Hari ini gue gk ada kegiatan, Cuma santai di rumah mewarnai komik yang sudah setengah jadi. Gue masih berpikir tentang kemarin, tentang ada hubungan apa antara mizu dengan rena, apakah benar, kalau mereka itu saudara kandung. Jelas, dari ciri-ciri yang disampaikan rena dan raut muka mizu yang tiba-tiba berubah mendengar itu dan yang paling penting ciri-ciri itu ada pada mizu.
Ping …
sms dari nomor yang tidak dikenal masuk …
rey … gue mau bicara, kita ketemu di tempat biasa …
melihat pesan itu gue langsung tau kalau itu mizu, tanpa berpikir darimana dia dapat nomor gue, gue langsung ambil sweater kemudian berangkat dengan motor. Gue udah bisa pastiin kalau hal yang pengen diceritain mizu itu ada hubungannya dengan rena, mungkin ia mau memperjelas semuanya.
Gue akhirnya sampe, gue parkirin motor gue kemudian duduk di sebelah mizu.
“jadi?” Tanya gue
Mizu masih diam.
“kalau lo mau cerita apapun, mau cerita sampe subuh, mau cerita berapa bab pun, gue bakal siap kok dengerin,” ucap gue tersenyum
Mizu menatap gue, keliatan sekali kalau dia benar-benar butuh teman bicara, dia butuh seseorang untuk menumpahkan keluh kesahnya.
“jadi gini rey, gue mau jujur.” Mizu berhenti sejenak.
“jujur? Tentang?”
Gue sebenarnya udah yakin kalau mizu mau cerita tentang rena, mau menjelaskan sesuatu tentang hubungannya dengan rena.
“tentang masa lalu gue,” jawab mizu menunduk.
Gue diem, menunggu mizu melanjutkan kata-katanya.
“jadi sebenarnya waktu pertama kali kita kita ketemu, gue bohong sama lo, gue bohong kalau gue sebenarnya punya nenek kemudian nenek gue meninggal.” Dia berehenti lagi.
Meskipun kaget mendengar kalau ternyata mizu bohong sama gue atau ternyata mizu merahasiakan jati dirinya sama gue atau bisa jadi mizu gak percaya sepenuhnya sama gue, gue masih belum mau bicara, gue masi menunggu mizu melanjutkan ceritanya, sekarang gue udah bener-bener yakin kalau ini ada hubungannya denaga rena, karena setelah rena bicara seperti itu, menjelaskan masa lalunya, menjelaskan tentang hilangnya saudara kandungnya waktu masih kecil ke gue sama mizu, sikap mizu tiba-tiba berubah.
“terus?” Tanya gue kemudian.
“iyah, sebenarnya gue gak punya nenek, bahakan gue sama sekali gak pernah liat wajah nenek gue. waktu kecil gue sama kayak anak lain, dibesarkan dengan orang tua yang lengkap, diberi kasih sayang, dan yang paling utama gue itu sebenarnya punya adik perempuan,” terang mizu kemudian mengambil napas
Gue masih terus memperhatikan.
“waktu umur 4 setengah tahun itu gue anaknya aktif, selalu pulang main kalau udah magrib, gue kan biasana main apa aja, temen-temen gue juga banyak, setiap hari gue selalu keluar main di beda-beda tempat. dan suatu hari gue main sampai larut malam di rumah temen gue, gue pulang sendirian, untuk anak seusia gue, gue sama sekali gak punya rasa takut, gak takut penculik apalagi setan, gak sama sekali.” Mizu kembali berhenti.
“yah?” ucap gue meminta mizu untuk melanjutkann ceritanya.
“nah. Pas gue lewat gang yang sepi, tiba-tiba ada beberapa anak muda, dan bapak-bapak yang nyegat gue …”
“apa nygat anak kecil kaya lo? Buat apa?” sela gue.
Mizu menatap gue tajam, isyarat bahwa gue harus diam dan membiarkan dia buat ngelanjutin ceritanya.
“oh maaf … maaf gue kebawa suasana,” uca gue minta mizu ngelanjutin ceritanya sebelum ia illfeel sama gue.
“mula-mula bapak-bapak sama anak muda ini bersikap baik sama gue, dia nanya kenapa jalan sendirian, mau kemana, kenapa gak ditemenin sama orang tuanya …”
“tunggu, ini yang nyegat lo berapa orang sih? Dua orang atau banyak orang?” sela gue lagi, gue piker dia bakal berhenti ngejelasin, taunya enggak, dia malah menjawab dengan sabar.
“tiga anak muda, satu bapak-bapak, mungkin bapak-bapk itu bosnya,” ucap mizu.
“oh, lanjut gih, gue gak akan motong lagi kok,” ucap gue
“ jadi waktu gue bilang mau balik duluan ke mereka, salah satu dari mereka tiba-tiba megang gue, mereka maksa gue buat ikut sama mereka. Karena gue takut gue teriak sekencang-kencangnya, nangis sejadi-jadinya, tiba-tiba bang andi datang, dia nolongin gue, bang andi berantem sama mereka berempat, saat bang andi terpojok dia tiba gendong gue, gue dibawa lari entah kemana. entah apa, setelah selamat dari orang-orang yang jahat itu,” terang mizu.
“mmm … jadi bang andi yang nolongin lo?” Tanya gue
“ iya, dia yang nolongin gue.”
“terus kenapa pas udah selamat dari orang-orang jahat itu lo gak diantarin pulang sama bang andi?”
“Inilah awal mulanya gue kepisah dari kelaurga gue, waktu gue minta dianterin sama bang andi, katanya dia takut buat balik lagi ke tempat itu, katanya gue harus tinggal beberapa hari buat mastiin kedaaan aman, jadilah akhirnya gue tinggal sama bang andi, berhari-hari gue tinggal sama bang andi, setiap hari gue nanya ama dia, kapan gue dianterin pulang, kapan gue pulang ketemu sama keluarga gue. Tapi semuanya sia-sia bang andi sama sekali gak nanggepin pertanyaan gue, malahan dia pernah bentak gue karena sering nanya gituan ke dia,” terang mizu sedikit mengambil napas.
“Hhmm gitu yah … Terus?” tanya gue singkat mengisyaratkan bahwa gue pengen banget tau kelanjutan cerita mizu.
Mizu masih diam.
“Dan suatu hari gue denger pembicaraan bang andi sama temen-temennya kalau gue mau dijadiin kacung buat nyopet, dan disitu jug ague baru tau kalau bang andi itu bos besarnya tukang copet. Mulai hari itu gue udah gak bisa berpikir normal, gue ngebleng, yang gue pikirin Cuma gimana caranya bisa kabur dari rumah bang andi, bisa secepatnya ketemu ama keluarga gue, bisa berkumpul lagi kayak dulu, gue takut banget kalau tiba-tiba bang andi punya punya niat buat bunuh gue.” Mizu bercerita sangat lepas, baru kali ini gue liat dia seperti itu, dibalik sifatnya yang super judes, kuat, tegar, ternyata masalah yang mizu hadapi serumit ini. Hati manusia memang tidak akan pernah bisa berbohong, sekuat apapun menyembunyikan, ia tidak akan pernah bisa berpura-pura kuat.
‘’Terus sekarang kenapa milih jadi copet?” Tanya gue kembali dengan hati-hati.
“karena pilihan.”
“pilihan?”
“iyah, pilihan yang diberikan bang andi am ague.”
“maksudnya? Gue masih gak ngerti.’
“jadi bang andi ngasih gue pilihan, kalau waktu itu gue memilih pulang dia akan nyari gue dan keluarga gue kemudian dibunuh. Terus pilihan kedua, gue harus nyopet Sampai waktu yang ditentuin bang andi, katanya gue juga harus inget bales jasa karena dia udah nolongin dari penculik waktu itu.’’
“lah kok gitu, terus lo terima aja?”
“iyah, mau gimana lagi, waktu itu gue benar-benar takut, benar-benar ngerasa kalau hidup gue udah diambang bahaya. Dilain sisi, gue juga berpikir tentang keluarga gue, gimana kalau ancaman bang andi benar-benar serius, apalagi dia bilang kalau dia udah tau seluk beluk keluarga gue. Jadi gak ada pilihan lain.”
“kenapa gak coba kabur diam-diam?”
“gak bisa, bang andi itu punya banyak mata-mata, lo keluar sejengkal aja dia bakalan tau.’
“Hmmm susah, terus sekarang gimana?’’
“yah mau gue, setelah cerita kayak gini ke lo, lo bisa ngejaga rahasia ini dari rena, jangan cerita apapun tentang tanda di lengan gue pada rena.’’
“jadi lo udah tau kalau rena itu adik lo?”
“iyah, sejak awal kita ketemu dia, gue masih kenal banget gimana wajah adik kandung gue, masih seperti dulu, waktu gue menghilang, meskipun sebenarnya banyak yang berubah, tapi kontak batin gue ama rena itu gak bisa dihindari. Jadi, gue mohon sama lo jangan cerita apa-apa dan gak usah mancing-mancing rena buat cerita apapun tentang keluarganya.”Tiba-tiba …
“gak perlu ada yang disembunyiin kok, aku udah denger semuanya, aku juga udah dari awal curiga kalau mizu ini kakak aku yang hilang,” ucap rena yang tiba-tiba datang tanpa kami sadari.
“ren, kenapa kamu tiba-tiba ada di sini?” Tanya gue
“gak penting, sekarang aku butuh kejelasan dari kak rena, kenapa waktu pertama kali ketemu dia gak langsung ngomong kalau dia itu kakak aku, kenapa aku harus tahunya dengan cara seper ini,” ucap rena setengah menangis.
Gue diam, mizu juga._____
Vote,
Komen,
Kritik dan saran,
Itu pilihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Grey
General Fiction⚠ [ On Going ] ⚠ [ Revisi Setelah Tamat ] Cover By : @Dawisega Dalam hidup ada berjuta-juta pilihan, beragam kemungkinan kemudian banyak kebetulan. Memilih itu gampang, memilih itu sederhana atau dengan kata lain menentukan pilihan adalah hal yang p...