Four

1.2K 485 431
                                    

Terkadang moment bodoh yang pernah terlewat itulah yang akan dirindukan nantinya.

-Arletta Audiya Alano

___________________

       Ale sibuk meliyuk-liyukkan tubuhnya di hadapan kaca besar dengan diiringi lagu Insomnia milik Craig David, gadis itu terlihat benar-benar menikmati setiap gerakkan yang diciptakannya sendiri.

Ruang penyimpanan pakaian serta aksesoris di dalam kamar Ale memang disulap sedemikian rupa, dengan kaca yang sangat besar dan lebar. Ale sendirilah yang meminta dibuatkan ruangan itu, dengan alasan untuk melatih kemampuan dance sekaligus tempat penyimpanan barang-barang miliknya, dan langsung disetujui oleh kedua orang tua Ale, karena mereka tau Ale sangat mencitai dance.

Jadilah ruangan itu tempat favorite Ale menghabiskan waktunya. Bukan hanya untuk mengasah bakat dance, tapi juga hobi nya membaca novel. Bahkan terlihat rak buku yang berisi banyak novel di antara deretan lemari baju, aksesoris, sepatu serta tas koleksinya. Tidak lupa kursi santai diletakkan tepat di samping rak buku tersebut.

Arletta terlarut dalam gerakkan dance. Tanpa ia sadari, Ardan tersenyum menatap ke arahnya, sambil bersandar pada pintu frameless slidding penghubung ruangan di sebelah, yang berisi kasur serta boneka-boneka milik Ale.

"Cantik," gumam Ardan sepelan mungkin.

Mata Ardan sibuk memperhatikan Ale, tanpa sadar menatap keringat di dahi yang mengalir ke leher jenjang gadis itu. Ardan menelan ludahnya. Sabar Ardan ini godaan, ucapnya dalam hati sembari menggelengkan kepala.

Ale hari ini sangat sexy menurut Ardan, hotpans putih dan kaos hitam kebesaran bertuliskan 'HELLO' dengan huruf kapital putih ditambah kucir kudanya, membuat Ale terlihat makin sexy.

Ardan menyukai bagaimana lincahnya tubuh Ale saat dance. Jadilah Ardan sering ikut menghabiskan waktu di ruang serba guna ala Ale, menonton gadis itu. Tapi tidak jika Ale menari di ruang pratice dance sekolah mereka. Terlalu ramai, ada banyak anggota ekskul dance di sana.

Klikk

Ale mengarahkan kursor laptop ke icon stop, menghentikan musik pengiring dance nya tadi, ia mendelik ke arah Ardan. "Ada penonton gelap rupanya."

Ardan nyengir mendengar sindiran Ale, langsung mengacungkan satu jempol miliknya. "Makin bagus gerakkannya, gak sia-sia gue ajarin lo, Le."

"Halu! Sejak kapan lo jadi mentor dance gue," ucap Ale sambil menyeka keringat menggunakan handuk kecil yang sudah disiapkannya, bersama sebotol minuman rasa strawberry kesukaannya.

Ale duduk selonjoran di lantai ruangan itu, disusul Ardan yang duduk di sampingnya.

"Le, satu tambah satu jadinya berapa?" tanya Ardan.

"Dua lah, oon!" jawab Ale.

"Kalau aku tambah kamu jadinya ...?" tanya Ardan lagi.

Ale mengernyit, entah karena berfikir atau tidak paham akan pertanyaan Ardan.

"Jadinya kita lah, gitu aja gak bisa jawab." Ardan menoyor kepala Ale, membuat Ale mendengus sebal.

"Le," panggil Ardan lagi, dan dihiraukan oleh Ale.

"Aleeeee ...."
"Le ...."
"Le ... Ale ... Ale ... Ale ...." Ardan malah menyebut nama Ale dengan nada lagu ala suporter bola.

"BERISIK ARDAN!" sengit Ale mendengar kicauan Ardan.

"Suittt Jepang kuy!" ajak Ardan semangat.

"Alah, ntar gue nya kalah lagi kayak lusa kemaren! Malu tau gak, nangis macem bocah di depan gerobak es tung-tung! Mana diliatin orang banyak!"

Ale masih ingat kronologi lusa kemarin yang membuatnya malu! Ardan tidak tanggung-tanggung memberi dare kepada Ale yang kalah suit Jepang dengannya, Ale harus mendapatkan es tung-tung geratis dari si abang penjual dengan berbagai macam cara. Tidak peduli walau Ale harus jadi istri si abang sekalipun.

Permintaan yang ditolak penjual es membuat Ale berfikir keras saat itu, akhirnya Ale berakting nangis sambil jongkok di depan gerobak es tung-tung, hingga penjual es mau tidak mau memberikan es geratis untuk Ale, karena pusing mendengar tangisan gadis itu.

"Kali ini lo yang menang deh, gue ngeluarin kertas kayak kemaren," ujar Ardan

"Bener ya?!" Kesempatan balas dendam, batin Ale. "Kuy kalo gitu!" sambung nya.

Tangan mereka sudah bersalaman, dengan mata yang saling mendelik satu sama lain.

"Satu ... Dua ... Tiga!"

Syutttttt

Seketika Ale melotot, melihat Ardan yang malah mengeluarkan batu, sedang Ale sendiri dengan percaya diri mengeluarkan gunting!

"LO CURANG KAMPREET!"

Ale ngamuk, ucap Ardan dalam hati dan berlari keluar dari rumah gadis itu sambil berteriak, "DARE NYA BESOK BONCENGIN GUE NAIK SEPEDA KE SEKOLAAH!"

"ARDAN MONYEET! TOMPEL KUDANIL! BUAYA BUNTUNG! SUAMI MIMI PERII!"

Ardan semakin cekikikan mendengar umpatan Ale untuk nya. "Gilee suara Ale cetar, sampe kedengeran di halaman gini hahaha."





Tbc

____________________

a/n

Jumpa lagi di part selanjutnya sayangku, tungguin yaa 😘😘

Receh CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang