Chapter 7

67 6 19
                                    

Happy reading...

***

Suara alarm dari handphone telah membangunkannya. Fatmah mengubah posisinya menjadi duduk. Dia menoleh ke arah suaminya yang masih terlelap. Dia tidak tega membangunkannya, jadi Dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu baru kemudian membangunkannya.

Dengan perlahan Fatmah menurunkan satu persatu kakinya dari tempat tidur agar tidak membangunkan suaminya. Kemudian segera melesat ke kamar mandi.

Saat Dia keluar, dilihatnya Harris masih terlelap di atas ranjang.

Fatmah merapikan rambut panjangnya sembari melihat Harris dari pantulan cermin meja riasnya. Dada bidang Harris terlihat sangat jelas karena suaminya melepas baju yang dia pakai dan hanya memakai celana saja.

Setelah rapi, Fatmah mulai membangunkan suaminya.

"Harris, sudah masuk waktu subuh! Cepat bangun dan mandi!"

"Hhhmmm... baiklah," balas Harris dengan suara serak dan berat khas bangun tidur. Dengan mata masih terpejam, Harris berjalan mengambil handuk yang telah disiapkan istrinya lalu masuk ke kamar mandi.

Fatmah merapikan tempat tidur dan seisi kamar sembari menunggu suaminya selesai mandi. Dia juga memutuskan untuk tidak melakukan sholat subuh terlebih dahulu, karena Dia ingin Harris kembali menjadi imamnya. Dia juga ingin kembali mendengar suara merdu lantunan ayat-ayat suci dari mulut suaminya.

Kali ini Harris tidak begitu lama di kamar mandi. Keluar dengan hanya memakai handuk membuat Fatmah terkejut dan segera menutup mata dengan jari-jarinya, tapi Dia sedikit merenggangkan masing-masing jari sehingga masih bisa melihat tubuh Harris dengan jelas.

"Kenapa menutup mata?"

"Mmmm... tidak papa, Kau cepat pakai baju koko yang telah ku siapkan!" balas Fatmah dengan gugup dan tangan yang masih menutup matanya.

"Iya, iya," Harris terkekeh melihat kelakukan istrinya itu.

"Apakah sudah memakainya?"

"Sudah, Ayo cepat sholat!"

Dengan perlahan Fatmah menurunkan tangannya dan berjalan menuju shaf belakang suaminya.

"Allahu akbar,"

***

"Assalamualaikum warahmatullaah,"

"Assalamualaikum warahmatullaah,"

Seperti kemarin, setelah sholat mereka berdo'a sebentar dan membereskan perlengkapan sholat bersama.

"Aku harus bicara padanya sekarang, sebelum tambah memperkeruh keadaan,"

"Harris, bolehkah Aku berbicara sesuatu denganmmu?" tanya Fatmah pada suaminya.

Kini mereka duduk di pinggir ranjang. Diraihnya tangan suaminya, kemudian mengelus punggung tangan Harris dengan ibu jari, "Tapi kau jangan marah padaku!"

"Apa dulu? Sepertinya sangat serius?"

"A-Aku... HAMIL," jawab Fatmah dengan suara yang sangat pelan tapi masih bisa didengar oleh Harris.

"Maksudmu apa? Ini tidak mungkin terjadi secepat ini? Apa jangan-jangan kau..."

"Maafkan aku Harris... Maafkan aku... Aku baru jujur padamu, hiks..hikss,"

Sontak lelaki itu langsung menjauhkan tangannya dari genggaman Fatmah, kemudian mengambil handphonenya dan pergi keluar kamar dengan membanting pintu sekeras mungkin.

"Harris kau mau kemana? Dengarkan penjelasanku dulu! Harris..." teriak Fatmah sambil membuntuti suaminya yang berjalan semakin cepat.

"Ada apa nak? Kenapa panik seperti itu?" tanya Umi Umaimah yang baru berlari kecil mendekti menantunya.

IMAMKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang