"Kenapa perbedaan waktunya jauh sekali!? Beda Kira Kira 12 jam!? Padahal hanya jarak beberapa kilo aja." Fahri yang biasanya bisa menjawab peristiwa anehpun langsung bingung.
-----"Hati hati, disini banyak akar yang bisa menjatuhkan kalian kapan saja." Putra berteriak sambil terus melihat kedepan. "Sebentar lagi Kita sampai." Lanjut Putra.
Aku tidak Tau mereka akan membawaku kemana. Tapi mungkin tempat tersebut Aman dari kelompok orang hitam.
Tak lama kami berlari, aku melihat air terjun didepanku. Menakjubkan! Putra yang berada di depan langsung melambat diikuti kami karena bebatuan besar mengelilingi aliran sungai yang cukup deras. Tak lama kemudian Putra melewati belakang air terjun Dan menghilang. Satu persatu kami pun hilang, Dan aku yang masuk terakhir.
"Leganya..." Kata Nabila sambil tersenyum.
Aku melihat sekeliling Goa yang berada di belakang air terjun. Tidak seperti Goa pada umumnya, Goa ini tidak gelap sama sekali. Entah darimana cahaya masuk padahal tidak ada celah masuknya cahaya ke dalam Goa.
"Siapa yang menemukan tempat ini?" Tanyaku. "Hmmm... Fahri, memangnya kenapa?" Jawab Nabila.
"Menakjubkan! Tidak seperti Goa pada umumnya. Goa ini terang sekali." Aku masih melihat sekeliling
"Kami juga bingung kenapa Goa ini terang sekali." Kata Putra.
"Sebelum kami mencarimu, aku Tak sengaja menemukan air terjun Dan berjalan mengelilingi air terjun ini. Lalu aku melihat sebuah lubang dibelakang air terjun ini. Aku langsung memasuki lubang tersebut dan ini yang aku dapatkan." Jelas Fahri.
Aku ingat kalau aku terdampar sendirian disini. Dan entah kenapa mereka tidak terpencar.
"Apakah kalian tidak terpencar ketika terdampar?" Tanyaku.
Mereka bertiga menggelengkan kepala. "Aneh..." Kataku.
"Kami tidak Tau kenapa kami tidak terpencar. Saat bangun kami sudah berada di bawah pohon kelapa. Dan kami tidak menemukanmu. Akhirnya kami mencarimu. Firasatku benar kalau di Pulau ini tidak hanya Kita berempat." Kata Fahri datar.
"Kurasa Kita harus mencari Cara untuk melanjutkan perjalanan Kita ke Tokyo. Mungkin Kita akan menghabiskan waktu yang cukup lama disini, karena Pulau ini cukup besar untuk mencari pelabuhan...." Kata Putra. "Dan belum tentu Pulau ini memiliki pelabuhan ataupun kapal yang tersisa." Potong Nabila.
"Kalian benar, sebaiknya Kita harus segera mencari Cara untuk segera meninggalkan tempat ini Dan melanjutkan perjalanan ke Tokyo." Kataku. "Sebaiknya Kita istirahat dulu karena Hari sudah tengah malam." Perintah Fahri sambil mencari posisi untuk tidur.
----
Mereka semua tidur kecuali aku. Kali ini entah kenapa aku tidak bisa tidur padahal aku kurang tidur. Mereka bertiga Sudah tidur nyenyak.
Aku mulai berdiri menyusuri Goa yang panjang. Walaupun kondisi malam tetapi Goa ini terang sekali. Aku mencoba untuk menemukan ujung Goa ini.
Tak lama aku berjalan menyusuri Goa ini, aku melihat cahaya yang sangat menyilaukan dari ujung Goa. Kurasa itu adalah jalan keluar. Aku segera berlari mendekati jalan keluar. Aku mulai melangkah keluar Goa dan sekelilingku adalah Kota mati. Anehnya dikota ini sudah siang, padahal menurut perkiraanku sekarang masih subuh.
Aku mulai berjalan menyusuri Kota mati sembari mencoba mencari makanan karena makanan kami sudah tidak Ada lagi. Kota ini sangat modern. Gedung gedung disini rata rata tinggi dan indah. Tetapi semuanya menjadi buruk karena dimakan lumut. Sepertinya Kota ini sudah mati sekitar Satu bulan yang lalu karena tanaman menjalar masih tidak banyak dan gedung gedung belum Ada yang rubuh.
Aku mulai memasuki salah Satu bangunan sederhana yang bertuliskan Mini Market. Pintunya tidak terkunci, jadi aku bisa langsung masuk. Didalam, banyak makanan ringan maupun makanan cepat saji. Aku mulai memilih makanan. Kuambil beberapa makanan ringan untuk ngemil, beberapa mie instan, beberapa makanan kaleng dan minuman. Tak lupa aku melihat tanggal kadaluarsa makanan dan minuman tersebut. Semuanya masih bisa dimakan dan kadaluarsanya masih sekitar Dua tahun lagi.
Sebelum keluar, aku ke meja kasir untuk mencari senjata dan uang. Aku menemukan pisau lipat dan didalam mesin kasir aku mendapatkan banyak sekali lembaran uang. Kuambil semuanya Dan kumasukan kedalam kantung belanja yang kutemukan di Laci kasir.
Setelah semuanya selesai. Aku langsung keluar Dan mencari Goa yang kutempati. Setelah menemukan Goa tersebut aku langsung masuk ke dalam Goa dan aku melihat mereka sudah bangun.
Aku berjalan dengan senang membawa dua kantung belanja. Mereka bertiga melihatku heran.
"Darimana kamu? Untung nggak hilang lagi." Kata Putra sedikit marah.
"Dari Kota." Kataku senang.
Mereka tambah heran. Aku segera mengeluarkan barang yang kudapatkan tadi.
"Ayo makan dulu, nanti akan kutunjukan apa yang kutemukan tadi." Mereka mengangguk karena belum sarapan
Mereka makan daging kalengan yang kutemukan disebelah rak mie instan. Setelah selesai makan, aku langsung menceritakan yang kutemukan tadi.
"Kota!?" Kata Putra heboh. "Iya... Memangnya kalian belum pernah berjalan sampai keujung Goa ini?" Tanyaku.
"Tidak." Kata Nabila. "Dikota tersebut mungkin sekarang sudah sore, jadi sebaiknya Kita jangan kesana dulu. Karena akan mengerikan kalau Kita kesana sekarang." Jelasku.
"Kenapa perbedaan waktunya jauh sekali!? Beda Kira Kira 12 jam!? Padahal hanya jarak beberapa kilo aja." Fahri yang biasanya bisa menjawab peristiwa anehpun langsung bingung.
"Nggak Tau. Tadi waktu kalian tidur, disana sudah siang. Berarti kalau disini jam lima subuh, disana jam Lima sore." Terangku. "Aku rasa Kita akan mudah meninggalkan Pulau ini." Fahri tersenyum.
"Memangnya kenapa?" Tanya Nabila bingung. "Kita kan dipulau, mungkin sebagian Pulau ini adalah Kota mati. Berarti di bagian Kota mati Ada kemungkinan kalau Ada pelabuhan dan kapal." Jawab Fahri.
"Kau benar, mungkin disana Ada pelabuhan dan kapal. Lagian Kota mati yang modern Masa nggak Ada pelabuhan, kan aneh." Kata Putra.
----
Hari sudah malam, berarti di Kota mati Hari sudah siang. Kami pun bergegas untuk pergi ke Kota mati tersebut. Fahri Paling semangat kali ini.
Sampailah kami di Kota mati. Mereka bertiga melihat sekeliling Dan takjub. Aku hanya tersenyum melihat mereka seperti itu.
Kami mulai menyusuri Kota tersebut. Sangat modern, rasanya seperti di abad ke-22. Kota ini sangat maju. Ada gedung pencakar langit, taman taman yang indah, kereta layang Dan kereta bawah tanah pun Ada. Aku tidak Tau kenapa kota ini menjadi Kota mati. Kalaupun terkena dampak Antartika, pasti banyak bangunan yang hancur. Tetapi tidak Ada yang miring sekalipun disini. Bahkan kaca gedungpun belum Ada yang pecah atau retak sekalipun. Indah sekali.
"Sebaiknya Kita cari ujung Kota ini Dan temukan lautnya. Disana Kita akan Cari tempat untuk istirahat. Besok Kita akan segera mencari kapal Dan bahan bakarnya." Jelas Fahri. Kami mengangguk.
Hari sudah mulai gelap Dan kami belum menemukan laut. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat di hotel yang sangat besar. Lagi lagi pintu hotel ini tidak terkunci.
"Aneh. Hampir semua pintu di Kota ini tidak Ada yang terkunci. Sepertinya Ada yang tidak beres dengan Kota ini." Aku mulai bingung dengan Kota ini.
----
Jangan lupa Vote+Comment
See you guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Zone
Ficção CientíficaKetika Benua Antartika Sepenuhnya Mencair, Kisah 8 Sahabat Dimulai!