Adam POV
Malam sudah menunjukkan pukul 12 malam, jarak perusahaan dengan rumahku cukup dekat akhirnya aku memilih berjalan kaki menyusuri jalanan kota yang sepi. Aku melewati sebuah club malam, didekat club tersebut ada sebuah halte. Mataku menangkap seorang gadis yang tengah diganggu oleh seorang laki-laki & samar-samar aku mendengar percakapan mereka dari kejauhan.
"Hai cantik" Ucap si lelaki namun gadis itu tidak menanggapi nya, gadis itu pun bersikap acuh & mengarahkan pandangan nya ke arah lain.
"Udah cantik, seksi tapi kok tuli sih" kemudian lelaki itu mendekat & menjawil pipinya, sontak gadis itu pun menatap tajam lelaki tersebut.
"Jaga ya kelakuan lo, kurang ajar.. "
"Makin cantik aja sih neng, sini ikut abang kita seneng-seneng" Ucap lelaki tersebut, kemudian lelaki itu memegang bahunya.
Sontak gadis itu terkejut & segera menepisnya "jangan macem-macem ya lo.. Gue bakal teriak ini" lelaki itu tidak menghiraukan kata-kata nya lelaki tersebut semakin mendekat.
Aku harus menolong gadis itu batinku.
Akhirnya aku berkelahi dengan lelaki tersebut. Lelaki itupun kalah & melarikan diri. Aku pun berjalan ke arah gadis itu."Pakailah ini.. Lain kali jangan keluar malam-malam dengan pakaian seperti ini. Apalagi kamu perempuan, tutup lah auratmu" Ucap ku sembari melepaskan jaketnya & memberikan padanya.
"Terimakasih" ucap gadis itu sembari menerima jaket ku.
"Segera lah pulang, aku masih ada urusan. Assalamu'alaikum " ucap ku sembari pergi meninggalkan nya.
"Wa'alaikumsalam.. " Ucap gadis tersebut namun samar-samar ku dengar.
***
Aku merebahkan tubuhku dikasur, ku tatap langit-langit kamar ku.
Pikiran ku menerawang wajah gadis yang tadi ku tolong. Tunggu? Bukankah dia adik kelasku dulu? Aku terus berusah berpikir keras, mencoba mengingat-ingat namanya.Seketika dadaku sesak, nafasku mulai memberat. Apa benar itu dia? Tapi kenapa dia berubah? Bahkan pakaian yang ia kenakan berbeda dengan yang dulu. Apa yang sebenarnya terjadi padanya setelah beberapa tahun ini?
Aku masih mengingat jelas bagaimana dia merubahku menjadi sosok lelaki yang bertanggung jawab & mengenal agama.
*** Flashback ***
Kini aku tengah menunggu Zahra disebuah taman, taman yang begitu Indah di sebelah kanan maupun kiri terdapat bunga Mawar merah, Mawar biru & juga didominasi oleh Mawar putih sehingga menyebabkan aroma yang sangat harum. Aku membuka sebuah kotak kecil dengan cincin berlian didalam nya. Mahal? Tentu, apapun yang terbaik untuk Zahra gadis yang begitu aku cintai.
Ku lihat Zahra dari kejauhan, ia begitu cantik dengan gamis panjang motif bunga Mawar dengan perpaduan jilbab syar'i yang ia gunakan menambah kesan anggun pada dirinya. Sesegera mungkin ku masukkan cincin tersebut ke saku celanaku.
Aku pun menepuk bangku taman disebelahku mengisyaratkan agar dia duduk disamping ku .
"Assalamu'alaikum Zahra..." ucapku pelan, ia pun menoleh & menatapku sekilas
"Wa'alaikumsalam kak Adam.. Ada apa kak? Kenapa kak Adam menyuruhku ke sini? "
Aku pun mulai berjongkok & mengeluarkan kotak cincin tersebut & membukanya dihadapan Zahra.
"Az-zahra Hafizah Khayyirah Lubna. Would you merry me? "
1 detik.. 2 detik.. 3 detik..
Tidak ada sepatah katapun keluar darinya, aku menatapnya bola matanya ada semburat kecemasan disana.
"Afwan.. Kak Adam... Zahra tidak bisa" seketika hatiku sesak
"Kenapa Ra? Kenapa? "
"Zahra ingin fokus mengejar cita-cita Zahra terlebih dahulu.. Lebih baik kak Adam mencari yang lebih baik dari Zahra, Zahra minta maaf" Ku lihat Zahra meneteskan airmatanya
"Aku akan menunggumu Ra.. "
Zahra pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku menunggu Zahra dengan memperdalam ilmu agamaku.
Aku mencintaimu Zahra. Aku mencintaimu dalam do'a, dengan isyarat yang tak kan pernah tertangkap oleh indera.
*Flashback Off ***
"Huuftttt.. " Aku menghela nafasku gusar. Pikiranku kalut entah apa yang sebenarnya terjadi dengan Zahra selama beberapa tahun ini.
Mau bagaimana pun aku harus menemuinya. "Aku harus menemui Zahra.. "
*** Zahra POV ***
Mentari menyapa embun di dedaunan. Samar-samar ku lihat seorang perempuan membuka gorden kamarku, cahaya matahari menyilaukan masuk ke kamar ku menyebabkan mataku secara otomatis benar-benar terbuka. Dan tampak lah dengan jelas sosok wanita yang sangat keibuan tersebut, sosok wanita yang begitu mencintai suaminya meskipun sang suami telah menceraikan nya & dengan susah payah menjadi sosok ibu sekaligus ayah bagi Putri kecilnya.
"Bun.. " ucapku lirih. Kini bunda menoleh dan menatapku.
"Eh Zahra udh bangun, kenapa sayang?" Dengan anggunnya bunda datang & duduk disebelahku.
"Maafin Zahra bun, soal waktu itu" aku hanya tertunduk menyesali ucapanku beberapa hari yang lalu.
"Sayang.. Lihat bunda nak" Aku pun menatap kedua mata bunda yang meneduhkan siapapun yang melihatnya.
"Bunda sudah memaafkan kamu nak, sebelum kamu meminta maaf" kulihat bunda tersenyuman tulus . Aku pun menghambur ke pelukan bunda, mendekapnya erat.
...
Di restoran yang bergaya klasik namun masih memberi kesan yang nyaman ini aku menunggu seorang wanita. Aku melirik sekilas arloji yang berada ditangan ku, jam sudah menunjukkan pukul 3 sore tapi sosok wanita itu belum kunjung tiba. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari restoran tersebut, namun ketika aku tengah beranjak pergi aku melihat sosok wanita itu. Wanita yang menggunakan pakaian syar'i lengkap dengan kerudung senada berwarna dusty yang menambah kesan anggun & cantik bagi wanita itu. Ya dia lah sahabat ku semenjak sma, dia mengenalku bahkan hanya dia yang tau tentang alasanku berubah & tentang perceraian kedua orangtua ku. Anissa Hanalis Sabrina, sahabat yang selalu menasehatiku tentang semua hal termasuk gaya berpakaian ku sekarang ini.
"Assalamu'alaikum Zahra... Afwan buat kamu nunggu lama" Ucap Hana sembari tersenyum manis
"Iyh Na gpp kok santai aja"
"Mengucapkan salam itu hukumnya sunnah, namun menjawab salam itu hukumnya wajib Zahra" celoteh Hana
"Iya.. Iya.. Na.. Wa'alaikumsalam"
"Astagfirullah Zahra, kamu kok pake pakaian kaya gini lagi sih" Hana pun menunjukkan pakaian kurang bahan yang ku kenakan hari ini. Ya, hari ini aku memakai sweater merah dengan perpaduan hotpants. Serta tatanan rambutku yang aku biarkan tergerai terkena hempasan angin.
"Hhehe.. Biasa Na.. Gerah gue"
Dengan santainya aku menanggapi ucapan Hana"Lain kali jangan kaya gini Zahra, udah berapa kali aku nasehatin kamu, jangan sekali-kali mengumbar aurat.... " Hana mulai menceramahiku aku pun tak menghiraukannya aku lebih memilih mengalihkan pandanganku ke sudut lain restoran ini. Waktu tak terasa cepat berlalu saat aku & Hana tengah asyik mengobrol, ku lirik arloji di pergelangan tangan ku sudah menunjukkan pukul 5 sore, Hana pun pamit ingin segera pulang.
Tunggu lanjutan part berikutnya ya 😘
Vote & comment 🐾
Mksih 🐾😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope And Destiny
EspiritualBahkan ketika matahari enggan untuk bersinar lagi, aku disini tetap takkan pergi & akan bertahan dengan rasa ini