G - 3

27 21 18
                                    

"Jadi rulesnya apa nih?" tanya gue antusias.

Jujur aja belum mencopet aja tangan gue udah gemetar.

"Yang pertama, lo harus lihat keadaan, pastiin semuanya aman."

"Terus?"

"Jangan dipotong dulu napa, dengerin dulu."

"Iya iya."

"Terus, setelah keadaan aman, tangan lu pelan-pelan menyusup ke tempat dimana korban naruh dompetnya."

"Ribet juga yah, eh bukannya lo kemarin nabrak gue terus ngambil dompet gue kan? Kita pake cara itu aja."

"Belum saatnya lo lakuin itu, cara seperti buat pencopet profesional."

"Oh hahha ... Jadi ceritanya lo pencopet profesional?"

"Bisa dibilang gitu."

"Hmm gimana kalau kita kerjasama aja."
Gue membuat penawaran

"Kerjasama? Maksudnya?"

"Jadi kita nyopetnya kerja sama, lo yang nyopet, gue yang liat-liat keadaan kalau udah aman gue ngasih kode ke Lo, terus gue juga yang ngalihin perhatian, pokoknya lo tinggal nyopet deh,"

"Hmm boleh juga sih, eh tapi kenapa gak lo duluan yang nyopet, lo kan baru."

"Nah maka dari itu, gue kan baru, jadi masih ada rasa ragu, nanti kalau ketahuan gimana?"

Dia mulai berpikir, mungkin karena dia juga ragu ama gue, seumur hidupkan gue belum pernah nyopet.

"Jadi setelah cara ini berhasil, kita tukeran posisi deh, gue yang nyopet, lo yang mastiin keadaan."

Akhirnya dia mau buat praktekkin cara nyopet ke gue.

Jujur, sebenarnya gue penasaran banget gimana cara dia nyopet, gue pengen liat langsung cara yang dilakukan mizu sampai-sampai waktu dulu dia ngambil dompet gue gak terasa sama sekali. Gue juga penasaran gimana ekspresi mizu pas lagi nyopet, apakah ada ketakutan di raut wajahnya atau dia biasa dengan hal-hal seperti ini.
Dan lagi, entah apa, kali ini gue khawatir sama mizu, perempuan yang seharusnya mendapatkan pendidikan dengan layak, makan, minum, main, kemudian tidur ... Untuk umurnya yang sekarang ini. malah dia terjebak dalam satu pilihan yang tidak sama sekali ingin dia pilih.

Sekarang bagaimana pendapat kalian jika ketika kalian lahir, langsung dihadapkan pada suatu keadaan paling  tidak kalian inginkan kemudian mau tidak mau, suka tidak suka kalian harus memilih atau tepatnya dipaksa memilih. Bagaimana?

Atau kalian ketika kalian lahir kalian sama sekali tidak punya pilihan selain hidup di dalamnya, bagaimana?
Tidak adilkan? Menurut gue hal itu sama sekali tidak layak disebut sebagai pilihan, karena hal yang disebut pilihan adalah menentukan dua keadaan yang mana paling baik, dua keadaan yang mana paling layak kita jalani. Jadi, jika keadaannya cuma satu dan kita dipaksa memilih keadaan tersebut menurut gue itu namanya bukan pilihan.

                                 ****

"Woee jadi gak nih?" mizu mukul pundak gue dari belakang

"Oke ayooo ..."

____

"Jadi kita nyopetnya diperempatan sana, deket lampu merah. kan disana banyak yang nyeberang tuh jadi kita gabung deh ama mereka?"

"Kalau gak ada yang nyeberang gimana?" tanya gue

"Ya kita tungguin ..."

"Kalau masih gak ada sampe siang?"

"Ya gue bakalan ngebunuh elo ..."

"Ehh? Jahat banget."

"Abisnya lo dari tadi nanya mulu, udah kita tungguin aja, kalau pagi-pagi di sini tuh rame," bentak mizu kegue

GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang