Raya kembali menatap ponselnya gusar. Sudah satu minggu setelah kejadian itu, dia masih tak mendapatkan pesan atau telfon dari Bagas. 'Ada apa?' Tanyanya pada hatinya sendiri.
Dia mencoba berpikir positif, mungkin jadwal latihan di Timnas sangat padat. Tapi kenapa nomornya nggak pernah aktif? Mungkin lupa di charger atau nggak ada sinyal? Sepertinya pilihan ke dua tidak mungkin. Ohh tanya bang Hagi!
Tutt tutt
"Hallo, Assalamualaikum. Ada apa dek?" Sambung suara dari seberang sana.
"Waalaikumsalam. Bang Hagi lagi ngapain?" Tanya Raya mencoba berbasa-basi.
"Lagi istirahat sambil main PS. Kamu belum tidur? Udah jam 10 gini." Balas Hagi.
"Belum. Sama siapa bang?" Tanya Raya. Suaranya tertahan menunggu jawaban dari abangnya.
"Emm, sama Evan, Izul, David trus pangeran kamu. Hahah, kenapa?" Tanya Hagi penasaran, perasaannya sedikit nggak enak.
Deg
"Bo-boleh ngomong bentar nggak bang sama mas Bagas?" Raya sedikit takut, Bagas masih bangun kenapa tak menelfon?
"Iyaa nih." Terdengar suara grusak-grusuk dari sebrang sana. Lima menit menunggu, Raya masih diam. Lelaki di sebrang sana juga diam. Raya menggigit bibir bawahnya. Menarik nafas dalam dan mengeluarkannya.
"Mas Bas..." ucapnya lirih, sungguh dia rindu dengan seseorang yang kini tengah ditelfonnya.
"Kayaknya.. Kita nggak bisa bareng lagi Ray.." jeda satu menit, terdengar helaan nafas dari sebrang sana. "Maaf ya aku nggak bisa kasih yang terbaik buat kamu.. Makasih untuk satu tahun terakhir, aku cukup.. bahagia.." Raya tak bisa menahan air matanya. Sebenarnya siapa yang sedang berbicara dengannya ini? Kenapa? Ke-kenapa?!
Raya diam, lidahnya kelu. Pandangannya memburam, pipinya mulai basah oleh lelehan air matanya.
"Udah ya, aku mau istirahat dulu. Selamat malam Keila Raya Hargiharso. Have a nice dream.."
"Pengecut!"
Tutt tutt
Sambungan terputus. Ponselnya terjatuh, pandangannya kini benar-benar buram.
Flash Back <<
Satu minggu setelah kejadian di GBK.
"Rian! Lepas nggak?! Aku mau pulang!" Raya menepis tangan Abi kasar, sungguh amarahnya sedang tak terkendali saat ini.
"Tunggu Key, aku mau jelasin sesuatu sama kamu." Balas Abi, tangannya masih menggenggam tangan Raya. Posisi mereka kini sedang di depan gerbang Sekolah Raya.
"Nggak ada yang perlu kamu jelasin lagi! Aku nggak butuh! Minggir!" Teriak Raya lagi.
Grep
Abi memeluk Raya erat.
"Lepas Rian! Lepasin! Hiks.. Hiks.." Raya meronta, tapi tenaganya tak sekuat pelukan Abi padanya. Dia menangis sungguh hatinya sangat sakit.
"Maafin aku Key. Maaf.." Abi merapalkan kata maaf berkali-kali, tak terasa air mata mengalir begitu saja tanpa dia minta.
Raya menangis, tapi tubuhnya hanya terdiam menerima tanpa ada keinginan untuk meronta ataupun membalas pelukan cowok yang dulu sangat dicintainya.
Tangannya terangkat untuk memukul dada Abi keras, mencengkeramnya erat. "Brengsek! Sialan! Pengecut! Sakit.. hiks.. sakit.. yan.. sakit.." ucapnya lirih, hatinya sungguh benar-benar sakit.
"Maaf.. maaf.." hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir Abi. Dirinya sungguh brengsek, sialan, pengecut, semua, semua yang dikatakan Raya dia mengakuinya. Betapa bodohnya dirinya menyakiti cewek yang sangat mencintainya dengan tulus ini dan memilih untuk berpaling dengan yang lain.
"Hahh, hahh, hahh, ugh.. ugh.." Tiba-tiba dadanya sakit. Raya mencengkeram dadanya kuat.
Abi melepaskan pelukannya. "Kamu kenapa key?" Abi benar-benar panik, dia tak peduli saat ini menjadi tontonan orang-orang di sekitarnya. Yang terpenting saat ini adalah Raya.
"Akh.. mas Bas, mas.." Raya berujar sambil menunjuk seseorang yang sedari tadi hanya mematung melihat mereka.
Abi mengabaikannya dan menggendong Raya dengan gaya bridal style. "Asmamu pasti kambuh. Tahan bentar neng, Aa bawa kamu ke rumah sakit sekarang." Abi langsung berlari menghampiri mobilnya.
"Kang, langsung ke rumah sakit. Cepetan atuh!" Kata Abi pada supir pribadinya. "Siap den. Itu teh neng Keila kenap-"
"Insiden ini mah kang, buruan atuh! Asmanya teh kambuh." Jawab Abi cepat, raut wajahnya makin panik melihat Raya yang semakin kesakitan dalam pelukannya. Kang Joni hanya mengangguk kemudian menancap gas membawa mobil dengan kecepatan maksimal, dia sedikitnya juga ikut cemas dengan keadaan mantan pacar dari anak juragannya itu.
.
"Woy.. Bang Bagas udah ketemu Raya? Tadi dia bilang mau duluan soalnya" tanya Dimas pada Bagas yang sedari tadi hanya diam mematung memandang jalan di depannya.
Bagas hanya diam. Tanpa membalas pertanyaan dari Dimas dia berbalik berjalan ke arah motornya.
"Hoy bang?! Kok diem aja! Raya mana? Udah ketemu belom?!" Teriak Dimas mengejar Bagas yang berjalan pergi meninggalkannya tanpa membalas apapun.
Bagas berhenti, reflek Dimas menghentikkan langkahnya "Gue mau pulang ke Sleman. Raya udah pulang." Jawabnya tanpa menatap Dimas.
'Hah? Raya udah pulang? Sama siapa coba?' Tanya Dimas dalam hati. "Lahh.. bukannya harusnya sama abang? Pulang sama siapa? Hahaha, tadi aja buru-buru keluar duluan bilang katanya dijemput sama pangerannya. Becandanya keren." Balas Dimas tertawa garing, perasaannya kurang enak.
"Iya.. Raya pulang sama pangerannya, Syahrian Abimanyu." Jawab Bagas, kini matanya memandang Dimas lurus.
Deg
Dimas membulatkan matanya mendengar jawaban Bagas. 'Hah? Abi? Maksudnya?!' Pikirannya mendadak lola. "Nggak mungkin lah bang! Raya ka-"
"Udahlah Dim! Gue liat dengan mata kepala gue sendiri Raya pulang bareng cowok itu." Bentak Bagas, Dimas kaget, baru pertama kalinya dia dibentak Bagas biasanya sekesal apapun Bagas tak akan membentak orang. Memangnya Raya ngelakuin apa sampai Bagas bisa semarah ini?
"Ohh. Gue minta ke elo untuk sampein ke Raya nggak usah hubungin gue lagi!" Ucap Bagas final kemudian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan Dimas yang masih terdiam dengan berjuta pertanyaan di kepalanya.
'Sebenernya ada apa si?' Tanyanya pada diri sendiri. Dia putuskan untuk menelfon Raya.
"Tutt nomor yang anda tuju sedang tidak aktif-"
'Sial!' Umpatnya dalam hati. Perasaannya benar-benar tidak enak.
"Telfon Abi!"
Tutt tutt
"Assalamualaikum bi! Lo bawa Raya?!" Tanya Dimas to the point.
"Waalaikumsalam. Iya dim, mendadak asmanya kambuh, gue langsung bawa dia ke Rumah sakit." Jawab Abi, suaranya kini mulai sedikit tenang.
"Hah?! Kok bisa?! Gimana dia sekarang bi?! Dia baik-baik aja kan?" Tanya Dimas gusar, benarkan pasti ada apa-apa.
"Alhamdulillah, udah mendingan kok. Lo cepet nyusul ya. Nanti gue smsin alamat rumah sakitnya." Pesannya pada Dimas.
"Oke." Jawab Dimas singkat.
Sambungan terputus. Dimas langsung melajukan motor maticnya untuk menyusul Raya setelah mendapat sms alamat rumah sakit tempat Raya dirawat.
'Gue harus lurusin masalah ini.' Tekad Dimas dalam hati.
Flash Back End
><><
Hello? 😅Vote biar semangat nulisnya, hehe..
See you ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My BoyFriend Is Football Talent
Short StoryBismillah. ✊ Bagas Adi Nugroho. Pesepak bola dengan sejuta pesona. 😎 P.s. : Bagas, Atlet Sepak Bola kelahiran Jogjakarta, 8 Maret 1997. Saat ini bermain untuk Timnas u-23 dan Arema. 🔥 P.s.s. : Klik Vote jangan lupa. Kalo ada typo/aneh/gaje/kesalah...