Happy reading...
"Suamiku, kau sudah sadar," senyuman tipis menghiasi wajahnya.
"Kau siapa? Aku tidak mengenalmu!"
Seketika itu juga perasaan Fatmah hancur. Bahkan prasangka burukpun sempat terlintas dibenaknya.
"Apakah Suamiku mengalami hilang ingatan? Itu tidak mungkin! Tidak mungkin!"
Fatmah pasti tidak bisa menerima jika hal itu benar-benar terjadi. Dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri atas terjadinya kejadian ini.
"Saya yang telah menabrakmu," itulah jawaban singkat laki-laki yang sedari tadi berdiri di belakang perempuan satu-satunya di ruangan itu dengan tatapan bersalah.
Ternyata perkataan Harris tadi bukan tertuju pada istrinya, tapi kepada laki-laki yang hampir merenggut nyawanya. Fatmah yang baru sadar ada seseorang lagi selain mereka terkejut. Dia langsung berdiri dan menatap laki-laki yang belum diketahui nama maupun asal usulnya itu.
"Sejak kapan kamu berdiri disana?"
"Saya minta maaf. Saya mohon jangan ambil jalan hukum, Saya hanya hidup berdua dengan anak saya. Jika saya dihukum, anak saya dengan siapa?. Saya minta maaf! Saya janji akan tanggung jawab! mohon maafkan saya!!!" ucapnya dengan memelas.
"Saat itu saya sangat panik karena anak saya mengalami kejang, saya bingung. Saya mencepatkan laju mobil dan tak sengaja menabrak anda. Saya minta maaf, saya mohon maafkan saya," sambung jelasnya.
Entah kenapa tiba-tiba hati keduanya meleleh melihat wajah melas laki-laki itu. Dan akhirnya sepasang suami istri itu kompak menganggukkan kepala menyetujui permintaan sang lelaki.
"Terimakasih... terimakasih... terimakasih banyak,"
Kedua pasangan itu membalas senyuman manis dan kemudian laki-laki itu pergi tak kembali lagi. Tapi, sebelumnya laki-laki itu telah tanggung jawab dengan membayar semua biaya pengobatan dan terus memastikan keadaan pasien ganteng itu dari jarak jauh.
Paginya, Harris dan Fatmah juga sudah memberi penjelasan kepada keluarganya dan polisi tentang bagaimana proses kecelakaan itu bisa terjadi, tentang semuanya, termasuk juga sang pelaku yang telah tanggung jawab dan mengakui kesalahannya kepada mereka berdua. Dan permasalahan pun selesai.
***
Hari ini adalah pagi yang menyenangkan bagi Isla. Setelah lama di rumah sakit, akhirnya Kakak pertamanya telah diperbolehkan dokter pulang. Tapi, walau begitu Dia masih harus cek up setiap minggunya.
Seluruh keluarga Jung memang sengaja tidak ikut menjemput Harris di rumah sakit karena ada sesuatu hal. Hanya sang menantu yang kesana. Sebenarnya dari awal Harris sadarkan diri, Dia masih memiliki rasa kecewa pada istrinya. Karena perkataan jujur itu, semua ini bisa terjadi.
Harris selalu menyembunyikan amarah atau rasa kesal pada istrinya jika berada dihadapan keluarganya. Agar seluruh keluarganya pikir, mereka berdua sudah baikkan dan akan menjadi keluarga yang harmonis dikedepannya.
"Suamiku..."
"Hmmm..."
"Sudah siap?"
Tanpa berucap apapun Harris langsung keluar dari kamar inap rumah sakit dan berjalan perlahan menuju mobil yang dibawa oleh istrinya.
"Aku pantas mendapatkan perlakuan ini," tak sengaja airmatapun turun membasahi pipinya sambil menatap punggung suaminya yang semakin menjauh.
"Nona kenapa menangis?" tanya seorang perawat yang sedang melintas.
"No, I am ok," jawab Fatmah dengan menghapus airmatanya, tersenyum ke sang perawat dan berjalan keluar rumah sakit membuntuti suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMKU
Fanfiction#masihhiatus Mengapa Kau memilih bertemu Ibumu dari pada Anakmu? Kenapa Kau pergi meninggalkanku? Apa perjodohan Tuhan ini salah? ~ Harris J . . . . Maafin Author yah kalau ada banyak typo yang beterbangan dan ceritanya biasa aja, masih belajar soa...