41. Perang Berakhir

1.5K 101 6
                                    

Yuki's POV

Entah sejak kapan, tapi sekarang aku sedang mengendarai sebuah motor.

Hei! '-'
Aku meminjamnya dari tukang antar pizza.
Aku harus lari dari kejaran zen dan Shiro.
Aku yakin sekarang mereka sedang menunggu anak buah Shiro yang masih bertugas diluar negeri.
Aku sudah tak punya banyak waktu. Akhirnya aku sampai digedung tempat Haise berada.
Tampak halaman depan sudah sangat mencengkam.
Kulihat beberapa orang sudah tergeletak tak bernyawa dengan kondisi yang mengenaskan..
Bau amis tercium dihidungku.
Perutku langsung mual melihat kondisi didalam gedung.
Aku langsung menutup mulutku melihat beberapa kepala dihadapanku. Aku berjalan lebih kedalam lagi.
Aku mencoba mencari seseorang.
Ya, tentu saja Haise.
Terdengar suara gesekan dari benda tajam.
Aku langsung berlari kearah suara itu. Aku tak langsung menunjukkan diriku. Aku mengintip.
Dan melihat Haise yang sedang bertarung dengan seorang lelaki.
Apa dia yang bernama Charlos? Sepertinya begitu.

Sekarang aku melihat seorang wanita yang memunggungiku.
Aku tepat dibelakang wanita itu. Kulihat wanita itu sedang berusaha menembakkan peluru kearah Haise. Jelas wanita itu adalah Meira. Sekertaris Haise.
Ini bahaya.
Tunggu, apa wanita itu gila. Dengan keadaan Haise melawan Charlos, bisa saja kan dia salah menembak? Atau dia memang ingin semuanya mati?! Sekarang tubuhku sudah gemetaran. Takut? Itulah keadaanku sekarang. Meira mulai menembakkan pistolnya.

Refleks aku langsung berlari kearahnya dan mengguncang tubuhnya.

Dor!Dor!!Dor!

Berhasil, aku Membuat semua tembakannya meleset.
Meira melotot padaku.
Wajahnya tampak menakutkan.
Ia mendorong tubuhku dan berusaha menembakku.
Beruntungnya aku sempat menghindar.
Aku langsung membuka pedang ire. Ku arahkan padanya.
Tapi dia dapat mengelak dengan cepat. Aku langsung menjauh.
Mengambil jarak aman.
Aku tahu, pistol lebih unggul daripada pedang.
Tapi semua itu akan berbalik.
Jika aku bisa bergerak cepat.
Aku mencoba mengatur napasku.
Baru pertama kali ini aku bertarung. "Yuki???!!!" Teriak ĺelaki yang agak jauh disana.
Aku yakin itu suara.
Tapi aku tak menghiraukannya. Karena aku sedang berada ditempat pertempuran.

"Kau harus mengabaikan apapun saat bertarung, fokus pada musuh yang ada dihadapanmu!" Itu kalimat yang Haise ajarkan padaku.
Meira tersenyum miring padaku. Sepertinya dia sedang meremehkanku.

"Tak kusangka sang putri ikut dalam pertempuran" ucapnya sinis.
Aku tak memperdulikan ucapannya. Aku fokus pada rencanaku sendiri.

'Bagaimana caranya agar aku bisa mendekat kearahnya tanpa terkena tembakannya?'

Keringat dingin keluar dari dahiku.
Ya tuhan, apakah aku akan mati? Tidak!
Aku tidak boleh takut sekarang! Meira menembakkan satu pelurunya.

Bukan kearahku tapi kearah Haise?!" Kubalikkan badanku.
Melihat keadaan Haise.
Ia tertembak?!
Tepat dikakinya.
Tidakkk!!
Kakiku gemetaran.
Rasanya ingin berteriak.
Tapi tenggorokanku terasa sangat kering.

"YUKI!! Tetap tenang!" Teriak Haise menyadarkanku.
Dia baik-baik saja?!
Aku langsung kembali memfokuskan fikiranku.
Bagaimana caranya melemahkan Meira.
Tunggu!
Kenapa Meira tidak langsung menembakku?!
Ia bisa saja langsung membunuhku ditempat.
Aku berlari kearah pilar-pilar besar yang menopang gedung ini.
Suara tembakan terdengar cukup jelas ditelingaku.
Apa Meira sengaja membuatku takut? Dia tidak mengincarku.
Tapi Ia mengincar Haise.
Oh ya Tuhan.
Kumohon bantu aku sekarang.

Haise's POV

Aku terkejut melihat Yuki berada disini.
Lihat saja.
Aku akan membunuh Shiro jika hal buruk terjadi pada Yuki.
Konsentrasiku benar-benar menghilang.
Sial!
Yuki masih terlalu awam untuk menggunakan pedang.
Dan lawannya adalah si bitch yang menggunakan pistol?!
Sebaiknya aku fokus pada Charlos yang sedari tadi menyerangku.
Untuk sekarang aku hanya bisa menghindar. Walaupun sangat sulit akibat tembakan bitch yang mengenai kakiku.
Rasanya sangat sakit sekarang.

Yah.. walaupun aku sudah biasa merasakan hal seperti ini.
Tapi tetap saja membuatku sulit untuk bergerak.
Kulihat Yuki yang sudah berlari kesalah satu pilar akibat teriakanku. Baguslah.
Setidaknya dia bisa berlindung sebentar dari serangan bitch itu.
Meira masih saja menembak kearahku. Ternyata dia ingin membunuh Charlos juga.

Hm..dasar pengkhianat.
Aku sekarang sudah terpojok. Charlos tersenyum miring padaku.
Tembakan Meira juga masih terus berbunyi.

"Shit Meira! Bisakah kau hentikan tembakanmu! Aku yang akan membunuh lelaki ini sial!!" Teriak Charlos yang kini berada dihadapanku. Tak ada jawaban dari Meira. Tembakannya terhenti.
Sepertinya Meira mendengarkan ucapan Charlos.

Huh.. dasar Munafik!

"Sekarang kau akan mati, brengsekk!!" Charlos berlari kearahku." Ia benar-benar bodoh." Gumamku dalam hati. Aku memang sudah tepojok. Tapi disinilah letak keuntunganku. Charlos sudah mengayunkan pisaunya yang siap menembus perutku. Dengan cepat kutarik pistolku yang berada disakuku. Pistolnya memang sudah terpakai saat melawan anak buahnya tadi.
Dan sekarang hanya tersisa satu peluru.

Yap! Peluru itu kugunakan di saat-saat mendesak seperti ini.
Kuarahkan pistolku kearah kepalanya dengan cepat dan..







Dor!!

Darah telah membasahi sebagian wajahku.
Karena tubuh Charlos yang berada dekat dengan tubuhku.
Kulihat Charlos membelakkan matanya tak percaya.

"Ka-kau.. cu-curang." sebelum tubuhnya terjatuh.

Ku ayunkan pedangku kedepan dan kutebas badan Charlos menjadi dua. Tak lupa kupisahkan bagian tangan dengan tubuh. Dan dengan cepat kutebas kepalanya sampai terpisah dengan tubuhnya.
Aku langsung menegapkan tubuhku. Dan berjalan melewati mayat yang sudah tak utuh itu.

"Aku tidak curang.. aku hanya cerdik" gumamku sembari berjalan menatap dingin kearah Meira.

DorDorDor!! Tiga tembakan cepat membuatku cukup terkejut. Aku tidak sempat menghindari tembakan itu.Oh.. shit!
Aku tidak waspada.
Kurasakan panas didalam tubuhku.
Tepatnya di perut, dada, dan tangan. Tapi aku bersyukur karena bitch itu tidak menembak kepalaku.
Aku menjatuhkan pedangku.
Karena sekarang tanganku sudah mati rasa.
Meira tertawa gila.
Ia ingin menembak lagi.
Tapi sepertinya pelurunya telah habis. Badanku mulai lemas.
Aku sudah kehilangan banyak darah. Samar-samar kulihat tubuh Meira terjatuh kedepan dengan darah yang keluar dari balik bajunya.
Saat tubuh Meira benar-benar terjatuh.
Kulihat bayang seorang wanita berlari kearahku.

"Yuki?"gumamku lemah.

Dan akhirnya semua pandanganku menghitam.?


#41post
#Futaba_chan^^

*3 episode terakhir!!!
akankah mereka berakhir dengan bahagia???~~~

Tbc^^

My Contract BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang