Twelve

789 178 379
                                    

Beberapa kenangan manis bisa menciptakan air mata, terkadang memang selucu itu.

-Arletta Audiya Alano

_________________

       Katherin dan Ale saling bercanda di sepanjang koridor, mereka baru saja keluar dari gedung olahraga indoor sekolah. Tepatnya Ale menyusul Keatherin yang terkena hukuman membereskan bola-bola basket ke keranjang akibat terlambat, lagi.

Candaan seru mereka terhenti ketika melihat seorang siswi berkaca mata sibuk membereskan buku-buku yang berjatuhan di lantai. Mungkin saat dia membawa tumpukan buku, dia tertabrak murid lain yang tidak bertanggung jawab untuk membantunya merapihkan buku itu kembali. Ale dan Katherin mendekat dan membantu siswi tersebut. Siswi itu masih menunduk, merapihkan buku yang berserakan, tetapi senyumnya mengembang untuk orang yang telah membantu dirinya.

"Makasih, udah bantuin rapihin buk--" ucapan siswi itu terhenti kala ia menengadahkan kepala ke arah Ale dan Katherin, sedetik setelahnya, senyuman ramah gadis itu menghilang diganti dengan tatapan dingin.

"Kenapa natapnya gitu? Udah untung ditolongin!" ujar Katherin tidak terima dengan tatapan dingin siswi yang di badge namanya tertulis Renita putri Anindita.

"Gak butuh bantuan dari penikung dan sahabatnya," jawab Renita disertai senyuman sinis.

"Udah jangan ribut di sini! malu, nanti jadi tontonan orang." Ale tau, Katherin bisa sangat judes ketika dirinya ingin. Ale menghentikannya, sebelum itu terjadi.

Dengan tidak tau diri Reni berdiri membawa tumpukan buku yang sudah rapih di tangannya, lalu berjalan melewati Ale dan Katherin.

"Anjir! Nyesel bantuin! Gue botakkin juga itu rambut!" rasanya emosi Katherin mencapai taraf atas, bahkan matanya nyalang menatap bahu Reni yang sudah berjalan menjauhi mereka.

"Jangan gitu! inget Ket, dia bagian dari kita juga," ucap Ale.

"Ck! Dia berperan layaknya orang yang tertindas. So, apa salahnya gue ambil peran antagonis di sini. I think, I can play very well."

Ale hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan sahabatnya itu. Apa yang harus gue lakuin untuk memperbaikki semua kerusakkan ini?

_____________

       Ardan duduk santai di atas motor ninja hitam milik Aldo, sedangkan pemilik motor memelototinya dengan hidung yang kembang kempis, emosi.

"Gue bilang gak mau anter lo Ardanio! Turun dari motor gue!"

"Lo tega gue pulang jalan kaki Do?" dari tadi Ardan mengeluarkan berbagai jurus untuk merayu Aldo agar mau mengantarkan dirinya pulang.

Ardan ditinggal Ale dan Dendi pulang lebih awal karena pria itu harus latihan basket dahulu, mana mau Ale dan Dendi menunggunya.

Sedangkan Ferdian dan Alan pergi bersama guru bahasa inggris, menemani peserta lomba puisi dan pidato bahasa inggris yang diselenggarakan di sekolah tetangga.

Rio? Mamanya menelpon menyuruh Rio langsung pulang, tidak keluyuran, karena mereka sekeluarga berencana menghabiskan weekend di Bogor, sekaligus menjenguk sang nenek.

"Ninja gue cuma bisa boncengin degem!"

Ardan menunjukkan wajah memelas saat tau Aldo kukuh tidak mau mengantarnya. "Dimana solidaritas dirimu sahabatku?"

Receh CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang