Chapter 1 ; Baseball Cap

7.2K 815 141
                                    


Seperti biasa, lapangan basket itu sudah penuh oleh penonton. Bukan untuk menonton pertandingan, tapi hanya latihan biasa. Iya latihan biasa, tapi akan jadi tidak biasa kalau yang main superstar sekolah tercinta mereka; Seo Changbin.

Teriakan dari ujung barat sampai ujung timur menggema tiap kali Changbin memegang bola. Yang lagi disorakin, biasa aja. Ya karena sudah jadi makanan sehari-hari.

Seo Changbin, kelas 2 IPA 3; terkenal berprestasi dalam bidang olah raga maupun akademik. Selalu ada di deretan 3 teratas peringkat kelas maupun paralel. Wajahnya juga tergolong tampan. Tidak jarang yang ngefans, kesemsem; sampai bucin tingkat dewa sama dia. Tapi satu sih, Changbin orangnya cuek, jarang senyum. Sekalinya senyum, tipis aja. Setipis dompet anak kosan di akhir bulan.

Yang namanya sudah kepentok cinta, ga beda jauh sama kebanyakan micin; suka bikin bego. Sama halnya seperti yang terjadi dengan Felix. Bucin Changbin nomor satu sejagad raya. Katanya seperti itu.

"Kak Changbin! Ganteng! Sayang!"

Felix teriaknya tidak main-main. Pakai toa masjid yang dia pinjam sebentar dari anak rohis tadi habis pulang sekolah. Kenapa harus pakai toa? karena hari ini dia sial dapat deretan paling belakang. Barisan depan sudah penuh bucin yang sedang desekan layaknya nonton konser oppa korea. Felix telat datang karena tadi ada ulangan harian di jam terakhir dan Pak Chanyeol pakai acara curhat sedikit soal kehidupan. Jadinya ngaret.

Felix teriak sambil naik bangku taman di pinggiran lapangan basket. Agak jauh ke belakang. Sedih karena Changbin tidak terlalu nampak dari sini. Tapi yang namanya cinta, liatnya tidak pakai mata tapi pakai hati. Felix tetap nyengir aja waktu Changbin nengok sebentar ke arahnya. Sedetik aja, tapi Felix yakin itu Changbin memang nengok ke dia.

"Turun kenapa sih! Bikin malu."

Seungmin yang dari tadi duduk di samping Felix, wajahnya udah males banget. Punya teman kok selalu bikin malu. Belum lagi para buciners di deretan depan memberikan tatapan setajam silet ke arah mereka.

Seungmin sendiri sebenarnya juga ngefans sama Changbin. Tapi dia masih bisa jaga sikap. Dia kan well mannered fans. Tidak suka ribut dan rebutan tidak jelas. Changbin kan bukan barang yang bebas direbutin. Changbin itu tidak boleh dipegang, hanya boleh dilihat dan dinikmati keindahannya. Begitu motto hidup Seungmin.

Walaupun galak dan judes, Seungmin setia kok jadi sahabat Felix. Buktinya sekarang dia rela menemani Felix ngebucin, padahal lumayan panas cuacanya. Apalagi haus, air mineral bekal Seungmin sudah habis. Belum sempat beli karena selesai kelas dia langsung ditarik semena-mena oleh Felix.

Seungmin tersenyum kecil ketika Changbin berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Penonton langsung bergemuruh. Changbin sih pasang wajah seperti datar. Ganteng dingin. Seungmin jadi sedikit deg-degan.

Masih dalam tahap memandang idola nan jauh di sana, tiba-tiba Seungmin merasakan sesuatu di atas kepalanya. Ketika mendongak dia menyadari kalau ada topi berwarna putih sudah terpasang di atas pucuk kepalanya.

"Biar ga kepanasan."

Seungmin mengerucutkan bibirnya sembari memandang sosok pemuda yang baru saja datang dan memberinya topi. Itu Hyunjin. Anak kelas sebelah.

Belum sempat Seungmin berkata apa-apa, Hyunjin sudah menyodorkan sekotak susu pisang. Masih adem, karena baru ambil dari showcase; beli di koperasi. Sudah ada sedotannya juga, Seungmin tinggal sedot aja.

"Bisa ga haus."

Seungmin mendengus, tapi tetap disambar itu susu kotak. Seungmin itu tipe yang pantang disuapin. Apalagi sama Hyunjin.

Hyunjin tersenyum girang. Kedua matanya sampai hilang. Terlalu bahagia Seungmin menerima pemberiannya. Padahal Seungmin belum bilang makasih. Tidak ada niat juga sih dari Seungmin, takut Hyunjin besar kepala.

"Ya ampun, Lix. Miris banget cuman mengagumi dari jauh gitu." cibir Hyunjin ketika mengalihkan perhatiannya kepada Felix yang masih betah nangkring di atas bangku sambil bawa toa.

"Miris mana ya sama yang udah di depan mata tapi ga buru jadian." Felix membalas. Sambil senyum penuh kemenangan waktu menatap Hyunjin.

Hyunjin langsung merengut. Kemudian kembali menatap sosok Seungmin yang sibuk nyedotin susu pisang.

"Min, kapan kita jadian?"

Hyunjin sudah pasang muka memelas. Seperti anjing kampung di pinggir got, kalau kata orang-orang. Niatnya ingin terlihat imut dan gemas. Tapi yang ada Seungmin malah jijik.

"Najis, Jin!"

Seungmin memukul bibir Hyunjin pakai kotak susu yang sudah selesai ia minum. Mendengus kasar dan memilih untuk kembali fokus nonton Changbin.

Pemandangan seperti ini sudah biasa. Terhitung ini sudah yang ke-537 kalinya Hyunjin ditolak oleh Seungmin. Tapi Hyunjin masih sehat, masih bisa tersenyum. Masih banyak kesempatan di lain waktu. Karena Hyunjin sudah mantap tidak akan pergi kemana-mana. Akan selalu di samping Seungmin. Soal jadian, nanti lah ada saatnya. Motto hidup Hyunjin; hidup, mati, dan jatuh cinta itu hanya sekali.

Hyunjin terkekeh karena Seungmin kalau marah itu malah tambah menggemaskan. Kemudian dia mengusap lembut pucuk kepala Seungmin yang sudah terlindungi topi milik Hyunjin.

Seungmin pasang muka datar. Agak kesal sih karena Hyunjin suka modus. Tapi toh, topinya tetap dia
pakai. Wangi sabun, enak habis dicuci. Seungmin suka. Kapan-kapan aja dibalikinnya; kalau ingat.

🌸🌸🌸

1001 ; Hyunjin x SeungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang