0.1 : Prolog

857 29 0
                                    


Tingg!

Suara notifikasi dari Line membuyarkan lamunan gue. Langsung aja gue cek, ternyata bang Hagi.

Bang Hagi
'Assalamualaikum. Dek jangan lupa besok ke GBK ya! Abang udah beli tiket VIP buat sekeluarga.'

2:03 pm

"Yeay!!" Teriakku girang sambil meninju udara ke atas. Kelas yang awalnya ramai mendadak hening.

"Raya! Kamu sudah bosan dengan pelajaran saya?! Kalau begitu silahkan tutup pintu dari luar!" Tegur bu Heni, guru sastra Indonesia yang terkenal garang.

Mampus. "Ma-maaf bu tadi itu nggak se-" Raya bersuara tapi segera dipotong.

"Se-ka-rang!" Potong guru itu dengan penekanan di tiap kataya.

Kheh! Raya mendengus lirih. 'Dasar guru killer, udah tua masih aja galak. Pantes nggak ada yang mau!' Celetuk Raya dalam hati tentunya. Dia masih waras jika harus mengumpat dengan keras. Masih teringat kata-kata guru itu padanya. 'Sudah nilai remed terus. Pemalas lagi!' Jleb. Awalnya sakit hati sih dengernya, tapi ya sudah lah suka hati dia aja. Raya nggak peduli. Dasar.

Raya bangkit dari duduknya dia membawa serta tas punggung yang terlihat besar tapi sebenarnya enteng. Dia memandang Tika, teman sebangkunya sekilas. Tika hanya memberikan senyuman menenangkan ala sahabat atau kakak ipar(?) Wahhh.

"Siapa suruh bawa tas? Kamu nanti masih ada tugas dari Ibu ya! Sembarangan mau pulang aja." Ucap guru itu lagi, membuat Raya mati-matian menahan mulutnya untuk tidak mengumpat secara Live(?)

'Banyak maunya! Nggak ngerti apa gue sibuk wahai Ibuuu guru yang cantik!' teriaknya dalam hati. Wajahnya masih menampilkan tampang kalem padahal hatinya misuh-misuh.

"Iya." Jawabnya pasrah, segera dia menjatuhkan tasnya lagi. Kemudian berjalan kedepan kelas dan mohon izin keluar. Teman-temannya hanya menahan tawa geli, melihat penjaga gawang andalan tim futsal putri itu menahan amarahnya.

"Setelah jam selesai. Temui ibu di kantor." Ucap bu Heni final.

Raya hanya menangguk kemudian keluar kelas dengan perasaan yang campur aduk. Antara seneng karena bakal nonton kakaknya tanding secara Live dan sebal karena ulah guru killer itu.

><><

Keila Raya Hargiharso, atau sering disapa Raya. Umur 16 tahun, saat ini sekolah di SMA Garuda kelas XI-4 jurusan IPS. Anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya Sigit Hargiono, seorang polisi militer. Ibunya Sri Herawati, dosen dari fakultas ekonomi di Universitas Negeri Jakarta. Kakaknya, Muhammad Hargianto, pemain bola berusia 22 tahun yang saat ini bermain di klub berjuluk Macan Kemayoran.

Raaya
'Emang ayah nggak sibuk bang? Seminggu ini aku belum ketemu ayah di rumah.'

2:16 pm

Raya baru membalas pesan dari kakaknya itu setelah dia berada di lapangan in door milik sekolahnya.

Bang Hagi
'Nggak. Aku udah tanya katanya nanti malem ayah pulang. Btw, ini masih jam sekolah kan? Kok kamu bisa bales, jangan-jangan bolos ya?!'

2:17 pm

Raya mengernyit membaca balasan dari abangnya itu. Memang gara-gara siapa dia bisa diusir guru killer itu (?)

Raaya
'Iya. Gara-gara lu, gue di usir sama guru killer karena nggak sengaja teriak pas baca chat dari abang! Huh *emot ngambek*'

2:17 pm

Ya, Raya benar-benar ngambek saat ini. Dia hendak berdiri dari duduknya saat ponselnya kembali bergetar, mengumandangkan lagu Terlatih Patah Hati milik the Rain sebagai tanda telephone masuk.

Seketika wajahnya memerah, nama Mas Bagas AN dengan latar foto seorang cowok hitam manis berbaju kuning tertera di layar ponselnya. Dengan sedikit gemetar dia menekan tombol hijau di layar. Yah, Bagas Adi Nugroho, pemain timnas Indonesia U22 bersama dengan abangnya,sekaligus pacar Raya.

 Yah, Bagas Adi Nugroho, pemain timnas Indonesia U22 bersama dengan abangnya,sekaligus pacar Raya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamuaikum mas, ada apa?" Raya bertanya gugup.

"Wa'alaikumsalam. Enggak apa-apa, cuma kangen, hehe. Lagi ngapain dek? Mas ganggu nggak nih.." Tanya Bagas ragu-ragu, siapa tau pacarnya itu sedang sibuk atau sedang seko- ya ampun kenapa nggak inget, ini masih jam sekolah. Bagas menepuk jidatnya sendiri menimbulkan suara tepukan keras di sebrang sana.

"Enggak kok, aku tadi diusir sama guru killer gara-gara bang Hagi, jadi aku terdampar di lapangan deh" Raya cemberut lagi "Ehh, itu suara apa mas?" Tambahnya lagi.

"Eumm.. Bukan apa-apa hehe. Kamu ngapain di lapangan?! Jangan bilang kamu dihukum? Bilang sama aku nanti aku bikin perkedel abangmu itu." Jawab Bagas berapi-api.

"Errr.. Jangan! Sejelek apapun, dia tetep abangku mas, jangan macem-macem!" Balas Raya setengah mengancam.

'Lah kok jadi aku yang terancam(?)' Pikir Bagas ngeri.

"Becanda sayang.. Besok kamu libur kan? Nonton yuk! Mumpung mas libur, kita kan udah berapa bulan nggak jalan bareng." Tanya Bagas semangat.

"3 minggu yang lalu kita jalan-jalan naik trans jakarta muter-muter, pulangnya mampir ke monas. 1 minggu yang lalu kamu pulang ke sleman. Aku juga masih inget sebelum kamu pulang kita makan bakso di Senayan.. Mas lupa?" Jawab Raya kalem.

"Hehehe, masa sih? Perasaan mas itung kita nggak ketemu udah 6 bulanan lebih deh." Jawabnya sambil mengingat-ingat.

"Yee. Sakarepmu sam (terserah kamu mas). Tapi kayaknya nggak bisa.." balas Raya sambil memandang ragu ke arah gawang.

"Kenapa? Ohh.. Besok abangmu tanding ya lawan timnas u19? Di GBK kalo nggak salah." Tanya Bagas memastikan.

"Hmm, iya. Sepurane yo sam (Maaf ya mas)" Jawab Raya lirih, dia merasa sedikit bersalah karena menolak ajakan pacarnya.

"Oke. Kita kencan di GBK ya sayang. Udah dulu ya, mas dipanggil coach tuh. Assalamualaikum."

Tutt tutt

Telpon diputus. Meninggalkan Raya yang terdiam dengan senyum manis mengembang di bibirnya.

"Wa'alaikumsalam.."

><><

Thanks For Reading!

^^

My BoyFriend Is Football TalentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang