3. Lomba Mewakili Kelas

94 22 26
                                    

"HI...HIRO!!!" Seruku dari jauh. Dia tidak mendengarnya. Dia tampak sedang asik mengobrol serius dengan laki-laki paruhbaya berjas putih rapi. Aku penasaran sekali siapa laki-laki paruhbaya itu, penampilannya yang serba putih membuatku takut. Aku sangat takut dengan warna putih sedari aku kecil, aku tidak tau alasannya.

Akupun berteriak kembali memanggil namanya sambil melambai lambaikan tangan, tetapi dia masih tidak melihat keberadaanku. Aku sudah tidak ada lagi niatan untuk memanggil namanya, tenggorokanku sakit, suaraku semakin serak dan nyaris tidak bersuara. Suaraku kian memberat, seberat beban hidupku. Mungkin karena kemarin hujan- hujanan dan chattingan hingga larut malam dengan Hiro. Lantas akupun berlari kecil kearahnya. Laki-laki berjas putih itu mengalihkan pandangannya kepadaku disaat dia menyadari adanya orang lain ditengah tengah keseriusan mereka berbicara kemudian pergi dia tanpa sepatah katapun.

Aku kesal. Salah apa aku? Apa maksudnya! Dia memang tua, tapi apakah tidak ada jiwa sosial dalam dirinya untuk tersenyum sedikit kepadaku. Cih, jasnya saja yang berwibawa tapi prilakunya tidak, dasar pak tua!

Aku terus menggerutu dalam hati, aku sangat risih kepada ku orang-orang yang tidak sopan seperti itu, aku tahu dia orang tua, tapi itu sangatlah tidak pantas.

"Hiro siapa dia? Ngeselin banget sih, udah tua juga tapi sikapnya seperti itu. Untung dia tua! kalo engga? hmmm udah aku ajak gulat!" Ujarku. Aku kesal. Aku kesal, sangat kesal. Entah ini dari efek tamu bulanan ku entah karena mood ku hilang karena pria tua itu, intinya aku kesal.

Hiro menatapku dengan raut wajah yang tidak enak dilihat. Apakah dia marah? Lihatlah! Semua orang menyebalkan hari ini termasuk kucing yang sedang menatapku tajam seperti ingin menerkam.

"NGAOOOOOOKKK...!!!BRRDDD NGAOOOOOK!!!"

Sialan! Salah aku apa? Kenapa semua orang bahkan hewan tampak menyebalkan? Ada apa dengan ekspresi semua orang hari ini? Ngajak berantem?

"SIALAN! SIALAN! SIALAN!" Akupun memukul mukul tiang, mengeluarkan kekesalan supaya ketika tampil tidak ada rasa kekesalan lagi yang menempel.

"Apa lu? Mau marah? Nih ngomong sama pantat gua!" Akupun menunggingkan pantatku dengan maksud meledek muka kesalnya. Aku tidak takut padanya.

"Sifat yang tidak pantas untuk seorang perempuan." ujar Hiro pelan sambil meninggalkan ku pergi ke arah barat daya.


"NGEOOOOONGGG.....NGEOOONGGGGGG"

TIba tiba dua ekor lebah yang entah darimana datangnya tiba tiba dan menyerang.

"Woy woy woy, woy woy woy"

Akupun berlari dengan tangan yang sibuk menepis nepis lebah yang terus berterbangan dikepalaku.

"HARI YANG ANJIR BANGET!!! TOLONGGG...!!! Teriakku yang diiringi tawa orang orang yang aku lewati.

___

"Listen,
I am alone at a crossroads
I'm not at home, in my own home
And I tried and tried
To say whats on my mind
You should have known "

Aku terus menyanyikan sepenggal lirik lagu listen yang bernada tinggi, lagu yang akan menentukan nasibku hari ini. Kenapa ini sangat sulit? Padahal aku sering menyanyikannya dan baik baik saja. Bahkan hasil kemarin latihan dengan Hiro nampak sangat luarbiasa dan memuaskan.

Aku terus memaki diriku sendiri. Aku lupa bahwa persiapan terpenting dalam perlombaan adalah menjaga diri sendiri terutama vokal untuk bernyanyi. Bodohnya aku kemarin malam aku chattingan dengan Hiro sampai larut malam dan memakan sejumlah gorengan pedas dan berminyak yang aku curi di meja tunggu pasien milik ibuku.

SHIROBOT [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang