Chapter 3

107 7 15
                                    

Happy reading...

Di salah satu apartemen yang lumayan besar telah terparkir sebuah mobil berwarna putih yang sangat indah tapi tak begitu mewah. Keluar sesosok Laki-laki yang memakai kaos berwarna hitam dipadukan dengan jeans biru muda dan jaket kulit warna senada dengan kaosnya.

Dia memiliki rambut sedikit keriting berwarna coklat. Laki-laki itu mulai melangkah menjauh dari mobilnya dan masuk ke dalam apartemen.

Fatmah yang dikala itu sedang sendiri di apartemennya, masih asik berdandan di kamar sambil menunggu seseorang menjemputnya. Fatmah sangat cantik memakai hoodie berwarna putih dan jeans biru dengan rambut yang dikuncir kuda.

"Permisi..." ucap sosok Laki-laki yang berdiri di depan pintu salah satu apartemen setelah memencet bel.

"Iya sebentar," Fatmah berlari dan membuka pintu apartemennya.

"Apakah sudah siap?"

"Yeah," Fatmah keluar, mengunci pintu dan berjalan berdampingan dengan Laki-laki itu menuju lift.

Setelah sampai di parkiran, Laki-laki itu membukakan pintu untuk Fatmah dan Dia masuk ke dalam mobil setelah mengucapkan terimakasih. Setelahnya, Laki-laki itu berjalan mengitar dan membuka pintu yang satu lagi, masuk kedalam sana dan memakai sabuk pengamannya.

Fatmah yang sudah memakai sabuk pengaman terlebih dahulu hanya memandang Laki-laki yang telah memegang stir dan menyalakan mobilnya tanpa berucap apapun.

Selama di perjalanan, mereka berdua sama-sama memilih diam dan fokus dengan pikiran mereka masing-masing.

***

"Apakah disini tempatnya?"

"Iya benar. Ayo masuk," Laki-laki itu mengikuti kemanapun Fatmah melangkahkan kakinya hingga sampai di sebuah meja bernomer 12. Mereka berdua duduk dan memesan minuman untuk menemani kebosanan menunggu seseorang yang akan datang.

Waktu telah berjalan sekitar dua puluh menit, tapi seseorang yang mereka tunggu tidak kunjung datang. Tiba-tiba ada suara di belakang Laki-laki yang menemaninya.

"Maaf Aku terlambat,"

"Akhirnya Kau datang juga Will," jawab Fatmah.

"Bagaimana?, Apakah Kau berubah pikiran?" tanpa basa basi William langsung duduk dan menanyakan apa yang ingin Ia ketahui.

"TIDAK," ucap Fatmah dengan lantang. Sampai-sampai laki-laki yang datang bersamanya tersedak saat meminum minumannya. Laki-laki itu pikir Fatmah akan berubah pikiran.

William sangat tidak memperdulikan Laki-laki yang lebih tua darinya itu. Walaupun Dia sadar bahwa Laki-laki itu sedari tadi duduk diantara mereka dan melihat mereka berdua. William hanya terus menekan Fatmah agar bisa menerimanya. Tapi Fatmah terus menolak, sampai akhirnya terjadi sebuah kesepakatan.

"Ok. Aku tidak akan mengganggumu dan membiarkan hidupmu aman jikaaa, Kau bisa mengikat dirimu dengan pernikahan. Aku beri waktu satu bulan. Jika tidak, Kau akan slamanya menjadi milikku," senyuman sinis terukir di bibir William.

"Apakah itu mungkin?" batin Fatmah.

"Ini tidak adil, aku tidak mau!" ucap Fatmah.

"Tidak perduli. Baiklah, Aku pergi sekarang. Aku tunggu kabar selanjutnya!" William pun pergi tanpa memesan apapun dan meningalkan mereka berdua yang masih kebingungan.

Setelah empat langkah meninggalkan tempat duduknya, Dia berkata dalam hati, "Aku akan menghalangimu dengan berbagai cara agar Kau tidak berhasil Fatmah. Aku sudah berjanji dengan diriku sendiri bahwa kau hanya milikku," senyum sinis kembali terukir.

IMAMKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang