Tiga;

9.9K 820 234
                                    

"Batalkan semua rencana hari ini."

"Tapi--"

"Aku tak peduli apapun itu, batalkan!"

Seorang wanita dengan setelan jas kantor hanya bisa mengangguk pelan seraya membungkuk kemudian mundur meninggalkan ruang kerja yang ditempati oleh orang yang berstatus sebagai pimpinannya.

Sudah hampir sehari penuh seluruh karyawan Rich Company bekerja dalam keadaan yang benar-benar mengekang, seluruh pekerjaan mereka yang biasanya memang menegangkan terasa berkali-kali lipat lebih dari sebelum-sebelumnya.

Bagaimana tidak, pimpinan mereka yang baru sekitar empat bulan ini menjabat sedang dalam keadaan yang sangat tidak baik. Entah apa yang telah mengganggu pikirannya hingga membuatnya sangat mudah emosi selama hampir sehari penuh.

Biasanya, semarah dan seemosi apapun pemimpin ini tak akan pernah mempengaruhi kinerjanya. Biasanya dia adalah seorang pimpinan yang benar-benar profesional, selalu berhasil mengerjakan setiap pekerjaannya dengan tegas dan dengan caranya sendiri hingga meraih banyak penghargaan bahkan meski di usianya yang masih sangat muda. Tapi, entah apa yang telah menyulut emosinya hari ini hingga membuatnya menjadi benar-benar penuh emosi bahkan sampai mempengaruhi mood bekerjanya.

"Ada empat pertemuan untukmu hari ini." Ucap seorang pria tampan berambut ash grey yang berdiri di ambang pintu ruang CEO entah sejak kapan. Pria itu nampak mengenakan setelan jas hitam dengan celana senada.

"Bukankah sudah kuberitahu untuk membatalkan seluruh acara hari ini?" Jelas Gerald sang CEO kepada orang yang tak lain adalah sekertarisnya, Carlos Adelson.

"Sebenarnya ada apa denganmu, Gerald? Kau tak seperti biasanya." Sang sekertaris melangkahkan kakinya mendekat ke meja Gerald yang merupakan bos dan juga teman kecilnya.

Tanpa berbicara atau memberi jawaban yang berarti, Gerald bangkit dari duduknya kemudian berjalan hendak meninggalkan Carlos yang masih setia menunggu jawabannya.

Merasa tak digubris, Carlos menarik tangan Gerald lalu mendudukkannya kembali. "Kau tau, aku menerima tawaran bodoh ayahku untuk menggantikannya karena kupikir mudah jika aku hanya akan menjadi asistenmu." Jelas Carlos seraya menengadah meratapi kebodohannya.

"Jadi, kumohon dengan sangat untuk tidak menyulitkanku karena aku tak menyukainya, berandal." Ketus Carlos penuh helaan napas. Dia memang adalah sekertaris baru yang menggantikan Charlie Adelson, ayahnya. Karena usia ayahnya yang tak lagi muda, dia menjabat tepat sehari setelah pengangkatan Gerald sebagai CEO.

"Siapa yang kau sebut berandal?" Tuan pimpinan membuka suara datar. Tak ada raut yang berarti, namun alis serta rahang tegasnya membuat ia nampak serius.

"Tentu saja kau, bodoh! Kau pikir aku mengumpat pada diriku sendiri?" Carlos menarik kursi putar di dekatnya kemudian langsung mendukukkan dirinya. "Jadi, ada apa sebenarnya?" Tanyanya kemudian.

Dengan sabar, Carlos menunggu jawaban dari lawan bicara yang tengah duduk di hadapannya ini. Namun bukannnya jawaban, dia malah mendapati sang lawan bicara mengepalkan tangan dengan rahang yang mengeras. Ini tidak baik.

"Ohh, Gerald. Demi apapun, kau begitu mempersulit keadaan hari ini." Carlos menggaruk tengkuknya yang mulai gatal melihat makhluk di depannya. "Tidak bisakah kau jelaskan saja masalahnya lalu selesaikan sekarang?" Wajah Carlos mulai memelas, perlu ekstra kesabaran menghadapi makhluk dengan nama belakang Aldrich di depannya ini.

"Apa kau selalu sebanyak bicara ini?" Tanya Gerald ketus. Carlos bahkan sampai merinding karena nada suara lawan bicaranya yang terdengar sangat sengit.

"Apa kau tidak bisa sekali saja berhenti dengan nada suara seperti itu? Demi tuhan kau menakutiku, Gerald." Dan disinilah bos dan sekertaris ini berada. Dalam ruang di lantai teratas sambil terus saling melempar pertanyaan.

Accident Brings Love [BoyXBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang