"gomawo"
Aku meletakkan boneka itu ke tempat duduk ku. "apa aku ketinggalan banyak tugas?"
"banyak sekali, Eunhee-yya"
"kau punya soalnya?"
"eung" Chaera mengutak - atik tas nya, lalu mengambil lks yang ada di tasnya itu, "Han ssaem, memberikan paket lks untuk mu" dan memberikannya ke aku.
"eih, banyak sekali"
"lalu kenapa kau dirumah sakit selama seminggu?"
Aku menduduki kursiku, "sebenarnya aku yang sakit, tapi aku tak mengatakan di medsos, karena aku tak ingin membuat Minjae eonni khawatir"
"mwoya? Sakit apa?"
"huh? This is Taejun fault, i hate him"
"wae?"
"dia menghinaku 'anak buangan' dan kau tahu sendiri 'kan karena apa? Tapi aku tak ingin dipanggil seperti itu. Akhirnya aku memutuskan untuk mencelakai tubuhku di sungai Han"
"tapi tuhan berkata lain, tuhan masih menyayangiku, jadi tuhan mengirimku seseorang yang membuatku hidup lagi"
Chaera hanya bisa membulatkan matanya saat aku bercerita, "lalu bagaimana caranya orang itu menghidupkan mu kembali?"
"nafas buatan"
"nafas buatan? dari rumah sakit atau dari orang itu?"
"dari orang itu"
"MWOYA?!!!!"
Chaera memegang bibirku, "first kiss mu? Ah sayang sekali"
"kenapa?"
"itu hanya untuk masa depanmu saja, Eunhee-yya"
"kuharap ia masa depanku" gumamku.
"ne? Apa kau berharap jika ia masa depanmu? Kenapa kau tak cerita padaku? Apa ia tampan? Namanya siapa?"
"tampan, tampan sekali. Aku tak bisa memberi tahu namanya, aku hanya memberikan marga nya saja"
"apa?"
"Lee"
"kuharap memang tampan, berapa tingginya?"
"sama sepertiku"
"kau itu tinggi sekali, Eunhee-yya"
"tebaklah"
"Lee....... Siapa?"
"tebaklah"
"Seokmin? Hahah seolma. Nuguya?" (Seokmin? Hahah tidak mungkin. Siapa?)
"aku akan merahasiakannya"
"yaa! Jinjja eish!"
_____
"OPPAAAA?!!! KAU DIRUMAH?!! KENAPA PINTU NYA TIDAK DIKUNCI?!"
"HEE-YYA! LIHATLAH AKU MUNCUL DI TV! NAIKLAH KE KAMARKU SEKARANG"
Bukannya ia sudah sering masuk di tv?!
Aku mengunci pintunya lalu pergi kekamar Dokyeom.
"apa?"
"lihatlah aku masuk tv"
"itu kan sudah sering"
"lihat saja" katanya.
Aku duduk disampingnya lalu melihatnya yang masuk tv.
"annyeong haseyo~ Seventeen Dokyeom imnida. Sebelumnya, aku hanya ingin memberikan pesan untuk Carat maupun non-carat. Terima kasih telah memberiku sebuah dukungan yang sangat - sangat berarti bagiku. Dan untuk non-carat, aku barharap jika kau masih bisa melihatku meskipun kau bukan Carat, kita akan masih bisa berjalan bersama kan....? Kita akan selalu bersama meskipun tidak ada hubungan antar artist dan fans. Ne... Gamsahamindaa~"
"geuttae mwo?" tanyaku. (lalu apa?)
"kita... Akan selalu berjalan bersama, meskipun tidak ada hubungan sama sekali, Hee-yya...."
Aku terdiam sesaat, "aku mau mandi dulu ya?" kataku lalu berdiri.
Ia menarik ku dan aku kembali duduk, "Hee-yya... Aku bukan lah orang yang sok kenal dan sok akrab denganmu, tapi bisakah kita menjadi lebih akrab? Jangan menghindariku"
Bukannya aku menghindarimu, pabo-yya. Aku hanya takut dengan suasana yang begitu canggung.
"aku tak menghindarimu, aku hanya-"
"aku tak ingin melepaskanmu saja"
"karena apa?"
"oh ayolah, jika mencintai orang itu harus mempunyai alasan, lalu mengapa cinta itu datang padaku tanpa alasan" lalu ia memelukku
Perlu kugaris bawahi 'mencintai'
Aku bukan sosok yang dicintai olehnya kan?
Aku hanya diam dengan mengelus punggungnya.
20 menit kemudian aku tak mendengar suaranya sama sekali.
"janya?" (sudah tidur?)
"belum"
"ayolah"
"kau bau," ia melepaskan pelukan nya.
"ey~ sudah kubilang aku ingin mandi dulu kan?"
"jangan - jangan"
"mau mu apa sebenarnya?"
"mau ku....." ia menggantungkan kalimatnya.
"ap—YAA!"
Tentu saja aku terkejut, setelah melihatnya yang sedang berdiri dan langsung saja menempelkan hidungnya dengan hidungku.
Ia mengalungkan tangannya keleherku sambil memejamkan matanya.
Aku yang terkejut hanya bisa diam dan melihat wajah tampannya.
Tak lama kemudian matanya terbuka dengan perlahan, "Hee-yya..."
"y-ye?"
"Neo nae kkeoya.." (kau milik ku)
Aku terdiam sampai ia menempelkan bibirnya pada bibirku.
Aku mendorong pundaknya pelan, tetapi ia semakin memperdalam ciumannya. Oleh karena itu aku memutuskan untuk tidak mendorong pundaknya.
5 menit setelah itu, ciuman kami selesai, Dokyeom menempelkan dahinya pada dahiku dengan mata tertutup. "oppa...."
"biarkan begini dulu"
Aku hanya diam, rasanya aku ingin keluar dari suasana canggung seperti ini.
Suasana canggung, itu yang kubenci.
Aku pun ikut menutup mataku, ikut menerima emosi yang tidak sempat dikatakan oleh Dokyeom dengan menempelkan dahiku padanya.
Sudah 10 menit berjalan dan ia masih tetap dengan posisi yang seperti itu. Oh ayolah aku ingin pergi kekamar. Bukan aku ingin menghindarinya, aku hanya ingin menghindari suasana ini.
"sa....rang....hae"
Aku membuka mataku, memastikan yang diucapkan itu benar. Melihat matanya yang masih tertutup membuatku yakin jika ia dibawa oleh alam mimpi.
Aku memegang pundaknya dan melepaskan dahiku dengannya.
Ia tak merespon sama sekali, dan aku yakin jika ia mengatakan nya bukan padaku, tapi dengan teman mimpinya—yang kuharap aku yang menjadi teman mimpinya.
Aku menidurkannya dikasur, lalu memakaikan selimut nya untuk menutupi badannya.
"mimpi yang indah~"
Aku berjalan keluar dari kamarnya dengan membawa tasku yang belum sempat ku letakkan di kamarku.
Belum sempat aku memegang kenop pintu, ia kembali bersuara, "yaa, aku belum tidur"
He say 'saranghae' for who?
tobecontinue
g ngerti gue sebenernya, pokonya gue tetep usaha. ea
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong ?;-lsm
FanfictionWrong; /rôNG/ Adjective; not correct or true - i feel so wrong to meet you. i feel so wrong to choose you be my hero. i feel so wrong to be you're girlfriend. i feel so wrong because i love you. i hope you never forget me and our child, Dokyeom-ah. ...