"Aurin, I'm talking to you! Can you hear me, huh?!" sentak Austin saat melihat Aurin yang tidak mendengarkannya saat ia sedang berbicara kepada adik kembarnya itu, sedangkan Aurin malah sibuk dengan ponselnya.
"What? I heard you." jawab Aurin enteng dan kembali memainkan ponselnya tanpa memperhatikan wajah Austin yang sudah memerah menahan emosi.
"Whatevs'." ucap Austin mengibaskan tangannya lalu meninggalkan Aurin yang malah tertawa-tawa dengan ponselnya karena sedang berkirim pesan dengan teman-teman satu sekolahnya.
Austin mendelik kesal saat membalikkan badannya dan melihat Aurin yang masih asik dengan ponselnya. Mendengus kesal, akhirnya ia benar-benar pergi meninggalkan Aurin yang berada diruang tamu menuju halaman belakang rumahnya.
"What happen, boy?" tanya Gita saat melihat anak pertamanya datang kehalaman belakang dan langsung duduk disampingnya-yang sedang berada di pondok kecil belakang rumahnya bersama Hazza-dengan wajah cemberut.
"Why she so annoying, Mom?! Oh, I hate that." kata Austin sambil menekuk wajahnya lebih dalam lagi, membuat dirinya semakin terlihat lucu jika cemberut seperti itu. Karena jarang sekali seorang Austin Abraham Wizein menunjukkan wajah cemberutnya atau tersenyumnya. Yang ada hanyalah wajah datarnya yang tanpa ekspresi atau senyum seperti Hazza waktu SMA dulu.
"Who?" tanya Hazza yang sudah tidak tahan untuk menanyakan apa yang terjadi kepada anaknya itu. Sebenarnya, ia sudah mengerti jika Austin menunjukkan wajah seperti ini maka Aurin telah membuatnya kesal. Itu hal yang biasa sejak mereka kecil.
"Aurin." jawab Austin singkat dan langsung menjatuhkan kepalanya dipangkuan Gita. Diumurnya yang sudah mencapai 17 tahun ini, Austin masih saja manja dengan Gita sedangkan Aurin lebih manja kepada Hazza.
"What happen with her?" tanya Gita lagi sembari mengelus rambut Austin yang sama seperti Hazza. Anak laki-lakinya ini memang benar-benar mirip dengan Hazza. Dari mulai postur tubuh, wajah, rambut hingga mata. Benar-benar seperti raga dan bayangan.
"I'm talking with her, but she doesn't hear me, Mom. That so annoyed, right?" ujar Austin sambil cemberut karena mengingat kembali saat ia dicueki oleh Aurin saat dirinya berbicara tadi.
Gita dan Hazza terkekeh mendengar keluhan anak pertama mereka. Austin memang selalu seperti ini. Hanya bisa mengeluh pada mereka jika adiknya-Aurin-tidak mendengarkannya saat dirinya berbicara ataupun saat ia meminta adiknya untuk tidak melakukan hal yang aneh-aneh karena seorang Aurin Denisa Wizein adalah gadis yang nekat dan tidak tahu takut.
"Mama, Papa," panggil Aurin yang baru saja datang dari ruang tamu dengan senyum sumringahnya membuat Austin yang berada disitu mendengus.
"Hai sayang." jawab Hazza dan Gita bersamaan. Aurin langsung berlari menuju Hazza dan memeluk papanya itu, membuat Hazza tertawa karena sifat manja anak keduanya ini.
"Hai kak." sapa Aurin pada Austin yang kini tengah menenggelamkan wajahnya diperut Gita. Tidak mau melihat kearahnya.
Austin hanya mengibaskan tangannya bertanda bahwa ia tidak ingin mendengar basa-basi atau omong kosong. Aurin cemberut sedangkan Hazza dan Gita terkekeh melihat kelakuan anak mereka yang masih seperti anak kecil itu.
"Masih aja ngambek." gerutu Aurin sambil melirik kearah Austin yang masih saja memeluk Gita dengan tubuh membelakangi dirinya.
"Bodoamat."
Aurin langsung mencebikkan bibirnya mendengar jawaban Austin yang sangat teramat ketus dan cuek itu. Ia sudah biasa dengan cetusan Austin yang ketus, namun tetap saja ia kesal jika kakaknya itu marah dengannya hanya karena ia tidak mendengarkan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed
Teen FictionSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU TERDEKAT! Tidak ada yang lebih menggemaskan dari si kembar Austin dan Aurin, kakak beradik Sasya dan Reon, pun si gadis bermata abu-abu bernama Cikha yang selalu bertingkah malu pada setiap orang, juga Nando si pemuda yan...