2. Hari sial

122 23 19
                                        

apakah aku menyukainya?
apakah aku bisa memilikinya?
apakah aku-

DARRR!!!...

"Ya ampun Naomi, kau bikin aku kaget saja. uh" Gerutuku terkejut saat teman sebangkuku menepuk pundak ku secara tiba-tiba dan berteriak.

"Ehehe.. Maap Hikaru. Habisnya kamu melamun saja Dari tadi. Eh...kamu di panggil tuh sama Pak Miko!" Naomi mencoba menjelaskan alasan dia mengagetkanku agar aku tidak marah kepadanya. Tetap saja aku marah! Organ jantungku rasanya jatuh dari tempatnya. Tapi apa? Pak Miko memanggilku? ASTAGA!!!

"Ya ampun aku lupa Naomi, aku melupakan latihan menyanyi untuk Lomba besok" Aku sangat panik. Kalian tahukan betapa pemalasnya aku? Sampai-sampai aku melupakan lomba penting besok. Mati kalo gini aku bisa mati kena ocehan Pak Miko!

"Yasudah Hikaru. Cepatlah temui pak Miko!. Sebelum Pak Miko berubah jadi kembang api! Bisa mati konyol kau kena percikan apinya". Titah Naomi panik. Kami memang paham seperti apa Pak Miko jika beliau sedang marah. Penuturan darinya sungguh membuatku panik! Menyebalkan.

"YAYAYA...DOAIN AKU YA!" Teriaku. Aku langsung lari terbirit birit. Ya, aku berlari sangat kencang. Aku merasa lariku mengalahkan kecepatan Atlit. Aku benar benar menghabiskan tenagaku untuk berlari dengan kencang tak peduli dengan koridor kelas yang nampak licin.

------

Sesampainya di Aula. Lelaki paruh baya yang terlihat masih tampan itu menatapku tajam. Dia nampak seperti ingin memakanku hidup-hidup. Aku sangat takut. Ya Tuhan, lindungi aku.

"Hikaru!. Apakah kamu berniat untuk berlomba? apakah kamu menganggap perlombaan ini adalah hal sepele? Apakah kamu benar-benar tidak memikirkan sekolah ini? " Bahkan akupun belum mencium tangannya, tapi Pak Miko langsung mengomeliku. Aku mengurungkan niatku untuk mencium tangannya. Aku memilih untuk berdiri mematung saja. Tak kuasa melihat tatapannya. Kepalaku repleks menunduk. Aku sangat takut. Kau tahu? Jika tatapan bisa membunuh mungkin aku sudah mati sekarang.

Bukan begitu pak, saya merasa malas kalau saya harus latihan sama Lee, anak bapa yang so' kegantengan nan kurang ajar itu. Batinku.

Kau tahu? Aku sangat tidak menyukai anaknya Pak Miko. Anaknya sangat bandel dan kurang ajar. Dia bisa kurang ajar kepada siapapun termasuk kepadaku.

Kalimat itu hanya terlontar dari batinku saja. Bagaimana tidak? aku masih waras. Bisa mati jika aku membicarakan keburukan Lee. Lagipula pak Miko selalu membanggakan anaknya dan mungkin dia tidak akan percaya kepadaku begitu saja. Aku harus mendapatkan bukti kebandelan Lee sepertinya, sebelum aku laporkan kepada pak Miko. Ah sudahlah apa peduliku tentang hal itu.

"Emmm... Mohon maap Pak. Saya kurang enak badan Pak, jadi saya berinisiatif untuk mengistirahatkan diri saya dulu hehe." Aku terpaksa berbohong, aku tidak tahu lagi alasan apa yang bisa membuat pak Miko tidak lagi kesal kepadaku. Aku menggaruk garuk kepalaku yang tak gatal dengan repleks.

"HIKARU! JANGAN BOHONGI BAPAK!!! . KEBIASAANMU CUKUP MEMBUAT BAPAK TAHU!!!" Pak Miko berteriak. Suaranya yang nyaring seperti akan memecahkan gendang telingaku.
Apa maksud Pak Miko?
AH SIAL!!! MENGGARUK KEPALA!!! Kenapa aku mempunyai kebiasaan menggaruk kepalaku di saat aku berbohong. Memang kebiasaan yang sialan.

Aku hanya membisu. Bagaimana mau mengelak? Aku sudah ketahuan berbohong. Tolong aku! Siapapun tolong aku.

Tuktuktuk
Seseorang mengetuk pintu aula.

"Permisi. Apa Bapak memanggil saya?" Tanya seseorang dengan suara baritonnya yang memecahkan keheningan ditengah tengah kebisuanku.

Suara bariton itu sangat familiar ditelinga ku. Siapa? Akupun langsung berbalik.

SHIROBOT [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang