Hanalis POV
Setelah pulang dari restoran ku putuskan untuk segera pulang kerumah. Sampai dirumah ku rebahkan tubuhku diatas kasur, saat aku tengah berbaring ku dengar ponselku berbunyi. Ku lihat siapa yang menelpon, mataku berbinar ketika melihat nama yang tertera di layar ponselku tersebut dengan segera aku mengangkatnya.
"..."
"Iya, Wa'alaikumsalam"
"..."
"Baiklah saya akan kesana, dimana tempatnya?"
"..."
"Iyh. Wa'alaikumsalam"
Setelah menerima panggilan tersebut aku bergegas wudhu & menunaikan sholat maghrib ku . Setelah itu aku mandi & merias diriku dengan dandanan yang natural & tidak lupa mengoleskan lipstik tipis di bibirku yang mungil ini. Kali ini aku mengenakan gamis syari serta hijab dengan warna senada yaitu biru navy dihiasi motif bunga Mawar. Kulirik sekilas pantulan wajahku dicermin, anggun & cantik pikirku.
Dengan cepat aku melesatkan mobil ku dijalanan yang sepi ini, kurang lebih 30 menit aku sampai di tempat yang tujuanku. Ku lihat sekitar tempat tersebut, sepi sekali disini pikirku. Aku melangkahkan kaki ku kedalam tempat tersebut, aku menyalakan senter ponselku karena tempat tersebut gelap. Yang ku pikirkan mungkin tempat ini lupa belum membayar tagihan listrik sehingga lampunya mati. Saat aku membuka pintu tersebut tiba-tiba semua lampu menyala dan datang seorang perempuan menghampiri ku.
"Dengan nona Hanalis?"
"Iya benar itu saya"
"Mari saya antar, nona sudah ditunggu disana"
Wanita tersebut berjalan didepanku & menunjukkan sebuah taman yang berada di belakang bangunan tersebut, taman Mawar biru yang tengah-tengah nya terdapat sebuah meja dengan hiasan tak lupa juga hidangan lezat yang sudah terhidang. Ku lihat disamping meja terdapat 2 kursi yang saling berhadapan dan disekelilingnya terdapat lilin yang menyala. Aku dipersilahkan duduk disalah satu kursi oleh wanita tersebut & wanita tersebut melenggang pergi. Sesaat setelah itu datang lah lelaki dengan menggunakan jas berwarna biru datang & duduk tepat didepanku.
"Makanlah hidangannya" Ucap lelaki didepanku ini. Dan aku hanya diam menurutinya . Dikeheningan ini hanya suara dentingan garpu & sendok yang terdengar, tak ada sepatah katapun yang terucap baik dariku maupun lelaki tersebut.
Setelah selesai, lelaki tersebut tiba-tiba kini berjongkok dihadapan ku dan merogoh saku dijasnya tersebut. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil & membukanya.
"Annisa Hanalis Sabrina.. " dia menggantungkan ucapannya, ku lirik dia menghela nafas panjang & dalam 1 ucapan
"Would you merry me?"
Tanpa sadar mataku mulai berkaca-kaca, pipiku memanas dan merah merona serta lengkungan senyum kini menghiasi sudut bibirku.
"Bismillahirrahmanirrahim.." aku pun mengangguk. Kini ku lihat lelaki tersebut tersenyum dengan senyuman yang sulit diartikan senyuman yang sama seperti beberapa tahun yang lalu, senyuman yang mampu membuatku menjatuhkan hatiku padanya, senyuman yang menjadi awal namanya selalu ku sebut disetiap do'a-do'a ku, dan senyuman yang memberiku harapan bahwa suatu saat nanti perasaanku akan terbalas.
Sebab jika pun perasaan ku tak terbalas bagiku bagian terbaik dari mencintainya adalah aku tahu, aku mencintai orang baik, dan tidak pernah salah mencintai orang baik. Itu tandanya aku masih bisa membedakan kebaikan & keburukan. Aku masih bisa memilih & memilah. Dan aku tahu mata hatiku masih bisa mengenali orang baik. Setidaknya aku tidak pernah menyesal karena mencintai orang baik.
Kini semua harapan ku seakan menjadi kenyataan, dia yang diam-diam ku cintai dalam do'a, dia yang diam-diam selalu ku do'akan disetiap sujudku & sebentar lagi dia akan menjadi Imam bagiku dan anak-anak kami kelak.
Entah bagaimana lagi aku harus bersyukur, berulang kali ku ucapkan kalimat hamdalah didalam hatiku. Akhirnya lelaki tersebut berdiri dan menaruh kotak cincin itu dimeja, ia ingin aku mengenakan nya ku pasang cincin itu dijari mungilku. Aneh memang, seharusnya dia yang mengenakannya di jariku, tapi kami sadar kami masih belum halal untuk bersentuhan.
Setelah acara tersebut aku memutuskan untuk pulang & segera mempersiapkan semuanya untuk hari besarku nanti. Mungkin aku akan menelpon om Reka agar mau menjadi wali ku saat acara ijab qabul tersebut.
Dibalkon rumah aku memandangi cincin yang sekarang melekat dijari mungilku saat ini. Andai ayah & bunda masih ada, pasti saat ini mereka sangat bahagia sekali karena melihat Putri kecil mereka akan segera mengarungi bahtera rumah tangga. Ku lihat rembulan bahkan bersinar sangat terang dengan dikelilingi bintang-bintang ,dan langit pun nampak cerah mungkin secerah hatiku saat ini.
Terbesit dipikiran ku untuk memberitahukan kabar bahagia ini pada Zahra sahabat baikku, tapi aku urungkan niat tersebut."Lebih baik ku beritahu dia saat kami berjumpa saja. Pasti dia akan sangat bahagia mendengar kabar ini" batinku dalam hati.
Dia selalu ada terselip di bait do'aku setiap kali aku mencium tanah, seketika itu juga dia menjadi salah satu list deretan do'a yang aku bicarakan pada-Nya. Didunia ini tak ada yang tahu bagaimana aku mencintai & merindukannya. Tidak ada yang tahu bagaimana aku mendo'akannya karena do'aku hanya dapat terdengar oleh penduduk langit.
Afwan part kali ini pendek 😅
Sampai ketemu di part selanjutnya 😚
Vote & comment jangan lupa 😆
Tinggalkan jejak 🐾
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope And Destiny
روحانياتBahkan ketika matahari enggan untuk bersinar lagi, aku disini tetap takkan pergi & akan bertahan dengan rasa ini