued
P.S
Kelainan yang dialami karakter Wonwoo di sini aku ambil dari salah satu Psychological Disorder yaitu Gender Dysphoria atau Gender Identity Disorder. Kalian bisa cari literaturnya sendiri tentang itu. Biasanya mereka akan bahagia kalau cross dress dan dilihat orang lain. Imho. Dan goals paling fatal dari kelainan ini adalah keinginan untuk menjadi transgender. Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Up [Meanie] ✓
FanfictionNo you don't need make up, to cover your face love You're beautiful now, within or without Be good to yourself, you doing me proud No you don't need make up, to cover your scars up You're beautiful now, within or without And never forget, you doing...