13 || Kebenaran yang Terungkap

115K 13.6K 1.3K
                                    

       Chapter 13 : Kebenaran yang Terungkap

"Perasaan paling tidak menyenangkan di dunia ini adalah perasaan sesal. Karena waktu takkan pernah mau berbaik hati mengulang keadaan."

***

            "Grit, temenin gue ketemuan sama Kak Lavina, yuk!" ajak Daza ketika memasukki jam istirahat.

            "Owner LavLav store itu? Lo jadi beli gelang sama kakak itu?" Agrita bertanya sambil memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam ransel coklatnya.

            "Jadi. Temenin gue, ya?"

            "Oke, ketemuan dimana nih?"

            "Kak Lavina bilang ke kelasnya aja," ucap Daza seraya menggandeng tangan Agrita agar berjalan bersisian dengannya.

            "Kita ke lantai tiga dong?"

            "Iyap, naik lift biar cepet."

            Daza dan Agrita melangkah menuju lift. Tak butuh waktu lama mereka akhirnya tiba di lantai tiga. Daza menyusuri koridor, mencari kelas 12 IPA 4.

            "Lo tau nggak orangnya yang mana?" tanya Agrita.

            "Kak Lavina maksud lo?"  Daza balik bertanya yang disambut anggukan dari Agrita. "Nggak pernah ketemu sih, tapi udah liat fotonya di instagram, kayaknya gue bisa ngenalin."

            "Tuh kelas IPA 4," tunjuk Agrita pada pintu kelas yang di atasnya terdapat papan bertuliskan kelas 12 IPA 4. Tepat saat itu seorang cewek keluar dari pintu dan celingak celinguk seperti sedang mencari seseorang.

            "Kak Lavina?" sapa Daza setengah bertanya.

            "Hai! Iya. Lo pasti Daza yang pesen gelang kan?" ucap Lavina, Daza mengangguk bersemangat.

            Daza memperhatikan kakak kelas di depannya dengan takjub, ternyata lebih imut daripada yang dilihatnya di sosial media. Tinggi badan mereka nyaris sama, ada lesung pipi di kiri pula.

            Lavina menyerahkan gelang yang sudah dibungkusnya dengan plastik kepada Daza yang langsung Daza terima dengan suka cita. Kemudian cewek itu memberikan sejumlah uang pas pada Lavina.

            "Bagus banget Kak, Makasih, ya." Daza memandang gelang buatan Lavina. Sebuah gelang tali berwarna coklat tua dengan mainan berupa huruf m dan d yang ukurannya terbilang kecil dan posisinya saling berdampingan.

            "Hehe sama-sama. Makasih juga udah order. Kalo boleh, ntar gelangnya difoto terus upload di instagram, ya. Jangan lupa tag ig lavlav.store." Lavina mengedipkan sebelah matanya. Daza mengangguk dengan senyum lebar.

            Setelah itu, Daza dan Agrita pamit pergi. Dua cewek itu berjalan menuju lift dan kemudian masuk ke benda kotak tersebut.

            Di lift yang kebetulan hanya terisi oleh mereka berdua, Daza minta tolong Agrita untuk memasangkan gelang tersebut di pergelangan tangan kirinya.

            "Tau nggak sih Grit, kakak yang tadi, cowoknya cakep banget."

            "Oh ya?"

            "Gue liat di instagramnya. Tapi banyak yang bilang cowoknya cool banget gitu," ucap Daza lagi.

            Agrita meringis. "Ada dua tipe cowok ganteng di dunia ini, kalau enggak cool, ya bad boy," komentar Agrita yang mengundang dengusan dari Daza. Memang benar kata Agrita, jarang ada cowok ganteng yang punya kelakuan normal dan lurus-lurus saja. Hal itu dikarenakan rata-rata cowok ganteng itu sadar kalau dirinya ganteng. Jadi mau bersikap cool, bad, annoying, arogan, atau sesuka hatinya, ya fine-fine saja. Toh dia juga ganteng. Orang ganteng itu kadang serba dimaklumi.

Yasa [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang