G-9

25 9 2
                                    

“kenapa kalian diam?”
Tiba-tiba mizu berdiri mau pergi.

“Kak, aku mohon tolong jelasin  yang sebenarnya, aku benar-benar pengen tahu, kak mizu ini kakak aku atau bukan, kalau iya, tolong jelasin semuanya, kenapa selama ini kakak takut pulang, aku benar-benar pengen tahu semuanya,” ucap mizu setengah menangis.

“Zu, gue pikir rena bener, lo harus jelasin semuanya, rena udah terlalu lama nyariin lo, rena udah terlalu lama ngorbanini waktu dia buat bisa ketemu lo,” tambah gue yang juga berdiri kemudian megang tangan mizu.
Mizu akhirnya duduk kembali, ia mulai luluh menatap gue kemudian rena.

“iyah lo bener, gue adalah kakak lo yang hilang,” ucap mizu
Rena hanya menangis, entahlah … gue rasa hal terbaik yang bisa gue lakuin dalam situasi tersebut cuma diam.
“terus kenapa selama ini kakak gak pulang? Kenapa kakak malah milih tinggal dalam di lingkungan yang seperti ini, kakak tahu gak? Kalau aku sama mama itu nyariin kakak, tiap hari mama nangis inget kakak, kakak emang gak mikirin itu semua?” ucap rena yang mulai samar karena diselingi dengan tangisnya.

Mizu lagi-lagi diam, gue juga.

“jawab kak,” ujar rena.

Gue coba mendekat ke tempat duduk rena, mengisyaratkan bahwa semua baik-baik saja. Gue gak  tahu harus ngomong apa, gue juga gak tahu caranya menenangkan cewek kalau lagi nangis.

“Hmmmm …”
Mizu menarik napas panjang.
“lo tahu kenapa gue selama ini gak pulang? Kenapa selama ini gue cuma keluyuran gak jelas, hidup telantar, gak jelas, hidup seperti gak punya keluarga, lo tahu? Ini semua demi lo sama mama, ini demi menjaga keselamatan keluarga kita, dan lo tahu? Kenapa gue nyopet?  setiap hari gue diancem, semua keluarga, lo sama mama mau dibunuh, kalau gue nekat kabur, jadi … jadi …” ucapan mizu terhenti, dia menangis, baru kali ini gue lihat seorang mizu yang kuat menangis, aslinya ternyata seperti ini.

“jadi gue gak punya pilihan lain, gue harus nurut,” tambah mizu lagi.
Gue paham, benar-benar paham, gak mudah memang memilih, tapi ketika pilihan itu membuat orang yang lo sayangi terselamatkan dan semuanya baik-baik saja, maka taka da jalan lain. Meskipun sebenarnya pilihan itu berbahaya bagi diri lo sendiri.

Rena kemudian berdiri dari tempat duduknya menghampiri mizu, memeluk erat mizu, melepasakan semua rindu, semua kesah, semua resah, mereka berdua menangis sejadi-jadinya, melenyapkan segala khawatir bahwa dengan pelukan itu  semuanya terasa baik-baik saja.

Kalian semua tahu? Bahwa sejauh apapun sebuah ikatan persaudaraan terpisah, selama apapun ia terputus, waktu akan selalu berpihak, ia akan selalu mempertemukan, segalanya akan selalu baik-baik saja.
“kakak sekarang ikut aku pulang yah, mama udah nyariin kakak pengen ketemu, dia pasti seneng banget kalau kakak ikut pulang,” ucap rena
“iyah, gue pasti pulang kok,” jawab mizu menghapus air mat arena
“sekarang?”

“nanti, kalau keadaan udah aman dan gue udah punya rencana buat nyelesaiin masalah ini, gue bakal pulang, lo tenang aja,” ucap mizu yang sekarang tapak sebagai seorang kakak yang benar-benar ingin melindungi adiknya, ia sudah mulai tampak berbeda sejak pertama kali gue ketemu sama dia.
“tapi janji kakak bakalan pulang? Kakak janji kan?”
“iya iya, janji.”
“gue kayak obat nyamuk disini, gak ada yang anggep gue apa,” ujar gue
Mereka berdua hanya tersenyum kemudian kembali berpelukan.
Dari situ gue paham bahwa tak selamanya ketika kamu sudah memiliki banyak harta, memiliki segalanya, apapun bisa lo beli dengan uang, itu gak ada artimya sama sekali kalau hubungan dalam keluarga lo berantakan, itu gak akan ada artinya sama sekali kalau dalam kelurga lo ada yang kurang, ada yang hilang, semacam penyemangat. Orang lain bisa tak pernah tahu apa yang terjadi, tapi selama lo ngejalanin hari-hari lo tanpa keluarga, tanpa kasih sayang dari orang-orang yang lo sayangi, tanpa penyemangat dari orang-orang yang pengen liat lo bahagia, semuanya akan tampak, orang-orang di sekitar lo akan mudah menebak kalau lo itu kekurangan kasih sayang dalam keluarga, kekurangan perhatian dari orang-orang yang lo sayangi.
Kalian semua pasti pernah dengar kalau harta yang paling berharga itu adalah keluarga, jadi semiskin-miskinnya lo, ketika lo masih punya keluarga, lo belum bisa dikategorikan sebagai orang miskin
“jadi ceritanya gue dicuekin nih?” ujar gue lagi
“udah sana lo pulang aja, gue mau berduaan dulu ama ade gue,” ucap mizu yang diiringi dengan senyum manis rena di sebelahnya
“wah jahat, gue udah di dini dari tadi, udah rela duduk berjam-jam dengerin dan tonton kalian berdua main drama dan setelah itu kalian campakkin gue begitu aja,” jawab gue dengan muka yang sok marah.
“apa drama? Minta dihajar lo?” mizu setengah menggertak rena cuma tersenyum.
“udah kak, udah, makasih yah kak rey, kalau gak ada kakak mungkin aku gak bisa ketemu sama kakak aku,” ucap rena ke gue
“iyah sama-sama, nah gitu dong senyum, kan tambah manis keliatan.”
Rena kembali tersenyum, mungkin karena udah gak punya ungkapan lagi buat menggambarkan perasaannya sekarang.
“gak usah makasih ama dia,” tambah mizu menatap sinis ama gue.

To be continued...

____

Vote
Komen
Kritik / Saran
Itu pilihan, terserah kalian.

Salam literasi.

GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang