Fourteen

861 114 142
                                    

Kalau jantungmu mulai berdetak kencang, tandanya kamu harus waspada. Mungkin itu awalan dari cinta.

_____________________

       Ale mengapit stoples kecil berisi makaroni pedas sambil membaringkan tubuh di sofa panjang milik keluarga Fahrezi, sedangkan Ardan duduk pada ujung bagian sofa dekat kaki Ale. Ada Alan juga yang menduduki single sofa di samping mereka.

TV LED 46 inch menyala di depan mereka, malam ini mereka berencana nobar World Cup Russia. Karena pertandingan belum dimulai, jadilah TV itu terkacangi tanpa ada yang menontonnya. Alan fokus pada buku komik di tangan, Ale asik memakan makaroni pedas, sedangkan Ardan sibuk dengan game kucing bubbu yang ada di ponselnya.

Dengan jahil Ale menendang pelan pantat Ardan yang berada tepat di sebelah kakinya.

"Sumpah ya Le, kalau pus-puss gue jatoh gue ceburin lo di kolam belakang!" ancam Ardan kesal karena kucing dalam game yang di mainkannya hampir saja terjatuh dari dahan-dahan pohon.

Ardan memang luar biasa! Badan tinggi besar, kapten basket, jago olahraga tapi game favorite-nya jumping cat bubbu! Dan jangan lupakan kecintaannya pada kartun Dora si kepo.

Puas karena reaksi kesal dari Ardan, tingkat kejahilan Ale justru bertambah. Jari-jari Ale yang belepotan sisa bumbu balado dari makaroni mulai mencolek-colek pinggang Ardan.

"Woy ah! Tangan lo bumbu balado semua! Kotor nanti baju gue!" pekik Ardan, matanya fokus pada layar ponsel dan tubuhnya bergeser ke kiri, menjauhi tangan jahil Ale.

Alan melotot ke arah mereka karena merasa terganggu. Hasilnya mengecewakan, pelototan itu sama sekali tidak disadari oleh penghancur ketenangan dunia, yang dinobatkan dari Alan sendiri untuk kedua orang itu.

"Gak jantan, masa mainnya bubbu! Inituh jamannya ML!" ejek Ale.

"Ayoo sih ML! Sekalian biar Ale tau Ardan jantan apa enggak."

PLAKK!

Ale memukul pundak Ardan dengan telapak tangannya.

"ALEEEE!" teriak Ardan murka karena melihat layar ponselnya memunculkan tulisan 'GAME OVER'

Alan menutup kedua telinga dengan bantal sofa, Ale sendiri memejamkan mata dan mengapit stoples kaca makin erat. Seolah melindungi stoples itu agar tidak pecah karena teriakkan maha dahsyat Ardan.

Di kamar atas, Fahrezi dan Maura berdoa, agar putri bungsunya tidak terbangun hingga mengganggu waktu berduaan mereka karena teriakkan sang kakak.

"Pus-puss gue mati! Tanggung jawab Le!"

"Ardan mah ribet. Tinggal idupin lagi game jumping cat-nya, idup juga deh pus-puss lo."

"Tapi score-nya mulai dari nol!"

"Ntar juga lama-lama score-nya nambah!"

"BERISIK WOY!" kini giliran Alan yang berteriak, melerai adu mulut Ardan dan Ale.

Dan lagi-lagi Fahrezi serta Maura berdoa agar Kanaya tidak terganggu tidurnya.

"Mau gue lakban apa jahit itu mulut, hah?!" tambah Alan tidak lupa dengan pelototan tajamnya. Kali ini dia berhasil, Ale dan Ardan langsung kicep melihat pelototan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Receh CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang