Chapter 21 : Cowok Berkamera
"Yang telah memutuskan untuk berlari pergi, apa layak untuk dikejar lagi?"
***
Daza itu... menyebalkan.
Setidaknya pemikiran itulah yang lagi-lagi muncul di benak Yasa saat ini.
Bagaimana Yasa nggak emosi? Yasa telah mengirim chat yang mengatakan bahwa dia akan menjemput cewek itu, namun semalaman, dia tidak mendapat balasan. Boro-boro dibalas, di-read saja enggak.
Tepat lima belas menit sebelum jam tujuh pagi, Yasa memutuskan untuk berangkat sekolah, meninggalkan janjinya untuk menjemput Daza karena dia tidak tahu alamat cewek itu. Namun, baru saja Yasa memasang sepatunya, balasan Daza tiba-tiba masuk ke ponselnya. Isinya yaitu lokasi rumah cewek itu plus satu kalimat yang menyusul di bawahnya.
Maurisha Daza : Itu alamat aku. Ditunggu ya kak. Cpt, ntar kita telat.
Yasa langsung melompat dari duduknya dan segera mengendarai motornya ke rumah Daza sambil menggerutu. Kenapa baru memberi kabar sekarang, sih?! Bagian yang membuat Yasa makin kesal, mencari alamat rumah Daza itu butuh waktu yang tidak sedikit dan agak merepotkan. Tak terhitung berapa kali Yasa nyaris kehilangan fokus berkendara karena sibuk memperhatikan maps di ponselnya.
Hingga dia sampai ke lokasi tujuan, Yasa masih harus mencari-cari dimana tepatnya rumah cewek itu. Yasa berhenti untuk mengirim chat ke Daza
Yasa Niagara : Gue udah di komplek rumah lo. Rumah lo yang mana?
Maurisha Daza : dari gerbang komplek, belok kiri, empat rumah dari situ, sebelah kiri. Pagernya warna item.
Yasa langsung menunju tempat yang Daza maksud. Setelah ia berhasil menemukan rumah Daza, Yasa menghela napas lega sembari mematikan mesin motornya. Kembali ia mengirim pesan ke adik kelasnya itu.
Yasa Niagara : Gue udah nyampe. Lo dmn? Cepetan keluar. Telat ini!
Maurisha Daza : Bentarrrr, lagi minum susu
"Nih cewek kayak anak kecil banget sih!" gumam Yasa tak habis pikir.
Yasa Niagara : Berapa lama gue harus nunggu lo?
Setengah menit kemudian, sosok Daza keluar dari balik pagar hitam rumahnya. Penampilan Daza yang dibalut seragam olahraga Nuski berwarna putih dengan celana training merah marun membuat cewek itu tampak fresh dan kasual.
"Lo tuh harusnya share location-nya dari semalem, gue kira lo nggak mau dijemput," omel Yasa.
Daza mencibir, tak terima disalahkan. "Lagian tumben banget Kak Yasa mau jemput aku, untung aku bacanya pagi ini, kalau bacanya semalem bisa-bisa aku nggak bisa tidur mikirin kenapa Kak Yasa semakin hari semakin berevolusi jadi semut," jawab Daza enteng.
"Nggak usah GR lo. Cepetan naik. Bentar lagi masuk, lomba-lombanya udah mau mulai."
Daza mengamati Yasa yang duduk dengan macho di atas motor sport putihnya. Daza pelan-pelan berdecak, tak habis pikir kenapa kakak kelasnya ini makin hari makin terlihat keren dan ganteng? Sifatnya yang berubah-ubah juga kadang membuat Daza tenggelam dalam pikirannya sendiri. Daza jadi sering menduga-duga maksud dari setiap perlakuan Yasa padanya.
Kemudian, Daza menyadari satu hal. "Kak Yasa nggak bawa ransel?"
Yasa hanya membawa tas kamera yang diselempangkannya di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasa [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Teen FictionYASA "Yang rasa sukanya telanjur disalahartikan" a novel by Ega Dyp Daza naksir Yasa sejak SMP, tapi Yasa enggak. Daza menganggap pertemuannya dengan Yasa di SMA Nusa Cendekia adalah anugerah, tapi Yasa menganggap itu justru bencana. Daza selalu me...