Terdampar

48 3 2
                                    

"Ons neem hom in die tronk met die drie mense wat ons gister gearresteer het ." Seketika mereka semua mendekatiku dan langsung mengangkatku.
----

Aku, Putra, Dan Fahri terus berdoa tanpa memikirkan Nabila yang berjuang sendiri mengendalikan kapal. Aku tidak Tau cara membantunya. Nabila terus konsentrasi mengendalikan kapal, aku melihat wajahnya mulai menegang seperti akan terjadi sesuatu yang mengerikan. "Berlindung...!" Teriak Nabila meninggalkan ruang kendali Dan mencari tempat yang aman, kami mengikuti Nabila keatas. Ketika berlari, mataku tiba tiba mengarah ke depan. Dihadapanku terlihat ombak yang siap menerjang kapal kami Tak lama lagi. Kakiku kaku seperti terpaku tak mau bergerak. Mereka bertiga entah sudah dimana tetapi aku tidak memperdulikannya. Mataku terpaku di hadapan ombak yang siap menerjang kapal kami.

Wusssshhhhhh.....

Badanku sakit sekali, mataku sulit untuk membuka. Rasanya sama seperti diatas kapal lalu. Aku mulai mencoba untuk membuka mataku perlahan, silau sekali. Setelah mataku mulai beradaptasi, aku merasakan tekstur kasar dibawahku. Kucoba untuk memegangnya, ternyata ini pasir putih. Kulihat sekelilingku. Didepanku terlihat laut Serta ombak kecil sedangkan dibelakangku terlihat hutan lebat yang mungkin belum pernah disentuh manusia. Ya... selama bumi menjadi lautan tanpa batas. Aku mulai merasakan keganjilan. Aku mencoba berfikir, berfikir, dan berfikir hingga akhirnya aku ingat. Dimana sahabatku!?

Aku mencoba untuk melihat sekeliling sekali lagi, tak ada mereka. Aku mencoba berdiri untuk mencari mereka. Sulit sekali rasanya berdiri, tetapi aku tetap memaksakannya. Aku tidak ingin sendiri disini. Aku akhirnya bisa berdiri mulai berjalan mencari mereka. "Putra.... Fahri.... Nabila...." Aku meneriakan nama mereka tanpa henti.

---

Matahari mulai menghilang tetapi aku belum menemukan mereka. Semoga mereka masih ada disini, aku tidak mau sendirian disini. Aku mulai pasrah, aku mencoba mencari tempat yang aman untuk berlindung. Kayu bakar sudah kucari ketika mencari sahabatku tadi. Aku mulai menghidupkan api unggun. Sangat sulit untuk menghidupkan api unggun tanpa pemantik. Hingga pada bercobaan ke lima, api pun hidup. Hangat sekali berada di dekat api unggun. Tidak ada tanda tanda sesuatu yang bergerak hingga tengah malam. Mataku mulai berat hingga akhirnya aku tertidur beralaskan daun pisang yang kuambil di pohon pisang yang berada disebelahku.

"Anand... Heii! Bangun." Mataku langsung terbuka karena aku mendengar suara berat seorang pria yang sepertinya sangat kukenal. Benar saja... Dia Putra. Sahabatku Dan disebelahnya ada Fahri dan Nabila. "Putra, Fahri, Nabila! Aku mencari kalian seharian, kalian darimana saja?" Aku tersenyum bahagia menemukan mereka. "Jangan bicara besar besar, disini ada manusia kejam yang siap menangkap dan membunuh kita kapan saja. Sekarang sebaiknya kamu ikut kami ketempat yang lebih aman." Ajak Nabila. Mereka bertiga langsung berlari sedangkan aku langsung segera bergerak mengikuti mereka. "Ayo masuk kesini! Disini kamu akan aman." Kata Nabila sambil membuka pintu gubuk yang belum pernah kulihat sebelumnya. "Hahaha... Kau mudah sekali kami tipu." Kata Putra tertawa bahagia. Aku melihat dibelakang Putra kalau Fahri membawa dua buah pisau daging yang berdarah darah. Baunya amis sekali. Fahri langsung berlari kearah ku sambil mengangkat pisau daging tersebut. "Arrggghhhh.....!!"

Huffttt... Hanya mimpi, tetapi rasanya sangat nyata sekali. Jantungku berdetak sangat cepat. Matahari masih belum sampai keatas. Aku langsung berdiri dan mencari sahabatku lagi. Kuteriakkan nama mereka lagi. Tak lama kemudian, aku merasa kalau ada yang mengikutiku dari belakang, kucoba melihat tetapi tidak Ada siapa siapa. Aku mulai berjalan lagi tetapi tidak berteriak. Aku mulai ketakutan. Kulihat belakangku dan ak melihat semak semak bergerak, jantungku Makin berdegup kencang. Aku mulai berlari tak tentu arah. Aku mulai merasakan kalau dibelakangku ada sekelompok orang yang mengejarku. Semakin cepat aku berlari, semakin cepat pula mereka berlari.

"Siapapun yang mengejarku tolong keluarlah!" Teriakku. Semak semak disekelilingku mulai bergerak dan mulai keluar orang orang yang Tak kukenal. Mereka berkulit hutam dan membawa panah. "Hoekom is jy hier?" Kata seseorang yang ada didepanku. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. "Apa yang kalian bicarakan?" Aku mencoba bertanya lagi tapi jawaban mereka masih sama. Aku mulai mencoba menggunakan bahasa inggrisku. "What are you talking about?" Kataku berharap mereka mengerti. Tetapi mereka menjawab dengan bahasa yang tak pernah kudengar sebelumnya. "Ons neem hom in die tronk met die drie mense wat ons gister gearresteer het." Seketika mereka semua mendekatiku dan langsung mengangkatku. Aku berteriak karena mereka membawaku jauh kedalam hutan.

Tak lama kemudian aku melihat rumah rumah yang terbuat dari kayu. Sangat banyak rumah tersebut dan tidak beraturan. Ketika masuk kedalam pemukiman, disana ramai sekali orang dengan kulit yang sama dengan orang yang mengangkatku sekarang ini. Aku tidak tau mereka akan membawaku kemana. Setelah sekitar Lima belas menit aku diangkat kelompok orang hitam, akhirnya mereka menurunkanku dan memasukkan ku kedalam penjara yang terbuat dari bambu. Aku mencoba mendobrak pintu penjara tersebut tetapi tak bergerak sedikitpun. Kuat sekali bambu tersebut dan susunannya sangat kuat.

Aku tidak Tau harus bagaimana, dipenjara yang kecil ini aku sendirian tanpa Ada siapapun. Didepanku Ada dua pria yang menjagaku dengan tombak ditangan mereka. Malam mulai tiba. Tak ada penerangan disini selain api unggun kecil yang mereka hidupkan untukku. Tak lama kemudian seseorang membawa sepiring makanan dan memberikannya kepadaku. Menjijikkan. Mereka memberikanku daging mentah yang belum dibersihkan. Darah masih menumpuk seperti kuah kental. Baunya amis sekali, rasanya ingin muntah. Kubuang daging tersebut keluar. Orang tersebut marah dan mengambil tombak yang dipegang penjaga tadi. Dia langsung menodongkan tombak tersebut kearahku. Aku langsung mundur lalu berteriak. Seketika dia menghentikannya dan mengembalikannya kepada penjaga tadi. Lega rasanya dia pergi dari sini.

Hari sudah tengah malam. Penjaga yang menjagaku tadi tertidur nyenyak sekali di depanku. Aku tidak bisa tidur karena aku masih bingung dengan apa yang kelompok orang hitam itu akan lakukan kepadaku.
Tek... Tek...
Suaranya seperti Batu yang dilempar kediriku dari belakang. Kulihat belakangku Dan aku melihat tiga pasang mata melihatku. Sepertinya mereka dari semak semak. Sangat gelap untuk melihat mereka dengan jelas. Mereka bertiga Tina tiba maju perlahan tapi pasti kearah ku. Kuperhatikan dengan teliti Dan benar saja, mereka sahabatku. Aku ingin berteriak bahagia tetapi langsung disuruh Fahri untuk diam. Aku langsung diam dan tak bergerak. Putra mulai berjalan kedepan dan mencoba membuka pintu penjaraku. Dia membuka dengan hati hati karena disebelahnya Ada penjaga yang sedang tidur. Pintu pun terbuka dan aku langsung berjalan pelan tanpa suara. Kami berlari masuk ke semak semak dan Tiba tiba penjaga tersebut terbangun Dan melihat penjara sudah kosong dengan pintu terbuka. Dia langsung berteriak dan berlari mengejar kami. Kami lari secepat mungkin. Putra Paling depan dan aku mengikuti Paling belakang. Sepertinya mereka sudah tau mau kemana.

----
Gimana guys? Udah Makin seru kan. Semoga kalian suka dengan new chapter ini.

Jangan lupa Vote+comment ya
See you!

#maafjikabanyaktypo

Blue ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang