G - 5

33 19 8
                                    

"Ini rumah lo ya?"

"Iyah, kenapa?"

"Gak papa."

"Sendirian tinggal disini?"

"Iyah."

Yah ... Hari itu pertama kali gue liat rumah mizu. Tempat yang menurut gue gak pantes disebut sebagai rumah, tidak layak untuk ditinggali.

"Kenapa? Rumah gue jelek yah?"

"Hhmm, lo kalau gak takut tinggal sendirian disini?"

"Ngapain takut? Takut sama siapa coba?"

"Kamu itu kan perempuan," ucap gue yang entah kenapa khawatir dengan mizu

"Eh!? Lo nyebut gue pake kamu, kesambet apaan lo?"

"Gue emang gitu kalau lagi khawatir sama seseorang."

"Udah ah, mending lo pulang, udah sore nih."

"Padahal gue masih mau disini."

"Pulang gak?"

Mizu mengepalkan tinjunya.

"Iya iya ..." gue segera memakai helm kemudian nyalain motor langsung pergi.

Dalam pikiran gue masih terbersit tentang keadaan mizu yang seperti tadi. Gue berpikir keras, bagaimana jika gue yang berada pada posisi tani? Bagaimana jika gue yang hidup dalam keadaan seperti itu? Gue gak sanggup ngebayangin hal berbahaya seperti itu, bahkan dengan keadaan gue seperti sekarang yang serba berkecukupan, orang tua yang cukup perhatian dan selalu ngekhawatirin gue, gue masih merasa belum cukup dengan hidup gue, gue masih selalu merasa kekurangan, gue selalu ngerasa bosan.

Dilain sisi ada seseorang yang begitu tegar menjalani kerasnya keadaan yang sama sekali tidak ia inginkan, ia tidak pernah mengeluh, tidak pernah menyesal atas apa yang Tuhan telah takdirkan untuknya.

                               *****

Esok harinya seperti biasa gue keluar rumah jam 9 pagi kemudian ke warung nasi goreng buat ketemu mizu, yah mizu udah ada disana nunggui gue.

"Ehemmm ... Udah sarapan?"

"Udah dari tadi, lo lama banget sih ditungguinya."

"Iya maaf, masih pagi gini juga."

"Sarapan dulu yah bentar," ucap gue yang mulai kelaparan

***
***

"Lu gak mau sarapan?"

"Gak."

"Ahahhah, jutek amat."

"Hhmm ... "

Mizu natap gue ...

"Rey ... Kadang gitu gue berpikir apa lo serius mau nyopet? Apa lo gak takut dengan keadaan yang seperti yang berbahaya kaya gini ...." mizu tibatiba diam

"Uang hasil nyopet lo juga lo kasih semu kebang andi ...."

Gue minum sedikit kemudian mulai bicara ...

"Zu, kan dari awal gue udah bilang kalau gue mau ikut sama lo nyopet bukan karena uang, bukan karena sengaja menempatkan diri gue pada keadaan berbahaya tapi ada hal dalam diri gue yang

"Udah ah. Ayo pergi," ajak mizu kemudian berdiri pergi

Hari kedua gue nyopet masih ada sedikit rasa takut, masih ada sedikit ragu kemudian dihantui penyesalan tapi itu semua perlahan hilang, seperti gue udah terbiasa dengan hal seperti ini, debar dan detak jantung gue masih cepat tapi udah gak seperti kemarin waktu pertama kali mau nyopet, gue udah kaya terbiasa padahal baru sehari.

GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang