24. Pendamping?!!

1.7K 115 0
                                    

Haise's POV

.
.
.

Apa yang kalian pikirkan tentangku? Jahat?
Gila?
Psikopat?

Yah jawaban kalian benar semua.
Aku memang gila, gila akan cintaku pada Yuki.
Bayangkan saja?!!
kalian menahan perasaan ini selama tiga tahun?!
Tidak bisa memeluknya, menciumnya, bahkan melihat wajahnya.
Ya!
Selama tiga tahun aku menahan semua perasaan itu.
Selama tiga tahun banyak yang aku lakukan.

Mau tau apa?
Oh ayolah, kalian pasti tau jawabannya.

'Membunuh'
Ya itulah yang aku kerjakan.
Saat aku bosan, ataupun sedang frustasi karena tidak dapat bertemu pacarku sendiri.
Dan naasnya, walaupun sudah ditinggal selama tiga tahun.
Aku masih saja mencintainya, bahkan cintaku sekarang lebih besar.


Kau tidak akan bisa kabur lagi dariku
.
.
.
.
Yuki...
Aku gila karena Yuki.
Semalam aku terus menatap wajahnya.

Yah, dia tertidur.
Aku terus membelai rambutnya, wajahnya yang terlihat polos
.
.

Oh milikku..
.
.
.

Aku terlalu bahagia karena bisa melihatnya lagi.
Sangking bahagianya, aku terus menciumi wajahnya.
Membuktikan pada diriku sendiri bahwa ini bukan mimpi.
Mataku mulai lelah, aku putuskan untuk tidur disampingnya.
Dan memeluknya erat.
Aku tak ingin kehilanganmu lagi..

Yuki's POV

Aku terbangun dari mimpi yang melelahkan.
Mataku terasa sangat berat.
Tapi tetap ku paksakan untuk membuka.
Cahaya silau dari lampu membuat mataku sedikit sakit.

"Aku dimana?" gumamku dalam hati. Entah kenapa badanku terasa berat. Dan baru kusadari.
Ada lengan kekar yang memelukku erat.

Ya tuhan lengan siapa ini?!
Tunggu?!
Tentu saja ini lengan Haise.
Aku baru mengingat kejadian tadi malam.
Aku tidur dengan posisi membelakangi Haise. Aku mulai membalikkan badanku dan...

Cup!Haise mencium dahiku.
Aku cukup terkejut karena ulahnya. Haise menatapku dan tersenyum
"Selamat pagi sayang"

Apa apa an dia ?! ~//~ Tapi kenapa wajahku terasa panas!!
Dengan cepat aku langsung memalingkan pandanganku.

Oh ayolah!!
Sadar Yuki!!
Dia adalah orang yang telah membunuh sahabatmu!
Mengingat Kei, membuat semu diwajahku menghilang.
Dan tanpa sadar aku mulai menangis lagi.
Haise tampak terkejut.
Dia memelukku erat.
Membelai pucuk kepalaku dengan lembut.

"Maaf, mafkan aku" 
Aku kesal padanya!
Semudah itukah dia bilang 'maaf' apakah menurutnya nyawa seseorang itu akan kembali dengan dia bilang 'maaf' Aku berupaya melepas pelukannya.
Aku tidak mau berada dipelukan orang yang telah membunuh sahabtku.

"Le-lepaskan!" Suaraku serak menahan tangis.
Haise tidak melepaskanku. Dia malah semakin memelukku erat

"Maaf.." bisiknya lagi  Aku terus memukul dadanya.

"Kau pembunuh!
Kenapa kau bunuh Kei!
Kenapa kau lakukan itu?!
Aku membencimu!" sepertinya kata terakhir membuat Haise marah ?

Haise langsung memegang erat tanganku.
Dan menghentikan aksi memukulku padanya.

"Kau ingin tau kenapa?!
Itu semua karena salahmu sendiri! Kenapa kau meninggalkanku!
Kau membuatku gila!"

Ucapan Haise membuatku langsung terdiam.
Haise benar (?)
Seharusnya aku tidak meninggalkan kota ini.
Seharusnya aku tidak perlu bertemu lagi dengan Kei.
Aku telah melibatkannya.

My Contract BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang