Chapter 2

116 8 0
                                    

Happy reading...

Harris memesan dua cangkir coffee lemon, satu untuknya dan satu lagi untuk Gadis cantik berumur 18 tahun yang ada di depannya.

"Minumlah agar Kau sedikit tenang!" Gadis itu pun menuruti apa kata Harris.

"Kenapa Kamu memakai toga? Dan kenapa kamu dikejar oleh Laki-laki itu? Apakah Dia temanmu?" tanya Harris berkali-kali.

"Aku memakai ini karena hari ini adalah hari kelulusanku. Benar, Dia memang temanku. Tapi untuk pertanyaanmu yang satu itu Aku tidak bisa menjawabnya sekarang,"

"Owh, is ok. Eeemmm namaku Harris J. Salam kenal," tiba-tiba Harris mulai grogi dan canggung saat mengulurkan tangannya.

"Namaku Fatmah Saleh. Aku sudah tau namamu. Kau sangat terkenal di kalangan Gadis-gadis," jawab Si gadis cantik dengan tersenyum membalas uluran tangan Harris.

Harris pun tersipu malu.

Jam yang ada di tangan Fatmah telah menunjukkan sepuluh lewat lima belas. Fatmah sudah mulai panik karena acara wisudah di sekolahnya pasti sudah dimulai. Sedangkan Dia masih asik duduk di kafe dengan Pria yang baru dikenalnya. Tapi Dia takut untuk kembali kesekolah, karena Laki-laki bermata biru itu pasti akan menyakitinya lagi.

Sontak secara cepat dan tanpa berpikir Fatmah langsung berdiri dan menarik tangan Harris, "Ikutlah denganku sekarang!!!"

"Kemana?"

Fatmah tidak menjawab pertanyaan Laki-laki itu. Sepanjang perjalanan Harris terus bertanya 'Kemana Kau akan membawaku?'. Tapi Gadis cantik itu tetap tidak menjawab sepatah katapun. Gadis itu hanya menunjukkan wajah panik.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah bangunan megah yang biasanya ditempati Fatmah untuk menuntut ilmu. Mereka pun langsung masuk dan mendapati MC tengah memanggil satu-persatu nama murid untuk dipindahkan kuncirnya oleh kepala sekolah sebagai simbol bahwa murid telah resmi diwisuda. Fatmah pun ikut duduk bersama teman-temannya dan menunggu giliran namanya dipanggil. Sedangkan Harris duduk bersama dengan pendamping murid-murid yang lain.

'Fatmah Saleh' namanya pun dipanggil, dengan perlahan-lahan Fatmah mendekati kepala sekolah untuk diwisuda. Dan akhirnya kepala sekolah memindahkan kuncirnya dari kiri ke kanan. Selama hal itu dilaksanakan, ada seseorang yang terus menatap tajam Fatmah. Dimatanya seperti ada sebilah pisau yang sangat tajam. Walau wajahnya lebam-lebam, Dia tetap mengikuti prosesi wisudah.

Setelah lumayan lama Harris duduk diantara pendamping yang lain, acara wisuda pun berakhir seperti acara wisuda yang sering kita lihat.

***

"Akhirnya kita pulang ya!" tanya Fatmah dengan nada dan senyum bahagia.

Fatmah terdiam sebentar dan mulai mengobrol serius, "Harris, Maaf... tadi Aku langsung menarik tanganmu dan mengajakmu ke sekolah tanpa bertanya dulu,"

"Ayahku sangat sibuk akhir-akhir ini. Ibuku sakit. Aku bingung siapa yang akan menjadi pendampingku, jadi Aku mengajakmu... sekali lagi Aku minta maaf ya!"

"Emmm... Ta-tapi sesungguhnya ada alasan yang lain dan yang lebih penting kenapa Aku mengajakmu kesana. A-aku... aku masih takut jika Laki-laki itu mengejar dan menyakitiku lagi,"

Harris hanya membalas dengan anggukan dan senyuman manis mendengar penjelasan Fatmah yang panjang lebar itu.

"Sepertinya Kamu sangat handal dalam menyelamatkan seorang Gadis?" Fatmah kembali mendapatkan balasan senyuman manis yang membuat dimple yang ada di pipi Harris terlihat.

"Bicaralah! Sepertinya sedari tadi Aku berjalan dan berbicara sendiri," kata Fatmah dengan memanyunkan bibirnya. Fatmah mulai kesal dan akhirnya mereka berjalan tanpa membicarakan apapun.

IMAMKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang