Enam;

302 38 26
                                    

Pagi hari, sangat pagi sekali, Levi tengah bersiap-siap di kamarnya. Kasur lantai yang ditempatinya tidur ia bereskan, melipat selimut putih di atas kasur itu lalu meletakkannya di pinggiran kasur.

Setelah beres dengan selimut, Levi meraih bantal kemudian memukul-mukul benda yang sebelumnya ia gunakan untuk tidur itu beberapa kali, memperbaiki bentuk benda tersebut lalu meletakkannya di atas kasur. Selesai dengan tempat tidur, Levi pun bangkit lalu menepuk-nepuk baju tidurnya yang sedikit berkerut.

Levi melirik jam berbentuk persegi yang berada di atas meja kecil di dekat kasurnya, memastikan bahwa ia bangun pagi seperti tujuannya. Setelahnya, Levi mengganguk-angguk beberapa kali lalu merentangkan tangannya ke atas dan ke samping untuk melakukan peregangan pada tubuhnya, hingga membuat baju tidurnya terangkat sedikit, memunculkan pinggang rampingnya yang terpantul di cermin yang bersandar di tembok kamarnya itu.

Levi terdiam sejenak dengan tangan yang masih terangkat tinggi-tinggi. Ia kemudian berjalan beberapa langkah, mendekat ke arah cermin yang bersandar tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Sudah sedikit terlihat jelas," kata Levi, menunduk memandangi perutnya lalu kembali kepada cermin di hadapannya.

Di pantulan cermin, tubuhnya sudah terlihat memiliki perubahan, walaupun masih ringkih dan ramping seperti sebelumnya, namun perutnya sudah berubah. Levi tidak begitu mengerti tentang bagaimana ukuran perut seharusnya untuk orang yang mengandung, ia hanya pernah mempelajarinya sedikit di sekolah, namun tak begitu mendalam. Maka dari itu ia hanya menaikkan bahu lalu mengelus perutnya sambil menghembuskan napas pelan dengan senyuman di wajahnya.

"Aku akan menjagamu sekuat tenagaku. Kita akan melalui segalanya bersama," ucap Levi pelan sembari mengelus perutnya dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

Sekarang, Levi sudah sepenuhnya memiliki ikatan dengan anak di dalam dirinya itu. Beberapa bulan bersamanya membuat perasaan Levi tumbuh besar dan semakin besar tiap harinya hingga kini ia telah bertekad untuk menjaga dan merawat anak yang ada dalam kandungannya itu sekuat tenaganya.

Sebelumnya Levi hanya berpikir untuk bertahan hidup dan menyelamatkan nyawa anak dalam perutnya itu tanpa berpikir apa yang akan dilakukan setelahnya. Namun, setelah beberapa lama bersama dengan anak dalam dirinya membuat ia sekarang memiliki tujuan yang lebih besar lagi. Ia akan menjamin anak dalam dirinya itu lahir dan tumbuh bahagia dengan kasih sayangnya.

Berhenti dengan pikirannya, Levi memperbaiki bajunya yang sebelumnya tersingkap lalu kembali pada kegiatannya membereskan kamar. Selesai dengan kasur dan bantal, Levi kini menggeser tirai yang menutup jendela yang berada di belakang kasur lantainya, membiarkan cahaya menerobos masuk ke dalam ruangan itu.

Cahaya matahari menyelinap masuk melalui jendela yang tertutup di belakang kasur Levi. Cahaya itu masuk, menyinari sebagian besar isi ruangan membuat Levi sedikit silau diakibatkan oleh cahaya tersebut.

Dengan semangat, Levi menyingsing lengan baju tidurnya memperlihatkan bahu ringkihnya. Ujung celananya pun ia gulung lalu berjalan beberapa langkah mengambil kemoceng yang tergantung dekat dengan pintu kamar, juga sapu dan pengki yang bersandar di tembok di bawah gantungan kemoceng.

Dengan sigap, Levi mulai membersihkan debu debu pada permukaan barang yang berada dalam kamarnya. Mulai dari atas meja, jendela, hingga lemari kayu kecil yang ada di sana. Satu per satu benda dibersihkan Levi menggunakan benda berbahan kayu dan bulu-bulu itu.

Setelah selesai membersihkan barang-barang, Levi meraih alat sapu juga pengki yang ia letakkan di tengah ruangan. Ia pun segera mulai menyapu debu-debu yang berada di lantai, juga debu-debu bekas dari barang yang ia bersihkan dengan kemoceng sebelumnya.

Accident Brings Love [BoyXBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang