Setelah sarapan aku segera berpamitan dengan bi Inem. Jam masih menunjukkan pukul 6:30.
"Bi aku berangkat sekolah dulu ya." Pamitku
"Iya non hati-hati di jalan." Pinta bi Inem. Aku segera mengambil sepedaku di garasi, sepeda putihku yang biasa kugunakan untuk kesekolah, jarak dari rumah ke sekolah juga tidak terlalu jauh. Aku tidak ingin merepotkan Bunda ingin diantar jemput seperti anak-anak lainnya.
Aku menaruh ransel putihku di keranjang depan, lalu aku segera mengayuh sepeda ke arah sekolah. Rambutku yang panjang dan hitam yang kubiarkan tergerai di belakang tampak berkibar-kibar mengikuti angin pagi yang sejuk, maklum ini masih lumayan pagi udara masih segar tanpa polusi.
Saat aku melewati rumah Nancy di sebelah kanan rumahku, kulihat Nancy tampak sedang menunggu.
"Hai Nancy lagi nunggu apa? Tumben jam segini udah siap" tanyaku pada Nancy yang sedari tadi tampak sedang menunggu sambil memainkan ponselnya.
"Ini lagi nunggu pak Roni, hari ini aku ada piket." Jawab Nancy tersenyum ramah sambil menyimpan ponselnya dikantong rok abunya.
"Bukannya piketnya bareng Kou ya? Tapi kok Kou belum kelihatan." Tanyaku lagi.
"Biasa anak itu begadang lagi nitip tugas piketnya sama aku, katanya kalo dia menang OSN fisika dia bakal traktir aku makan di mana aja." Cibir Nancy, bibirnya tampak dimajukkan kedepan. Ekpresinya sangat lucu membuatku tertawa lepas.
"Kenapa ketawa Murou? Di mukaku ada makanan nempel?" Tanya Nancy, ia langsung mengambil ponselnya kembali lalu melihat wajahnya.
"Enggak ada kok, aku duluan ya! Bye." Pamitku pada Nancy.
"Bareng aku aja dari pada capek ngayuh sepeda." Ajak Nancy padaku.
"Ga papah aku naik sepeda aja, biar sehat! Hehe" Cengirku, aku segera menaiki sepedaku lalu melambaikan tanganku ke arah Nancy.
"Bilang aja mau ngalahin bodyku yg mirip Kyle Jenner!" Ujar Nancy sambil menjulurkan lidahnya kepadaku. Aku hanya terawa dan mengayuh sepedaku ke luar komplek.
Saat aku keluar komplek, aku menghela nafas panjang. Sekarang jalan tampak lumayan rame, begitu terada polusi di udara. Sekarang kota ini semakin rame begitu banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor maupun mobil, sepeda sekarang banyak ditinggalkan mungkin menurut mereka menggunakan sepeda seperti ketinggalan zaman dan tidak. Belum lagi penggunaan kendaraan yang asapny sangat kotor dan hitam yang mengganggu penglihatan pengendara lain. Padahal dengan kita menggunakan sepeda, kita dapat mengurangi polusi udara yang kian hari semakin parah.
Aku segera mengayuh sepedaku cepat-cepat ingin sampai ke sekolah, aku tidak ingin menghirup polusi lama-lama.sesampai di sekolah aku memarkirkan sepedaku, aku betjalan di bilik sekolah menuju ke kelas, kelasku cukup jauh dari gerbang masuk sekolah.
Banyak anak-anak yang menyapaku, tapi aku hanya bisa tersenyum saja. Bukan karena aku sombong tetapi aku sangat malu untuk berbicara ke anak-anak yang lain. Bisa bersahabat dengan Nancy, Futaba dan Kou saja aku sangat bersyukur.
Tiba-tiba Dodi menyapaku.
"Pagi cewek top 1 sekolah kebanggaan warga DEWANTARA." Sapa Dodi tidak ramah sambir tersenyum sinis.
Aku hanya tersenyum. Padahal dalam hati aku merasa tidak enak. Aku dan Dodi memang tidak akrab, ia adalah ketua kelas 10 MIPA-2, ya kelasku. Doni selalu menganggapku sebagai saingannya, padahal aku tidak pernah menganggapnya begitu. Menurutnya aku telah merebut peringkatnya di kelas.
Keadaan begitu canggung sampai ada yang menepuk belakang pundakku.
"Futaba?" Kagetku, ternyata Futaba yang mengagetkanku.
"Hehe, kaget ya?" Futaba berkata sambil menyengirkan bibirnya.
"Iyalah liat aku hampir serangan jantung." Aku pura-pura ngambek sambi memayunkan bibirku. Tapi aku senang Futaba memecahkan kecanggunganku terhadap Dodi.
"Hehe, sorry sorry deh. Yuks ke kelas sekarang!" Ajak Futaba aku hanya mengangguk lalu kami menuju ke kelas sambil bercanda riang, walau ada kata-kata Futaba yang menyinggungku tapi ku maklumi, mungkin Futaba tidak sengaja mengatakannya.
Saat kami di depan kelas tampak beberapa kakak kelas perempuan sedang membicarakan sesuatu. Saat aku melewati mereka aku baru menyadari yang mereka bicarakan adalah aku.
"Itu si "dewi" idola orang-orang, sok banget ga?" Salah satu kakak kelas itu berbisik kepada teman-temannya padahal suaranya sangat nyaring mungkin sengaja ingin menyinggungku.
"Namanya siapa tu? Irene ya, centil banget sama cowok-cowok."ujar yang lain.
"Iya masa katanya dia sengaja lewat didepan lapangan basket pas cowok-cowok lagi ngumpul." Tambah yang lain
Kutegaskan yang mereka katakan itu fitnah. Tapi aku hanya bisa tertegun hatiku sangat panas, kakiku rasanya susah sekali kugerakkan.
Tampa kusadari Futaba tampak tersenyum sinis. Seperti kemenangan baginya.
"Hey, kalian ga ada hal-hal berguna lain ya selain membicarakan orang lain?" Aku mendengar suara laki-laki dari belakang suaranya sangat familiar saat aku melihat ke belakang ternyata itu Kou sedang berbicara kepada kakak-kakak kelas itu.
"Bilang saja kalian iri yah?" Ujar Kou singkat tapi sangat dingin dan menusuk. Kakak-kakak itu kaget dan langsung segera meninggalkan depan kelasku.
"Makasih Kou." Akhirnya suaraku dapat keluar tapi masih serak terdengar.
"Iya sana masuk kelas kalo ngeliatin aku lama-lama nanti suka loh" Kata Kou sambil menepuk-nepuk kepalaku.
"Ih Kou sakit tau! Aku memang mau masuk kelas geer amat ganteng juga egak!" Aku segera meninggalkan Kou dan Futaba dan masuk ke kelas.
Kou tersenyum kepadaku dan menatap sinis ke arah Futaba, wajahnya berubah menjadi takut.
Di kelas aku terus memikirkan kenapa orang-orang tadi tidak menyukaiku.
"MUROU! Tadi kata anak-anak kamu diganggu kakak kelas ya? Kamu gak kenapa-kenapa kan? Sorry aku tadi telat gara-gara nungguin pak Roni" Teriak Nancy kawatir, ia mendatangi mejaku dengan Futaba.
"Iya Nancy aku gak kenapa" kok tadi Kou datang nolongin." Kataku menenangkan Nancy yang begitu panik.
"Trus kamu tadi ke kelas sendirian?"
"Itu.. tadi.." kata-kataku di potong Futaba
"Bareng aku tadi." Jawab Futaba singkat dengan wajah begitu tidak mengenakan.
"Trus lo biarin Morou digangguin kakak kelas?"
"Sudah Nancy aku ga papa kok lagian kakak kakak itu cuma menyinggungku doang kok." Aku cepat-cepat menjawab Nancy aku tidak ingin mereka berkelahi karna aku. Memang Nancy dan Futaba tidak begitu dekat padahal kami sudah kenal sejak smp.
"Tapi aku bingung Cy, kenapa orang benci padaku? Emang salahku apa yah?" Tanyaku kepada Nancy pertanyaan yang terus terngiang-ngiang di kepalaku." Apa belum cukup ibuku saja yang membenciku? Sampai orang-orang ikut membenciku?"
"Kamu ga salah apa-apa Murou, hanya saja orang tidak senang dengan keberhasilan dan kelebihanmu. Dan satu lagi ibu mu tidak membencimu honey, mana ada ibu yang membenci anak kandungnya sendiri. Pasti ada alasannya ibumu seperti itu." Nancy berusaha menenangkanku.
"Tapi sampai kapan?"tanyaku lagi saat itu hatiku sangat perih air mataku hampir keluar tapi aku sudah berjanji kepada Nancy dan Kou aku akan berusaha lebih tabah dan kuat.
"Sabarlah Tuhan tidak pernah memberikan cobaan di luar kemampuan hambanya." Kata Nancy lagi.
Walaupun Nancy menenangkanku tapi sepanjang pelajaran aku terus memikirkan kejadian hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
Teen Fiction"I only hope one thing...bisakah kau menyayangiku?" Hidup Murou yang bahagia tiba-tiba berubah ketika ayahnya meninggalkannya. bundanya yang awalnya menyayanginya mulai mengacuhkannya. Hari-hari Murou yang begitu sedih, keinginannya melupakan kenang...