G - 7

27 16 1
                                    

Pagi ini  gue janjian ama mizu di tempat biasa, sekalian sarapan. Oh iya kami juga ngajak rena hari Ini. Gue masih kepikiran soal kemarin, Entah apa yang membuat mizu tiba-tiba berubah pikiran dan mau menerima rena, dia kan perempuan, ditambah lagi karakternya yang sedikit manja mungkin akan menambah beban bagi kami, tapi entah kenapa mizu sama sekali gak kepikiran sampe kesana tapi mungkin menurut gue mizu udah pikirin ini mateng-mateng jadi gue gak perlu khawatir, gue juga perhatiin kalau mizu itu gak sembarangan nerima orang jadi temannya, dia gak sembarangan buat percaya sama orang tapi kalau udah jadi temannya kalian bakal ngerasain sendiri betapa menarik jika berteman dengan mizu.

Yah ... Seperti biasa lagi, mizu udah ada di tempat janjian kami. Oh iya ini juga salah satu yang gue kagumi dari mizu, meskipun gue sadar kalau hal yang kami lakuin ini salah tapi dibalik itu dia selalu menghargai waktu, mengutamakan disiplin dalam berbagai hal.

"Hey bro," sapa gue kemudian duduk di sebelah rena

"Bra ... Bro ... Bra ..., gini-gini gue itu cewek tau," jawab mizu

"Iya bro iya."

"Sekali lagi lo panggil gue bro, nih ... Bakal mendarat di muka lo," ucap mizu mengepalkan tangannya.

"Iyah ampun ... Ampun," jawab gue

"Makanya jan macam-macam."

___

"Eh ini tanda lahir ya?" tanya gue sambil memegang lengan kirinya yang tertempel sebuah tanda hitam besar.

"Apaan si, gak sopan banget pake pegang-pegang," jawab mizu menyingkirkan tangannya.

"Iya maaf, gue kan cuma nanya, itu tanda lahir atau apa?"

"Iya ini tanda, emang kenapa? Salah? Aneh? Yaudah gak usah temenan ama gue, sono jauh-jauh dari gue," ujar mizu

"Ihh gitu aja marah, gak kok, malahan tambah manis," jawab gue tersenyum kemudian berkedip sebelah mata ke mizu

"Woeekkk. ... Jijik gue, pen muntah tau gak."

"Ahahaha ... Yaudah kita sarapan dulu sambil nungguin rena," ucap gue kemudian memesan nasi goreng kesukaan gue sama mizu.

__

"Eh btw tuh anak kenapa sih, aneh banget tiba-tiba mau gabung ama kita," ucap mizu tiba-tiba

"Maksud lo rena?"

"Iyah, siapa lagi."

"Yaudah si, kan gak apa-apa juga, kalau ada masalah biar gue yang tanggung jawab.

"Awas aja kalau sampai dia ngrepotin kita."

"Iya iya gak akan."

Kalian tau? kenapa gue bisa segitu percayanya sama rena? Segitu yakinnya kalau dia itu bukan orang jahat? Padahal dia mempunyai sifat sedikit manja dan kalau gue perhatiin dia juga sedikit cengeng dan mungkin akan menjadi beban untuk gue sama mizu bahkan bisa menempatkan kami berdua dalam masalah yang berbahaya. Jawabannya itu karena gue sama dengan dia, gue tau bagaimana rasanya jadi dia, hidup dalam lingkungan yang membosankan dan ketika lo pengen keluar dari lingkungan itu lo gak punya jalan buat keluar, lo gak punya cara buat keluar, gak ada temen yang bisa bantuin lo keluar.
Nah ketika rena bertemu gue dengan mizu mungkin dia punya feeling kalau gue ama mizu bisa bantuin dia, bantuin dia buat keluar dari kebosanan hidupnya.

Kalian mungkin bertanya, gue bantuin rena keluar dari kebosanan hidupnya dengan cara nyopet? Gak, gak sama sekali. Kalian pikir gue ikhlas ngelakuin hal semacam ini, gak takut dosa? Pasti gak ikhlaslah, pasti takutlah, Hanya saja gue udah terlanjur melangkah, gue udah terlanjur masuk, lebih membosankan rasanya ketika gue berhenti di tengah jalan, lebih sia-sia rasanya kalau gue berhenti kemudian gak ngajak mizu buat berhenti juga karen gue gak mau dia terus-terusan terjebak dalam hal berbahaya seperti ini.

"Nunggu lama yah? Maaf yah, maaf," ucap rena yang datang dengan pakaian yang tak biasa sifat feminimnya tiba-tiba saja hilang, dia memakai celana jeans dengan sweater yang hodienya besar ditambah topi, dia benar-benar beda denga rena yang kemarin, asal kalian tau dia itu cantik.

"Gak kok, gak lama, aku aja baru nyampe," ucap gue senyum ke arah rena

"Apaan, gue dari tadi nunggu di sini," ujar mizu

"Iya kak, maaf ...."

__

"Ren, kamu udah sarapan?"

"Udah kak, tadi di rumah."

"Kita tungguin mizu dulu yah, soalnya dia itu kalau makan lama, kayak keong," ucap gue kemudian memasukkan suapan terakhir ke mulut gue kemudian minum.

"Apa lo bilang?" mizu mengepalkan tangannya.

Rena hanya tersenyum melihat tingkah kami.

       
                             *****
Setelah Mizu selesai makan, kami bertiga akhirnya keluar buat beraksi. Yah ... Beraksi.
Kami berjalan menyusuri jalan raya yang pagi ini mulai rame, pedagang kaki lima, siomay menambah ramenya suasana khas jalan raya juga dengan bising dan bau asap knalpot yang bergabung dengan asap pembakaran sate.

Sekali-kali gue menatap ke arah rena, gue liat mukanya, tadinya gue pikir dia takut, cemas atau setidaknya dia gugup.

"Ren, kamu bilang apa ke ibu kamu waktu mau kesini?" tanya gue

"Aku bilang kalau aku mau cari kakak aku, masa iya aku bilang ke ibu kalau aku mau pergi nyopet," jawab mizu yang setengah tersenyum.

"Oh iya, sekarang kan kamu lagi nyari kakak kamu kan ya? Kok malah gabung sama kami?"

"Nah itu dia kak, sekalian ikut kakak, aku juga sekalian nyari kakak aku."

"Oh bagus tuh, tapi kamu gak akan takut kan kalau nanti kita dikejar-kejar warga?"

"Iya kak, aku gak penakut kok."

Yah begitulah akhirnya rena benar-benar ikut gue sama mizu buat jadi pencopet.

Hari-hari kami bertiga lalui, tak ada yang aneh, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Gue, mizu, udah mulai menganggap rena teman. Rena mulai terbiasa dengan sikap mizu yang sedikit dingin kemudian banyak juteknya. Rena juga sudah terbiasa spontan untuk berlari ketika kami ketahuan dalam mencopet.
Satu hal yang masih ragu gue sama mizu lakuin adalah memperkenalkan rena pada bang adi, yah gue sama mizu ragu, ragu kalau tiba-tiba bang adi berbuat yang tidak-tidak sama rena, kami takut kalau bang adi marah sama gue juga mizu; tiba-tiba menerima anggota baru tanpa sepengetahuan bang adi.

____

"Eh, ren ... Itu kakak kamu gak punya ciri-ciri khusus atau apa gitu? Selain foto masa kecilnya," ucap gue.

"Kalau kata ibu aku sih, kakak aku itu punya tanda di lengan kirinya," jawab rena

Gue berpikir sejenak, kayaknya gue pernah liat orang yang punya di lengan kirinya, tapi siapa?

Gue liat ke arah mizu, entah kenapa dia juga tiba-tiba menatap gue ...

"Oh iya, gue inget, mizu, lo kan punya ...." belum sampai gue habisin kata-kata gue, mizu secepat kilat menutup mulut gue.

"Kenapa kak?" tanya rena

"Gak apa-apa, bukan apa-apa, ni anak memang sering gak jelas, apalagi kalau ngomong," jawab mizu

Gue berusaha ngelepasin tangan mizu yang membekap mulut gue ...

"Apaan sih, gue kan cuma mau bilang kalau gue pernah liat .... Aaaw !!!!"
Belum habis kata-kata gue, mizu tiba-tiba nginjak kaki gue.

"Pernah liat apa kak?" tanya rena lagi.

"Bukan apa-apa kok, ni anak emang sering ngelantur omongannya," jawab mizu lagi.

Gue benar-benar bingung, entahlah gue pikir mizu harus cerita empat mata tanpa rena tentang ini, tentang tanda hitam yang gak sengaja gue liat di lengan kirinya.

To be Continued ...
______________________________

- Vote
- Komen
- Saran/Kritik
Itu pilihan😅 terserah kalian.

Salam literasi.

GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang