Delapan;

616 65 56
                                    

Levi meringis saat menempelkan gumpalan kapas kecil yang dilekatkan pada gagang kecil yang biasa digunakan untuk membersihkan telinga itu pada bibirnya setelah sebelumnya membasahi gumpalan kapas tersebut dengan cairan obat antiseptik.

"Akh.."

Lagi dan lagi Levi kembali meringis karena merasakan sakit pada bibirnya yang terkoyak akibat digigit oleh Gerald beberapa hari yang lalu.

Walaupun sudah beberapa hari namun Levi masih merasakan nyeri di seluruh tubuhnya dikarenakan dirinya yang dihantamkan oleh Gerald ke dinding. Seluruh tubuhnya terasa remuk hingga menyebabkan nyeri tiap kali dirinya bergerak. Bahkan, luka gigitan di bibirnya masih sangat menyakitkan akibat Gerald yang menggigitnya begitu kuat menyebabkan luka sobekan terjadi di sana.

Levi menggeser pelan tubuhnya ke belakang hingga menyentuh dinding lalu bersandar di sana. Pelan, Levi menarik ember kecil yang telah ia siapkan dengan diisi air hangat juga kain handuk kecil di dalamnya itu kemudian mengambil kain handuk tersebut lalu memerasnya dengan hati-hati agar airnya tidak mengenai lantai, kemudian ia menyeka tubuhnya yang nyeri dengan perlahan dengan kain di tangannya itu.

Dari leher, tangan, badan, hingga kaki diseka oleh Levi dengan pelan, mencoba sebisa mungkin agar tak menimbulkan rasa sakit saat ia menyeka tubuh ringkihnya yang kini hanya mengenakan celana hitam pendek tanpa mengenakan baju itu.

Menyeka dan memeras terus dilakukan Levi pada tubuhnya, membersihkan dirinya yang untuk bangkit dan mandi saja terasa sulit untuk ia lakukan. Seluruh tubuhnya benar-benar terasa sangat sakit hingga rasanya akan hancur jika ia bergerak lebih banyak. Ditambah lagi, Levi belum makan apapun dalam beberapa hari membuat tubuhnya semakin lemas.

Sejak saat Gerald datang beberapa hari sebelumnya, Levi belum pernah meninggalkan kamarnya, bahkan bekerja saja belum pernah. Hazel yang mengkhawatirkan Levi hanya bisa pasrah saat anak itu bahkan tak pernah membuka pintu untuknya. Pintu kamar yang Levi tempati telah dikunci sejak setelah ia pingsan saat itu sampai saat ini beberapa hari telah berlalu.

Levi tertekan, bayangan Gerald yang hari itu menyiksanya terus terulang di kepala Levi, membuat dirinya ketakutan setiap kali ia mengingat kejadian itu. Pikiran Levi terus tertuju pada kejadian hari itu yang menyebabkan dirinya menjadi terpuruk hingga mengurung dirinya sendiri di dalam kamar.

Levi mengalami stres, tekanan mental dan emosional yang terjadi pada dirinya seperti terus bertambah hari demi hari. Saat dirinya yang dari awal telah hidup dalam neraka dunia itu harus terus berusaha bertahan hidup, namun hidup selalu tak berpihak padanya.

Levi menunduk, menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya lalu membiarkan air matanya mengalir, juga isi kepalanya yang menghambur memikirkan bagaimana kehidupan benar-benar mempermainkannya. Bagaimana dirinya tumbuh tanpa orang tua dan bagaimana paman serta bibinya memperlakukan dirinya, juga bagaimana dirinya yang telah berusaha dari kecil agar menjadi yang terbaik agar dapat terus melanjutkan pendidikan itu harus melepaskan segalanya setelah dia mengandung itu membuat Levi menangis sejadi-jadinya. Saat sebentar lagi ia bisa menyelesaikan pendidikan lalu memperbaiki hidupnya, takdir baik lagi-lagi tidak memihak padanya. Setelah itu, saat Levi mulai kembali bangkit dari keterpurukan, Gerald muncul kembali dalam kehidupannya, menambahkan garam di dalam hidupnya yang sudah sangat penuh dengan luka itu.

Levi menangis tertahan, terus sesenggukan tanpa mengeluarkan suara, hanya air mata yang terus mengalir dari matanya. Ia meremas dadanya kuat-kuat, mencoba menghilangkan rasa sesak yang ada di sana. Namun, rasa sesak di dadanya itu tak menghilang, bahkan semakin sesak membuat dirinya seakan tak mampu untuk sekadar menarik napas.

Pikiran demi pikiran terus bermunculan di kepala Levi, berkecamuk membuat Levi menarik rambutnya frustasi.

"Apa yang telah kulakuan untuk pantas menghadapi semua ini!" Levi meracau dengan suara serak tertahan yang membuat wajahnya berubah merah. Tangisnya pecah kembali saat dirinya lagi-lagi memikirkan hidupnya sekali lagi.

Accident Brings Love [BoyXBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang