1 || Kak Yasa?

245K 18.1K 2.1K
                                    

CHAPTER 1 : Kak Yasa?

"Someday someone will walk into your life and make you realize why it never worked out with anyone else" – 500 Days of Summer

***

            "Yas, lo kebagian jagain stan pendaftaran ekskul siang ini."

            Tangan Yasa yang semula mengutak-atik tombol di kameranya mendadak terhenti. Dia mendongak, menatap orang yang baru saja bicara dengan kerutan samar di dahinya.

            "Kok gue?" tanya Yasa datar.

            Norin, teman satu ekskulnya, orang yang disebut-sebut tahun ini akan menggantikan posisi Kak Diana yang menjabat sebagai sekretaris dalam ekskul jurnalistik, mendengus sabar.

            "Disuruh Kak Raja. Udah dikasih jadwalnya juga." Norin mengambil selembar kertas dari atas meja cokelat, kemudian menyerahkannya kepada Yasa. Yasa tak menerima, dia malah memberi isyarat ke Norin untuk meletakkan kertas itu ke tempat semula.

            Norin kembali mendengus, kali ini dengan suara yang lebih keras agar Yasa dapat mendengarnya dan sadar bahwa tingkah cowok itu benar-benar berhasil menguji kesabarannya.

            "Oke, Yas! Yang jelas, nanti pas break siang, lo jaga stan. Bakalan banyak anak-anak baru yang daftar soalnya." Norin berkata lantang seraya membawa kertasnya tadi kembali ke tempat semula.

            Yasa berdiri dari duduknya, memasukkan kameranya ke dalam tas, kemudian menyampirkannya di bahu. Awalnya dia menatap Norin tanpa ekspresi, namun melihat Norin yang seperti siap memuntahkan lahar panas, Yasa langsung mengulum senyum khasnya. Senyum miring yang sebetulnya tampak menyebalkan.

            "Kalau gue nggak mau, gimana, Rin?" Yasa bertanya santai sambil berjalan ke arah pintu keluar dimana sepatunya berada. Dipasangnya sepatunya dengan cekatan seraya menantikan jawaban Norin.

            "Kak Raja sebagai ketua ekskul ini bakalan mikir dua kali buat milih lo jadi ketua divisi camera person," jawab Norin percaya diri. "Paling Dewa yang bakal ditunjuk, bukan lo."

            Yasa mengangkat bahunya cuek. "Gimana kalau lo aja yang jaga stan hari ini? Lagian, lo kan anggota paling rajin disini. Ya kali jaga stan aja nggak mau."

            "Gue ada urusan, Yasaa..." Norin nyaris berteriak frustasi.

            "Urusan apa? Paling kerjaan lo setiap hari nyusun rencana dan nyari cara buat balikan sama Putra, ya kan?"

            "Ngarang lo!"

            "Fyi, Putra udah move on dari lo sejak berabad-abad yang lalu."

            "Sumpah ya, Yas. Mulut lo itu ngeselin banget." Api kemarahan yang mulai berkobar dalam diri Norin membuat rasa puas dalam diri Yasa muncul.

            Yasa tersenyum miring. "Pastiin kalau formulir pendaftaran udah di-print banyak-banyak pas gue jaga stan nanti," tutup Yasa sebelum akhirnya meninggalkan sekretariat jurnalistik sebelum tempat singgasana ekskulnya ini terbakar karena amarah Norin.

***

            Siang ini, matahari bersinar terik.

            Yasa menyumpah dalam hati, kenapa juga dia harus kebagian menjaga stan pendaftaran ekskul jurnalistik di tengah panas bolong begini? Iya sih, dia tidak harus berjemur di lapangan, tapi duduk di depan ruang sekretariatnya sambil meladeni siswa siswi yang bertanya mengenai ekskul ini, cukup membuatnya letih. Lihatlah keringat yang membasahi atasan seragam putih beraksen tartan yang dikenakannya sekarang. Cuaca di bulan Juli memang betul-betul tidak bersahabat.

Yasa [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang