Wish

4.7K 492 20
                                    

"Dasar tuan arogan! Sudah ketahuan saja pakai gengsi" Jimin berjalan keluar menuju kamarnya.

Jimin dengan tekniknya, nyatanya memang selalu berhasil membuktikan dan menakhlukkan perasaan siapapun.

Namun kali ini Jimin ikut terjerat, karena dia juga merasakan perasaan yang sama dengan lawannya.

___________________________________________

Banyak orang yang mengatakan bahwa Cinta yang sesungguhnya adalah Cinta yang tak hanya diucapkan dibibir saja, melainkan harus ditunjukan dengan sikap dan perbuatan.

Tapi kita tidak bisa mengatakan semua itu benar. Karena pada dasarnya manusia memang memiliki caranya sendiri untuk mencintai, dan bagaimana cara mereka menunjukkan rasa cintanya.

Seperti dua insan yang sedang di mabuk Cinta ini. Diam, terlalu gengsi hanya untuk sekedar menyatakan bahwa "Aku Mencintaimu! " . Tapi dalam hati mereka hasrat untuk saling mengungkapkan rasa itu sangat besar, namun sialnya terbendung dengan ke arogansian masing-masing.

Tapi waktu tak akan tinggal diam. Dia tak akan membiarkan manusia seperti itu terus-menerus tanpa ada perubahan. Pasti ada saja celah yang memaksa mereka untuk saling mengungkapkannya. Hanya waktu, soal waktu, waktu pasti akan membuktikannya.
.
.
.
Suga mendengar suara telepon di nakas samping tempat tidurnya. Dia bergerak sangat malas hanya untuk sekedar mengangkat telepon itu.

" Kau sudah bangun, turun lah!  Kau harus makan siang agar demam mu sembuh! " perintah seseorang dari balik saluran telepon itu.

"Hmm! Baiklah! " ucap Suga malas. Kemudian dia tertawa, lumayan keras.

Kau akan mendengarnya jika berada di sebelahnya. Namun di kamar itu dia hanya sendiri. Mencair, hatinya mulai mencair.

.
.
.

2 jam sebelum telepon berbunyi.

Jimin selesai memanjakan tubuhnya di bathtub, selesai adegan ciuman itu dia langsung melarikan diri ke kamarnya, mandi. Jimin kepanasan, masih pagi tapi rasanya sangat gerah.

Dia hanya memakai gaun sederhana dirumahnya. Rambutnya hanya diikat asal membiarkan poni-poni tipisnya berantakan. Wajahnya hanya dipoles sedikit.

Jantungnya masih sulit untuk dikontrol, namun rasa penasaran itu mengalahkannya. Jimin keluar dari kamar,  kembali berjalan menuju kamar Suga, Mengecek kembali keadaan pria yang sudah membuat hatinya tak karuan.

Dia membuka pintu itu pelan dan mendapati Suga sedang tertidur.

"Dia tertidur lagi? " Jimin bergumam. "Oh.. Mungkin efek obatnya". Jimin berjalan ke arah Suga, naik ke tempat tidur dan menempel kan punggung tangannya ke kening Suga. Mengecek suhu tubuhnya.
"Hmm.. Demamnya sudah turun, sukurlah".

Diam Jimin memandang wajah Suga cukup lama, tersenyum sendiri. Berbicara sendiri "Hmm.. Kalau saat tidur begini wajahnya terlihat seperti malaikat, benar kata Yoonji kalau kakaknya sangat tampan, Aku harus sering mendoakannya, untuk berterima kasih karena sudah mempertemukan ku dengan kakaknya". Jimin tersenyum sambil terkikik. Tak lupa dengan wajah kecentilannya itu.

"Agh! Sudahlah, kalau begini lama-lama jantungku bisa lepas! " gumamnya lagi. Dia menaikan sedikit selimut Suga, kemudian pergi meninggalkannya. Jimin turun untuk menyiapkan makan siang.

.
.

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Makan siang sudah siap dihidangkan oleh beberapa pelayan di atas meja makan.

Jimin kembali berjalan menuju kamar Suga. Namun saat dia ingin membuka pintunya. Pintunya terkunci.

"ngga~ kenapa pintunya dikunci? " gumamnya sambil terus berusaha membuka pintu. Namun gagal. Jimin pun memutuskan kembali turun kebawah.

Sun In The Dark  ~ Yoonmin (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang