Bab 1.

12.5K 190 4
                                    

"Felin!" Aku mendengar ibuku berteriak dari lorong lantai atas. "Bisakah kau membawa kardus yang ada dipintu depan? Yang berisikan foto?"

Aku menoleh di pintu depan. Dan ya, ada kardus disana bahkan lebih dari sepuluh. Dia pasti bercanda? Bagaimana mungkin aku bisa tahu mana yang isinya foto di salah satu kardus itu?

"Um ... ada sepuluh kardus disini Mom." teriakku kembali sambil berjalan di kardus yang lebih terlihat menara. Apakah ibu mengharapkanku untuk memeriksa semua kardus-kardus ini?

"Bisakah kau melihatnya sayang?" Teriaknya kembali.

Aku mendesah menatap gunung kardus yang ada di depanku "Mom! Apakah foto itu benar-benar penting sekarang?! Maksudku, apakah tak ada hal lain yang lebih penting bisa dibongkar seperti ... pakaian? peralatan kamar mandi? atau mungkin buku?". Tawarku.

Aku mengeluarkan ponsel dari saku sweaterku. Ini sudah hampir jam 6 dan aku sudah kelaparan. Kita sudah bangun sejak pagi sekali untuk pindah di kota ini. Dan percayalah, bergerak itu membutuhkan banyak energi. Aku mengamati rumah baru kami, tepatnya bagian dapur dan ruang tamu yang hampir sudah aku benahi. Sementara ibu dan adikku Kely, membongkar barang- barang untuk lantai atas. Aku heran, bagaimana mungkin aku bisa membongkar semua ini lebih cepat ketimbang mereka yang memiliki dua pasang tangan sementara aku hanya punya satu.

Aku bersyukur, karna ibuku bisa menemukan rumah sewa yang begitu murah seperti ini dengan dua kamar tidur. Yach walaupun itu berarti aku harus berbagi tempat tidur dengan adikku,!! Tapi itu tak masalah buatku asalkan kami nyaman tinggal disini.

"Sayang, apa kau sudah menemukannya? itu foto Ayahmu dan ibu" Teriak ibuku lagi.

Aku mengepalkan tanganku dalam tinju saat ia mengatakan itu. Ayah? Ayah apaan? aku tidak mempunyai ayah.

"Mom!" tubuhku mendidih dan jantungku berpacu lebih cepat "Lupakan brengsek itu! Brengsek itu tidak akan pernah datang kembali kepada kita" Kataku penuh kebencian.

Aku mendengar langkah kaki ibuku di lantai atas, kemudian menuruni tangga sambil menatapku dari tengah tangga. Aku melotot tepat ke arahnya, seolah-olah apa yang aku katakan itu salah tapi itu tidak.

"Felin Collins!" teriaknya padaku, "Kau tidak boleh berbicara seperti itu kepada ayahmu sendiri walaupun dia tak berada di sini bersama dengan kita!"

"Mom! Apakah kau merasa bahagia dengan keadaan kita sekarang? Apakah kita terlihat seperti salah satu keluarga besar yang bahagia? Hah?! bahkan aku tak ingin nama terakhirku diikuti nama bajingan itu". Teriakku ke arahnya. Kemudian aku melihat Kely yang menuruni tangga dan meletakkan tangannya di bahu ibuku, sementara dia menatapku dengan tatapan sedih. Aku tahu bahwa Kely tidak sepertiku. Dia hanya mengiyakan perasaan ibuku. Dan dia jugalah yang mengurusnya. Dia lebih baik daripada yang pernah aku lakukan.

"Felin! Apa yang salah denganmu? Berapa kali kita harus membicarakan ini?! apakah kau tidak menyayangi ayah kandungmu sendiri.?. Ayahmu tidak meninggalkan kita, ! Dia akan datang dan kembali kesini bersama kita.!! Apa yang terjadi denganmu Felin?".

Aku hanya memutar mataku sambil tertawa mendengar leluconnya.

"Aku,,, aku sayang dengan bajingan itu? Ya Mom, tapi itu dulu. Tapi sekarang aku tidak peduli lagi dengannya !"

"Bagaimana bisa kau bicara begitu kasar kepada ayahmu?!"

"Mom! Bagaimana mungkin dia bisa meninggalkan kita dan juga utangnya?! Dia sudah meninggalkan kita selama dua tahun,,!! Apakah kau tak mengerti, bahwa dia tidak akan pernah kembali lagi kesini !" Teriakku penuh emosi agar dia tahu kenyataanya. Aku melihat mata Ibuku mulai berkaca-kaca karena dia tahu apa yang aku katakan memang benar, tetapi menolak untuk percaya. Aku tidak peduli jika orang lain melihatku buruk, mengerikan, dan seorang putri pembangkan. Tapi aku melakukan ini agar bajingan itu keluar dari hidup kami.

Rich ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang