Satu;

8K 747 43
                                    

[Levi's POV]

"Keluar kau!"

Aku berjalan gontai setelah memunguti tas pakaian serta barang-barangku yang dilempar oleh pemilik apartemen kecil yang sebulan ini aku tinggali. Lagi-lagi aku diusir. Dengan alasan yang sama. Uang sewa.

Entah kemana aku akan pergi kali ini. Sudah tiga bulan lebih aku hidup seperti ini. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tak jarang aku bahkan harus tidur di jalan. Teman serta keluargaku tak ada yang menginginkanku, semua menolakku.

Selama ini aku menumpang di rumah paman dan bibiku karena ibuku yang meninggal saat melahirkanku dan ayahku yang memang tak pernah ada dalam hidupku. Tapi sekarang paman dan bibi mengusirku, mereka merasa aku hina. Teman-temanku pun sama. Bahkan, Christ yang selama ini paling dekat denganku juga menolakku. Aku sendiri.

Kenapa semua ini harus terjadi kepadaku? Kenapa harus aku yang hancur dari kecelakaan itu? Andai kecelakaan itu tak terjadi. Mungkin saat ini aku masih bisa melanjutkan hidupku, walaupun memang hidupku tak begitu bahagia karena paman dan bibi yang selalu menyiksaku. Tapi setidaknya aku punya tempat untuk tinggal.

Aku menyesal, tapi tak bisa berbuat apapun. Aku hancur. Hal yang selama ini tak pernah kusangka terjadi padaku. Hal yang aku anggap mustahil menimpa diriku.

Aku hamil, entah bagaimana. Tapi aku benar-benar hamil. Seminggu setelah kejadian aku berhubungan dengan Gerald aku jatuh sakit, fisikku melemah dan mendengar fakta mengejutkan bahwa aku mengandung setelah melakukan pemeriksaan di dokter bersama paman dan bibiku.

Tak pernah kuduga aku bisa seperti ini. Sekarang ada seseorang bernafas dalam diriku, di dalam kandunganku, menyatu dengan diriku. Hal itu terdengar mustahil. Tapi telah terjadi, dan aku sendiri yang mengalaminya. Awalnya aku bahkan tak percaya, tapi tak ada yang bisa kuelakkan setelah melihat hasil tes yang mengatakan aku positif mengandung.

Mungkin orang lain menganggap aku ini orang yang aneh serta menjijikan. Bukan mungkin, pasti mereka beranggapan seperti itu. Bahkan aku sendiri merasakan hal yang sama. Aku ini hina. Aku hanya aib bagi orang-orang di sekitarku. Aku berbeda.

Aku merasa malu. Sangat malu. Setiap kali aku berjalan di keramaian, semua orang menatapku. Tatapan mereka sangat jelas mengintimidasi, walau tak sepenuhnya tau aku mengandung. Tapi, perutku yang sedikit membuncit itu tetaplah terlihat buruk. Bahkan, pada malam itu, di malam kehamilanku diketahui, aku tak dapat lagi melontarkan alasan apapun. Paman dan bibiku langsung mengusirku tanpa ingin mendengar apapun dariku. Aku mengerti. Mereka marah, malu dan jijik terhadapku.

Paham akan keadaan yang sedang terjadi, aku meninggalkan rumah paman. Malam itu, aku ke rumah Christ, mencoba meminta bantuannya karena dia adalah sahabatku. Dia juga tau tantang apa yang telah terjadi malam itu. Tapi, reaksi Christ sangat berbeda dengan apa yang aku harapkan. Dia malah mengusirku dan menghinaku dengan sebutan pria aneh karena mengandung. Sungguh sakit. Teman yang selama ini selalu ada untukku juga menolakku.

Mungkin Christ memang tak ingin bertemu denganku lagi. Seperti katanya. Aku ini aneh. Aku seorang pria mengandung. Itu sama sekali tak masuk akal dan aku paham benar akan hal itu. Aku juga membenci diriku karena hal itu.

Setelah diusir hari itu. Aku hidup sendiri di tengah kerasnya kehidupan di kota besar ini. Tak ada yang bisa aku lakukan. Hanya satu yang ada di pikiranku hari itu. Bunuh diri.

Kepalaku penuh. Yang ada dalam otak tak dapat kubendung lagi. Aku berjalan tanpa arah dan tujuan, sampai pada sebuah jembatan yang di bawahnya tepat lautan luas. Aku menatap laut di bawahku dari ketinggian. Mungkin aku benar-benar harus bunuh diri, mengakhiri hidupku. Pikirku.

Saat hendak melompat ke laut di bawahku. Tiba-tiba ada sesuatu yang memaksaku untuk menghentikan aksiku. Ada dorongan keras yang mencegahku agar aku tak melakukan kesalahan tersebut, dorongan itu adalah perasaanku.

Accident Brings Love [BoyXBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang